Mohon tunggu...
kania ditarora
kania ditarora Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pengajar di madrasah swasta

Menulis adalah sebuah implementasi mencintai diri sendiri, sesama, dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang-orang Dalam

30 Juni 2023   13:44 Diperbarui: 30 Juni 2023   13:45 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : dictio.id

Sementara di belakang mereka, pengunjung  masih ngobrol sambil ikut menonton berita. Salah satu di antaranya berkata, "kacau balau negeriku."  Lainnya tertawa-tawa menunjuk temannya yang terlihat paling klimis.

Secara tak langsung Ulin dan Yanto mencuri dengan obrolan renyah mereka. Sekali waktu memencet tombol remote.

"Kami berdua memang sedang menunggu pengumuman Pantukhir (penilaian panitia penentuan akhir) seleksi masuk Bintara Polisi,"terang dua orang berambut sedikit plontos kepada temanya.

"Kapan pengumumanya?"selidik pemuda berpenampilan klimis.

"Katanya akhir pekan ini, informasi dari kenalan Bapak, diupayakan kami akan diluluskan, katanya Bapak, kenalan beliau ini orang penting di panitia penerimaan, sudah sering kali beliau itu ke rumah kami."

"Profesi apapun jika kita bisa masuk di dalamnya karena faktor kedekatan, secara tak langsung kita merampas hak orang lain,"pemuda klimis ini mengingatkan.

"Haha,,, kau jangan munafik lah,"salah seorang berambut gondrong menimpali, sambil tertawa. "Kau dulu kan juga anak pindahan, kau bisa masuk SMA karena Ommu ngajar di sana."

"Sulit memang, kita mau profesi apapun jika nggak punya skill, kita bakalan nggak diterima,"pemuda berambut gondrong menambahkan.

"Nggak menjamin juga meski punya skill. Mau sekolah, kuliah, kerja atau apak kek, kadang kita diputer-puter dulu untuk celah ngepalakin kita, pengalaman aku pas masuk kuliah,"panjang lebar rekan sebelahnya yang juga berambut gondrong dengan misai tipis.
"Makanya aku terpaksa banting setir pilih kampus swasta di pinggiran kota, ngambil jurusan hukum."

"Harus diakui di tempat kita, KKN sudah jadi budaya, satu mati tumbuh seribu, subur lagi,"pemuda klimis menimpali. "Yuks, cabut, bakso dan minuman kita sudah tandas dari tadi,biar aku yang bayar,"mengeluarkan dua lembar warna merah dari dalam dompetnya sambil nyengir.

"Tapi apa kita membiarkan perkara begini terus menerus tanpa upaya memutus mata rantainya?"Sergah pemuda gondrong bermisai tipis, berdiri menyelempangkan tas  ranselnya.

"Kitalah yang memutus mata rantainya mulai dari hal-hal kecil dulu,"pemuda klimis menepuk pundak temannya. Lantas keluar warung bakso beriringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun