Kebijakan ini awalnya diberikan kepada para pekerja yang terkena PHK akibat dampak dari pelemahan global yang memang diprediksi akan menghantam Indonesia pada tahun 2020, namun ketika wabah merebak, kebijakan ini pun masih dipaksakan untuk terus didorong.
Tentu saja kebijakan ini menjadi kurang tepat, selain mengalihkan sumberdaya pemerintah untuk penanganan Covid, program-program yang diberikan melalui kartu pekerja juga tidak terlihat manfaatnya kepada para pekerja yang terkena PHK, apakah benar program ini dapat menjaga perekonomian dari dampak buruk resesi global? Saya rasa tidak, karena tidak ada satupun yang menghasilkan produk, nilai tambah produk ataupun yang menghasilkan nilai tambah dalam perekonomian.
Dari semua kebijakan pemerintah saat ini, saya melihat pemerintah hanya berfokus kepada bagaimana menjaga pengeluaran pemerintah saja dalam jangka pendek, mungkin pemerintah berharap, dengan menjaga pengeluaran pemerintah dan membaginya kepada beberapa kelompok masyarakan, akan dapat menjaga daya beli masyarakat sehingga menjaga sektor konsumsi. Padahal sebagian besar kelompok masyarakat menahan konsumsinya karena merasa khawatir akan dampak wabah, sehingga jika mereka tetap mengurangi makan hal ini lah yang akan memberikan pengaruh negatif terhadap sektor lainnya.
Sebenarnya pengeluaran pemerintah tidak dapat menggantikan pengeluaran konsumsi rumah tangga, ataupun investasi pemerintah tentu tidak dapat mengganti investasi swasta dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Namun kebijakan-kebijakan yang baik dan tepat, seperti bagaimana mempercepat penyelesaian wabah, bagaiman mendorong sektor usaha dan bagaimana mendorong pariwisata domestik untuk kembali bangun lagi dengan tepat adalah kebijakan yang harus segera menjadi fokus utama pemerintah, bukan kebijakan pengeluaran yang bertujuan membagi-bagi
Saya sempat membuat analisa kecil-kecilan dengan menggunakan data kuartal dari tahun 1993 sampai dengan 2019, untuk melihat seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah dalam jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga sektor lainnya.
Variabel yang saya gunakan adalah Pertumbuhan GDP, Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah, Pertumbuhan Investasi serta pertumbuhan ekspor Impor. Analisa ini menggunakan metode VAR untuk melihat model multivariat,dimana variabel eksogen (yang mempengaruhi) juga dapat menjadi variabel endoge (yang dipengaruhi). dari hasil perhitungan dengan menggunakan eviews saya kemudian mendapatkan:
Jika kita melihat pola ini, kita juga dapat membayangkan pertumbuhan ekonomi kuartal ke-4 tahun 2020, kemungkinan dapat dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah di kuartal pertama (Januari-Maret) dan kuartal ke-3 (Juli-September). itupun hanya memberikan efek -0.05% dan 0.06% terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan konsumsi sama sekali tidak ada pada kolom kedua tidak ada.
Lalu kita membayangkan dengan pola seperti ini, apa yang dikejar oleh pemerintah dengan semua pengeluaran jangka pendeknya dalam bentuk BLT, ataupun Kartu Pra Pekerja seperti saat ini? Sedangkan pengeluaran pemerintah dalam jangka pendek pun tidak memiliki pengaruh besar terhadap sektor lainnya, seperti Konsumsi, investasi maupun ekspor impor.
Seandainya pemerintah lebih fokus untuk menyelesaikan wabah Covid dengan cepat, lalu kemudian kembali mendorong aktivitas warga masyarakat seperti sedia kala, saya rasa dampak pelemahan ekonomi global tidak akan terlalu membebani ekonomi Indonesia. Pemerintah dapat mendorong sektor pariwisata kembali aktif dan diisi oleh wisatawan domestik misalnya dengan aman tanpa ada rasa khawatir harus tertular wabah dan lain sebagainya.