Mohon tunggu...
SATRIA KUSUMA DIYUDA
SATRIA KUSUMA DIYUDA Mohon Tunggu... Wiraswasta - ya begitu deh...

Menulis di waktu senggang saja...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kesejahteraan Berkesinambungan dan Ideologi Bangsa

14 Mei 2019   16:28 Diperbarui: 14 Mei 2019   16:47 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Apakah berbagi faktor produksi dapat meningkatkan kesejahteraan yang berkesinambungan? Seharusnya bisa, kita bisa melihat besarnya akumulasi faktor produksi yang dimiliki sekolompok orang kaya di Indonesia sehingga mereka mampu untuk menjaga kesejahteraan mereka dalam kondisi apapun. 

Contoh yang paling dekat adalah di sektor pertanian, kesejahteraan petani akan terlihat berbeda antara satu petani dan petani lainnya dari besar dan area kesuburan lahan pertanian mereka. para petani dengan lahan relatif lebih besar akan mampu mengakumulasi kekayaan mereka bahkan kemudia memilik faktor produksi lain seperti mesin-mesin penggilingan. 

Hal yang sangat berbeda terjadi kepada petani yang hanya menjadi penggarap maupun memiliki lahan terbatas dimana mereka hanya menjadi pengikut, tidak mampu untuk merubah gabah mereka menjadi beras sehingga pendapatan mereka sangat tergantung dari jumlah produksi gabah dan harga gabah. Para buruh tani bahkan mungkin lebih miris lagi.

Namun ada peluang lebih besar juga selain membagi alat produksi fisik, yaitu pendidikan. Pendidikan adalah kesempatan terbesar bagi penduduk yang memiliki faktor produksi dengan nilai rendah untuk mampu merubah kesejahteraan mereka. pendidikan juga mampu mendorong menciptakan faktor produksi lain yang mampu memproduksi produk dengan nilai tambah tinggi yang berkesinambungan tentunya. Maka pentinglah bagi Indonesia untuk terus mendukung kebijakan rezim yang mendorong pembangunan infrastruktur dan pendidikan saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun