Sepakbola nasional mulai menggeliat kembali setelah vakum lebih dari setahun akibat pandemi covid-19. Tahun lalu menarik perhatian karena faktor nama Erick Thohir dan Kaesang Pangarep, 2 dari trio investor baru mereka. Cilegon United tidak kalah menjadi berita, karena faktor Rafi Ahmad, artis dan influencer papan atas sebagai pemilik Rans Entertainment yang mengakuisinya.
Konsekuensi lain dari masuknya investor baru kepada sebuah klub adalah terjadinya penggantian nama bahkan berpindahnya domisili klub dari kota/daerah asalnya. Konsekuensi-konsekuensi itu memang wajar terjadi dan harus diterima oleh pemilik/manajemen sebelumnya dan para stakeholder klub termasuk para suporter yang selama ini menjadi pendukung tim.
Kongres PSSI Sabtu 29 Mei 2021 telah mengesahkan perubahan nama dari beberapa klub Liga2 dan Liga3 seperti Cilegon United dan Martapura FC. Cilegon united,  klub yang berdomisili di Kota Cilegon - Banten  setelah masuknya Rans Entertainment, nama klub berubah menjadi Rans Cilegon FC. Tidak sampai disitu, pihak Rans berencana memindahkan  domisili klub. Sedangkan Martapura FC kini berubah nama menjadi Martapura Dewa United.
Perubahan nama dan berpindahnya domisili klub bukanlah hal baru dalam dunia sepakbola Indonesia sejak bergulirnya era liga profesional. Beberapa diantaranya bisa disebutkan disini. Tahun 2018 PT PBB yang menaungi Persib Bandung melalui anak perusahaannya mengakuisisi Klub Blitar United yang bermain di Liga 2.Â
Blitar United pun pindah domisili ke Kota Bandung dan berubah nama menjadi Blitar Bandung United dan terakhir menjadi Bandung United. Klub ini menambah Tim Satelit Persib Bandung menjadi 2 setelah sebelumnya memiliki Maung Anom yang khusus digunakan untuk memberikan jam terbang bagi kader-kader Persib Bandung dari Akademi Persib dan Diklat Persib yang dimilikinya. Persib merupakan satu-satunya klub Liga 1 yang memiliki Ttm satelit yang berlaga di level liga di bawahnya.
Jauh sebelum itu tahun 2002 Persijatim Jakarta Timur pindah ke Solo dan berubah nama menjadi Persijatim Solo FC. Dua tahun kemudian Persijatim Solo FC diakuisisi  Pemerintah Kota Palembang, berpindah domisili ke Kota Palembang dan berganti nama menjadi Sriwijaya FC. Kiprah Sriwijaya FC terbilang fenomenal, karena dalam waktu tidak terlalu lama berhasil menjadi klub elit dan menembus LIGA 1 dengan prestasi yang sangat mentereng. Sayang pada musim 2018 Sriwijaya FC terpaksa turun kasta ke LIGA 2 dan merelakan statusnya sebagai klub elit LIGA 1.
Sementara itu Persisan Putra Samarinda yang merupakan klub hasil merger Persisam Samarinda (eks perserikatan) dengan Putra Samarinda (eks galatama), tahun 2015 diakuisisi oleh Pieter Tanuri, salah seorang pendiri PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB). Di tangan Pieter Tanuri, Persisam pindah domisili ke Bali dan berubah nama menjadi Bali United dan langsung menjadi klub papan atas LIGA 1. Tim ini berhasil menjadi juara LIGA 1 edisi 2019 dan saat ini bersiap untuk mewakili Indonesia di Liga Champion Asia. Bali United menjadi klub pertama di Indonesia dan kedua di Asia yang mencatatkan namanya di Bursa Saham sebagai perusahaan yang go public.
Sejarah paling panjang dalam perubahan nama dan pergantian investor dialami klub Pelita Jaya  sampai menjadi Madura United. Tahun 2006, 100% saham PT Nirwana Pelita Jaya (Grup Bakri) dibeli oleh Dedi Sutedi dan berubah nama menjadi Pelita Bandung Raya (PBR). Ini adalah perubahan nama ke delapan kalinya yang dialami Pelita sejak tahun 1986. Nama Pelita benar-benar betakhir setelah sebagian saham PBR dibeli oleh Persipasi Bekasi dan berganti nama menjadi Persipasi Bandung Raya tanpa embel-embel Pelita lagi. Nama Bandung Raya sendiri bukan nama baru dalam kancah srpakbola nasional. Seperti juga Pelita Jaya, Bandung Raya adalah eks galatama yang berdiri tahun 1985.
Perjalanan nama Bandung Raya berakhir ketika PBR diakuisi perusahaan milik Achsanul Qosasi, pindah ke Pamekasan dan berganti nama menjadi Madura United. Di Madura klub ini berhasil mempertahankan posisinya di LIGA 1 meski belum mencatatkan prestasi gemilang.
Perubahan nama klub dan perpindahan domisili menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa dinafikan dalam era liga profesional di negara kita. Secara umum, masuknya investor baru kepada sebuah klub yang membawa konsekuensi perubahan nama dan perpindahan domisili terbukti memberikan hasil nyata dalam bentuk prestasi klub. Meski keberhasilan itu lahir secara instan berdasarkan kekuatan finansial, bukan lahir dari proses pembinaan bibit baru. Madura United misalnya sering disindir sebagai Tim yang pemainnya 100% pemain asing, karena tidak ada satupun dari skuadnya yang berasal dari Madura.
Persib, Persija dan Persebaya adalah contoh 3 klub yang berhasil memanfaatkan masuknya investor baru untuk meningkatkan prestasi mereka tanpa mengesampingkan pembinaan bibit-bibit baru pesekbola handal.
Masuknya Azrul Ananda, anak dari Dahlan Iskan Boss Jawa Pos Grup berhasil mengerek Persebaya naik ke LIGA 1 dan kemudian menjuarainya. Skuad Juara Persebaya diisi oleh sebagian besar produk asli Persebaya. Demikian pula dengan Persija berhasil mencatatkan diri sebagai kampiun LIGA 1 edisi 2018 dengan sebagian pemainnya produk binaan usia dini mereka. Pada tahun itu Persib sejatinya menjadi kandidat kuat untuk juara setelah memimpin klasemen di putaran pertama. Sayangnya gara-gara ulah suporter, Persib terusir dari Bandung dan harus memainkan putaran kedua dari home base sementaranya di Kalimantan Timur. Buyarlah harapan Persib untuk menjuarai LIGA 1.Â
Dalam pembinaan Usia Muda, Persib layak disebut sebagai yang terbaik. Kini hampir semua Klub LIGA 1 dan LIGA 2 dihiasi oleh produk Akademi Persib dan Diklat Persib. Beberapa diantaranya lolos menjadi skuad timnas di semua level dari Timnad U16 Â sampai Timnas Senior.
PSSI sebagai induk organisasi sepakbola nasional, tentu memahami keniscayaan ini. Bahwa perubahan nama dan perpindahan domisili klub adalah konsekuensi logis dari masuknya investor baru kepada sebuah klub. Â Hanya saja, PSSI dengan tegas mengharamkan (tidak akan merestui) perubahan nama, logo dan perpindahan domisili bagi 7 klub pendiri PSSI. Ini sebuah kabar baik mengingat perubahan nama dan perpindahan domisili merupakan isu yang sangat sensitif bagi beberapa klub terutama klub-klub eks perserikatan yang berada di Liga 1.
Berikut ini ulasan sepintas tentang 7 klub yang diharamkan berubah nama dan pindah domisili.
1. Persija (berdiri tahun 1927)
Nama asal : Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta ( PERSIJA)
Pemilik    : PT Persija Jaya Jakarta
Domisili. Â Â : Kota Jakarta
Julukan. Â Â Â : Macan Kemayoran
Status Profesional : Lisensi AFC
Prestasi    : - 2 kali Liga Profesional
             - 9 kali Perserikatan
Home      : - Stadion Gelora Bung Karno
Dari segi prestasi juara Persija merupakan klub tersukses sepanjang sejarah kompetisi sepakbola nasional. Persija adalah salah satu tim elit di Liga 1 dan setiap musim selalu difavoritkan menjadi kandidat juara. Tahun ini Persija berhasil menjuarai Piala Menpora, Â turnamen pra musim yang resmi digelar oleh PSSI melalui PT LIB sebagai operator Liga saat ini.
2. Persib (berdiri tahun 1933)
Nama asal : Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PERSIB)
Pemilik    : PT Persib Bandung Bermartabat
Domisili. Â Â : Kota Bandung
Julukan    : Pangeran Biru, Maung
             Bandung
Status Profesional : Lisensi AFC
Prestasi. Â Â Â : - 2 kali Liga Profesional
             - 5 kali Perserikatan
Home      : - Stadion Gelora Bandung  Â
               Lautan Api (GBLA)
             - Stadion si Jalak Harupat    Â
Persib adalah klub pertama di Indonesia yang melepaskan diri dari ketergantungan kepada dana APBD. Tahun 1999 Persib berubah starus dari Perserikatan menjadi Klub Profesional di bawah panji PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB). Dalam persiapan Liga 1 musim ini, Persib berhasil mencapai posisi runner up pada turnamen pra musim Piala Menpora.
3. Persebaya (berdiri tahun 1927)
Nama Asal : Persatuan Sepakbola Surabaya (PERSEBAYA)
Pemilik. Â Â Â : PT Persebaya Indonesia
Domisili. Â Â : Kota Surabaya
Julukan.   : Bajul Ijo, Green Force
Status Profesional : -
Prestasi    : - 4 kali Liga Profesional
             - 3 kali Perserikatan
Home : Stadion Gelora Bung Tomo (GBT)
Persebaya dalam 3 tahun terakhir ini kembali bermain di kasta tertinggi sepakbola Indonesia yakni LIGA 1 setelah beberapa lama sempat terseok-seok bermain di liga di bawahnya.
4. Persis (berdiri tahun 1923)
Nama asal : Â Persatuan Sepakbola Indonesia Surakarta (PERSIS)
Pemilik. Â Â Â : PT Persis Solo Saestu (PSS)
Domisili. Â Â : Kota Solo
Julukan    : Laskar Sambernyawa
Status Profesional : -
Prestasi    : - 7 kali Perserikatan
Home      : Stadion Sriwedari - Solo
Saat ini bermain di Liga 2. Tahun ini secercah harapan muncul dengan masuknya investor baru yang terbilang "kakap" untuk ukuran sepakbola Indonesia. Dengan masuknya investor baru diharapkan Persis bisa menyusul 3 rekannya pendiri PSSI (Persija, Persib, Persebaya) yakni menjadi klub modern yang dikelola secara profesional. Dengan suntikan dana yang lumayan besar, saat ini Persis menjadi Tim paling siap mengarungi LIGA 2 dengan materi pemain yang cukup "wah". Patut dinanti kiprah mereka dengan semangat baru mereka, berapa lama mereka bisa naik ke pentas Liga 1. Sesuatu yang belum pernah mereka capai sebelumnya.
5. PSIM Jogjakarta (berdiri tahun 1930)
Nama asal : Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM)
Pemilik. Â Â : PT PSIM Jaya
Domisili   : Kota Jogjakarta
Julukan. Â Â : Laskar Mataram
Status Profesional : -
Prestasi    : - 0 kali Liga Profesional
             - 1 kali Perserikatan
Home. Â Â Â Â : Stadion Mandala Krida
6. PPSM Magelang (berdiri tahun 1950)
Nama asal : Perserikatan Paguyuban Sepakbola Magelang (PPSM)
Pemilik    : PT Magelang Soccer Academy (MSA)
Domisili   : Kab. Magelang
Julukan    : Laskar Macan Tidar
Status Profesional : -
Prestasi   : - 0 kali Perserikatan
Home. Â Â Â Â : Stadion dr. H. Moch.Soebroto
7. PSM Madiun(berdiri tahun 1929)
Nama asal : Persatuan Sepakbola
Madiun (PSM)
Domisili   : Kota Madiun
Julukan    : Banteng Wilis
Status Profesional : -
Prestasi. Â Â : -
Home. Â Â Â Â : Stadion Wilis
PENUTUP
Bagi beberapa klub dengan basis suporter yang kuat, sepertu Persija, Persib, Persebaya, Persis, penggantian nama dan perpindahan domisili klub adalah sesuatu yang tidak boleh terjadi. Persib misalnya pernah menggunakan nama Persib Maung Bandung (PMB) saat mengarungi Liga. Ini memantik reaksi keras dari stake holder Persib terutama Bobotoh. Mereka tidak ingin ada embel-embel lain pada nama Persib. Mereka setuju Maung Bandung menjadi julukan Persib disamping Pangeran Biru. Tapi mereka tidak mau itu nempel di nama resmi Persib.Â
Begitu juga saat Erick Thohir, Pieter Tanuri, Glenn Sugita masuk menjadi investor Persib, Stake Holder merespon dengan kekhawatiran akan pindahnya Persib keluar dari Bandung. Masyarakat Bandung dan Jawa Barat khususnya para pencinta sepakbola tidak pernah mempersoalkan perginya Bandung Raya dari Kota Bandung, tapi tidak dengan Persib. Persib harus tetap berdomisili di Kota Bandung seburuk apapun kondisi Persib. Jaminan dari Erick Thohir dkk kemudian berhasil meredakan kekhawatiran mereka.
Saat Pieter Tanuri mengakuisisi Persisam Putra Samarinda dan memindahkannya ke Bali dengan nama baru Bali United, para stakeholder Persib kembali teringat dengan nasib Persib jika saja pada saat Pieter Tanuri masuk ke Persib dan mereka diam saja bisa saja yang pindah menjadi Bali United itu bukan Persisam Putra tapi Persib.
Bagi Jak Mania, komunitas suporter Persija, Persija boleh menjadi tim nomaden yang harus berpindah-pindah home stadion seperti yang dialami beberapa musim terakhir. Tapi tidak dengan domisili. Persija harus tetap berdomisili di Kota Jakarta. Hal yang pasti berlaku juga bagi Persebaya dan Persis Solo, juga beberapa klub lain terutama eks perserikatan seperri PSM, PSMS dan Persipura. Klub-klub itu harus tetap berada di tempat domisilinya sekarang.
Tidak bisa dibayangkan sepakbola Indonesia tanpa nama Persija, Persib, Persebaya, PSM dan PS serta Persis karena sudah berganti nama. Atau katakanlah misalnya Persib masih ada tapi tidak lagi menjadi bagian dari Kota Bandung dan Jawa Barat karena berdomisili di daerah lain. Sangat sulit untuk membayangkannya.
Semoga  ketujuh klub pendiri PSSI tersebut tidak hanya tetap ada karena adanya larangan untuk berubah nama dan logo serta domisili, tapi terpacu untuk eksis secara prestasi dan mampu memberikan kontribusi besar bagi perkembangan prestasi Timnas kita. Semoga ......... >|
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI