Bagi Persib, dukungan bobotoh bagaikan 2 sisi mata uang. Selain hal-hal positif yang menguntungkan bagi klub dan tim seperti diuraikan di atas, pada sisi lain bobotoh kerap memberikan hal-hal negatif yang merugikan tim.
Musim 2018 menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi bobotoh dalam mendukung tim kesayangannya ini. Pada musim  itu Persib menjadi kandidat terkuat untuk menjadi juara. Dengan skuad yang sangat "wah" dan dipimpin Roberto Mario Carlos Gomez, pelatih hebat dengan reputasi juara level Asia, Persib mengunci posisi teratas di klasemen akhir putaran pertama.Â
Musibah terjadi di putaran kedua ketika pertandingan home versus Persija 23/9/2018 terjadi insiden tewasnya 1 orang pendukung Persija di luar stadion. Sanksi pun segera menimpa. Persib terusir dari Bandung, harus memainkan sisa laga home yang masih cukup banyak di Kalimantan dan tanpa kehadiran penonton di tribun stadion.
Ini jelas sangat merugikan. Dari segi pendapatan Persib kehilangan potensi pemasukan dari penjualan tiket masuk stadion. Pada sisi lain Persib harus mengeluarkan biaya operasional yang jauh lebih besar dari biasanya laga home.Â
Selain itu Persib pun harus membayar sanksi denda yang jumlahnya ratusan juta. Dalam hal sanksi denda akibat ulah suporter ini, hampir setiap musim Persib menjadi rangking 1 dalam hal jumlah denda yang harus dibayar. Namun kerugian terbesar Persib pada musim 2018 itu adalah buyarnya kesempatan untuk meraih titel juara. Terusirnya laga home ke Kalimantan dan bertanding tanpa dukungan bobotoh membuat performa tim menurun drastis.
Insiden yang menelan korban jiwa saat laga panas versus Persija bukanlah yang pertama kali terjadi. Sudah beberapa orang menjadi korban tewas baik dari pendukung Persib maupun pendukung Persija. Itu terjadi baik saat yang menjadi tuan rumah itu Persib ataupun Persija.
Sebagian bobotoh kerap menunjukkan sikap tidak sabar dalam mengikuti perkembangan tim. Kasus terakhir yang terjadi saat Persib gagal menjadi juara Piala Menpora bisa menjadi contoh nyata. Sejak awal Persib tidak mentargetkan juara.Â
Keikutsertaannya dalam turnamen pra musim itu hanya untuk "senang-senang" saja agar para pemain kembali bisa menikmati atmosfir pertandingan setelah istirahat lebih dari setahun akibat pandemi covid-19.Â
Tapi sebagian bobotoh itu tidak sabar, jika sudah sampai final maka harus juara. Dan lawan Persib di partai final adalah Persija. Bagi mereka Persib boleh saja kalah, tapi tidak oleh Persija. Celakanya Persib kalah. Maka bergeraklah mereka, menyerang markas Persib. Markas tim yang mereka cintai.
Bobotoh juga kerap menjadi alasan mundurnya pelatih. Jaya Hartono, Darko Janackovic, Â Jovo Cuckovic, Jajang Nurjaman, Dejan Antonic, Miljan Radovik adalah beberapa pelatih dengan reputasi sangat baik yang pernah merasakan "kejamnya" tekanan bobotoh. Darko, Dejan dan Miljan bahkan mundur sangat awal dari masa kepelatihan mereka, karena tidak kuat dengan tekanan bobotoh. Di Persib itu, sangat jarang ada pelatih yang dipecat oleh manajemen. Bobotohlah yang paling bisa "memecat" pelatih.
Saatnya bobotoh kembali kepada semboyan luhur mereka yaitu "make manah". Bobotoh ngadukung Persib make manah (bobotoh mendukung Persib dengan  hati). Maka pemain akan "maen make manah" (bermain dengan hati) dan manajemen akan "mingpin make manah" (memimpin dengan hati).