Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngabuburit dan Ngabeubeurang dalam Perspektif Puasa yang Produktif

6 April 2021   19:00 Diperbarui: 6 April 2021   19:04 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah ngabuburit sekarang sudah menjadi kosa kata yang umum digunakan di seluruh Indonesia. 

Ngabuburit sebenarnya berasal dari basa Sunda yang berarti menunggu datangnya waktu berbuka puasa.Kata dasar dari ngabuburit adalah burit yang diberi imbuhan nga dan pengulangan kata "bu". 

Burit adalah penyebutan untuk waktu beberapa menit sebelum maghrib. Istlah lain dari burit adalah wanci sareupna. Jadi kata dasar burit pada ngabuburit bukan berasal dari kata burit dalam bahasa Indonesia yang berarti belakang.

Dalam budaya Sunda burit atau wanci sareupna adalah waktu yang banyak terisi pamali. Misalnya burit menjadi waktu yang pamali untuk anak-anak dan remaja bermain di luar rumah. Saat burit itu semua harus sudah berada di rumah bersiap-siap untuk sholat maghrib. 

Oleh karena itulah aktifitas ngabuburit umumnya akan berakhir saat waktu burit itu tiba. Semua yang ngabuburit akan beranjak pulang, sehingga bisa berbuka puasa bersama di rumah.

Ngabuburit sejatinya adalah bagian dari pola belajar puasa bagi anak-anak. Puasa adalah ibadah wajib bagi umat Islan yang sudah akil balig (dewasa secara jasmani). Umumnya masa akil balig ini dicapai saat usia remaja sekitar 13-14 tahun. 

Bagi anak laki-laki masa akil balig dimulai ketika si anak sudah mengeluarkan mani baik dalam keadaan sadar maupun pada saat tidur. Sedangkan pada anak perempuan dimulai ketika haid pertama kali. 

Anak-anak yang belum mencapai akil balig belum diwajibkan untuk berpuasa maupun kewajiban syariat lainnya. Adapun jika dia berpuasa hukumnya sunat yang pahalanya akan diberikan kepada orangtuanya.

Terlepas dari aspek pahala, kalangan orang tua biasanya akan melatih anak-anaknya untuk belajar puasa sejak dini. Setidaknya ada 2 hal yang biasa dilakukan orangtua untuk melatih anak-anaknya berpuasa.

Yang pertama adalah puasa bertahap. Anak-anak akan diajari puasa secara bertahap tidak langsung penuh dari subuh sampai maghrib. Maka dikenal ada yang disebut puasa bedug, yakni puasa sampai terdengar bedug duhur. 

Pada saat duhur itu si anak diperbolehkan berbuka. Untuk yang sudah kuat, setelah buka pada waktu duhur itu kemudian meneruskan puasanya sampai maghrib. Saat makan sahurpun orangtua memberikan semacam keringanan. 

Jika si anak terlambat bangun, misalnya setelah waktu sholat subuh, maka si anak masih diperbolehkan makan sahur dan kemudian melaksanakan puasa.

Yang kedua, orangtua akan merangsang keinginan dan semangat anak untuk berpuasa dengan menciptakan puasa yang menyenangkan. Ini antara lain dilakukan dengan pemberian semacam reward atas prestasi puasanya. Baju baru untuk lebaran misalnya, adalah salah satu bentuk reward itu. 

Ada yang beranggapan pemberian hadiah puasa kontradiktif dengan pendidikan keikhlasan dalam beribadah. Ibadah memang betul harus didasari keikhlasan. Tapi anak-anak kecil belum paham dengan makna ikhlas. Mereka butuh rangsangan untuk mulai belajar beribadah.

Ngabuburit adalah salah satu cara dalam rangka menciptakan puasa yang menyenangkan itu. Dengan ngabuburit itu diharapkan anak-anak yang sedang berpuasa merasakan kegembiraan dan bisa melupakan lapar yang dirasakannya sehingga bisa bertahan puasa sampai maghrib. Jadi sejatinya ngabuburit itu diperuntukan bagi anak-anak dan remaja yang sedang belajar puasa atau baru menginjak (masuk) kewajiban puasa.

Sesuai namanya, aktivitas ngabuburit umumnya dimulai ba'da ashar. Ketika puasa orangtua biasanya mengijinkan anaknya yang masih kecil yang sedang belajar puasa untuk tidur siang. Tidur siang ini biasanya setelah duhur. 

Berarti bagi yang ikut puasa bedug, dia akan tidur setelah "buka" puasa dan sholat duhur. Meski tidur tidak dilarang dalam puasa, tapi membatasi tidur itu lebih baik. Dengan membatasi tidur, puasa akan tetap produktif. 

Dengan ngabuburit si anak yang berpuasa akan terhindar dari tidur di sore hari. Inilah substansi penting dari ngabuburit, yakni melatih anak untuk tetap produktif meski puasa. Dengan membatasi tidur hanya di siang hari, dan merangsang anak untuk beraktifitas di sore hari, anak akan terbiasa dengan puasa yang produktif. Anak dilatih untuk memahami bahwa puasa bukan untuk malas-malasan.

Ngabuburit tidak harus identik dengan beli-beli makanan atau mainan atau jalan-jalan ke tempat belanja yang mahal. Banyak cara ngabuburit yang murah dan bermanfaat. Zaman saya kecil dahulu, karena hidup di desa, ngabuburit banyak sekali bentuknya. Membersihkan kandang kelinci misalnya. Saya kebetulan sejak SD - SMP sudah belajar beternak mulai dari marmut, kelinci sampai domba. 

Ternak itu betul-betul saya yang pelihara termasuk ngarit (mencari rumput) dan memberi makan. Kalau puasa bertepatan dengan musim kemarau panjang, sungai akan menjadi arena ngabuburit. Air sungai yang menyusut drastis, menjadi kesempatan untuk menggarap "kokombongan". 

Kokombongan itu semacam lubuk buatan untuk menarik ikan bersembunyi. 3 atau 4 hari sekali akan "ditawu" dikeringkan airnya. Saat itulah ikan-ikan dapat ditangkap dan dibawa pulang. 

Kalau puasa bertepatan dengun "usum buah" (musim mangga), Urang Sunda menyebut buah hanya khusus untuk "mangga", kakak tertua saya akan membuat manisan mangga dan saya yang menjualnya di halaman Masjid Agung di kampung kami untuk mereka yang ngabuburit. Jadi ngabuburit bisa juga sambil berjualan.

Saat bulan puasa perputaran ekonomi di sektor makanan akan meningkat signifikan dari hari-hari yang lain. Meski ini menjadi sebuah anomali dimana saat sebagian besar bangsa Indonesia berpuasa tingkat konsumsi masyarakat di sektor makanan justru meningkat.

Karena itulah pemerintah akan cukup disibukan dengan penyedian kebutuhan bahan pokok untuk bulan Ramadhan. Akan menjadi sebuah cacat jika pemerintah gagal mengamankan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat selama bulan puasa.

Saat pandemi seperti sekarang ini ngabuburit bisa menjadi kesempatan untuk memutar roda ekonomi keluarga. Membuat dan menjual masakan untuk buka puasa misalnya. Atau makanan dan minuman yang pas buat takjil. Kalau di seputar Bandung, bala-bala dan gehu serta cendol dan sop buah adalah yang paling dicari untuk takjil. 

Di tempat-tempat lain tentu punya kekhasan masing-masing. Meski omzetnya tidak setiinggi saat normal (bukan saat pandemi) tapi setidaknya bisa cukup nembantu ekonomi keluarga selama puasa. Dan yang terpenting bisa menjadi sarana ngabuburit untuk anak-anak dengan cara melibatkannya dalam memasak atau menjualnya atau kegiatan lain yang berhubungan dengan itu.

Di masa sekarang ngabuburit telah mengalami pergeseran makna sedemikian rupa. Ia menjadi aktivitas yang bersifat umum lintas usia tidak lagi terbatas kepada anak-anak (dan remaja).

Ngabuburit juga menjadi agenda tahunan beberapa stasiun TV nasional untuk menyiarkan acara yang bertajuk ngabuburit. Bahkan ngabuburit menjadi momen bagus untuk aktivitas marketing produk-produk tertentu. 

Banyak produsen dari produk-produk tertentu secara rutin setisp tahun menggelar acara ngabuburit antara lain berbentuk konser musik. Tentu ini tidak bisa disalahkan, karena faktanya puasa ramadhan khususnya di Indonesia memang mengandung dimensi ekonomi di dalamnya.


Ngabeubeurang

Saat berpuasa,  makan sahur dianjurkan untuk melaksanakannya di akhir waktu yakni beberapa menit menjelang imsak. Imsak adalah waktu dimana orang yang mau berpuasa dianjurkan berhenti makan minum agar tidak kebablasan melewati waktu shubuh, yakni waktu dimulainya puasa. Jadi imsak bukan waktu mulainya berpuasa melainkan waktu untuk bersiap-siap memasukinya. 

Sisi positif dari mengakhirkan makam sahur adalah memperkecil kemungkinan terlewatnya sholat shubuh akibat ketiduran. Sholat subuh selain merupakan kewajiban bagi seorang Muslim, ia juga dipercaya mempunyai banyak kaifiyah (hal-hal baik) ketika kita melaksanakannya.

Adapun setelah sholat shubuh dianjurkan tidak tidur lagi. Sudah banyak ahli kesehatan yang mengemukakan sisi negatif dari tidur pagi (subuh), misalnya saja kondisi tubuh menjadi tidak fresh saat bangun dari tidur pagi sehingga mengganggu kesiapan untuk beraktifitas. Di masyarakat Sunda tidur setelah sholat subuh itu dipercaya menghalangi datangnya rejeki.

Maka saat bulan Ramadhan orang yang berpuasa khususnya anak-anak dan remaja akan mencari cara agar tidak tidur lagi setelah sholat subuh sampai datangnya waktu dimulainya aktifitas rutin seperti sekolah atau bekerja. Mengaji atau kuliah subuh menjadi aktifitas positif yang bisa dilakukan. Joging menjadi olahraga yang paling digemari saat menanti siang di bulan puasa yang tidak saja dilakukan anak-anak dan remaja tapi juga kalangan dewasa. 

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunggu siang saat berpuasa. Namun orangtua harus memastikan anak-anak dan remaja itu tidak melakukan aktifitas yang cenderung negatif seperti trek-trekan (balapan liar sepeda motor) atau menyalakan petasan. Kedua aktifitas ini menjadi hal yang kerap terjadi dan dilakukan selama bulan puasa.

Inilah ngabeubeurang, aktivitas menunggu datangnya siang di saat berpuasa. Ngabeubeurang berasal dari kata dasar beurang dalam basa Sunda yang berarti siang. Beurang termasuk ke dalam basa Sunda Loma (basa sunda umum).

Dalam bahasa Sunda halus siang disebut juga dengan siang (sama seperti bahasa Indonesia). Ini berbeda dengan sore yang dalam basa Sunda juga sore. Tapi sore itu untuk basa Sunda kasar. Dalam basa Sunda halus disebut sonten.

Jadi kalau ngabuburit itu aktivitas menunggu datangnya saat berbuka puasa, ngabeubeurang itu aktifitas menunggu datangnya siang agar terhindar dari tidur setelah sholat subuh.

Seperti juga ngabuburit, puasa yang produktif menjadi tujuan dari ngabeubeurang. Dan tetap produktif selama berpuasa harus menjadi paradigma berpuasanya umat Islam Indonesia. 

Puasa tidak seharusnya menjadi penyebab anjloknya produktivitas, baik di sektor industri maupun sektor pelayanan publik. Kalangan buruh misalnya harus bisa menunjukkan bahwa puasanya tidak menyebabkan produktifitas dirinya turun. Dengan begitu bisa meyakinkan semua pihak bahwa produktifitasnya sepadan dengan tuntutan kenaikan kesejahteraan yang terus digaungkan. 

Jika saja sebagian besar dari umat Islam di Indonesia bisa memahami dan mengaplikasikan paradigma puasa yang produktif, maka umat Islam Indonesia bisa memberikan sumbangan besar untuk datangnya suatu masa ketika kaum buruh menggelorakan peningkatan produktifitas dan kaum pengusaha menggaungkan peningkatan kesejahteraan kaum buruh. Semoga ......>|

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun