Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Wilujeng Sumping Kang Syahrul Gunawan

23 Maret 2021   07:26 Diperbarui: 23 Maret 2021   07:54 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang unik dalam Pilkada Serentak Tahun 2020 di Kabupaten Bandung. Pasca Pilkada yang memenangkan pasangan Dadang Supriatna - Syahrul Gunawan, muncul guyonan yang cukup menggelitik di kalangan warga Kabupaten Bandung. Guyonan itu kira-kira begini : "Ternyata Bupati dan Wakil Bupati masih tetap pasangan Dadang - Gunawan".

Pilkada 2015 menghasilkan pemenang pasangan Dadang M. Naser - Gun gun Gunawan. Bagi Dadang M. Naser ini adalah periode kedua dalam jabatan Bupati. Dengan jabatan 2 periode itu maka Dadang M. Naser tidak lagi bisa maju dalam Pilkada Serentak Tahun 2020. Sementara itu Gun gun Gunawan tidak maju dalam kontestasi karena PKS yang menjadi tempat Gun-gun bernaung gagal mendapatkan partner koalisi. Dengan demikian Pilkada Serentak Tahun 2020 Kabupaten Bandung berlangsung tanpa keikutsertaan calon petahana.

Hasil resmi KPU dalam Pilkada Serentak Tahun 2020 memunculkan pasangan Dadang Supriatna - Syahrul Gunawan sebagai pemenang. Dengan begitu maka pasangan Dadang - Gunawan diganti oleh pasangan Dadang - Gunawan. Jadi memang betul Bupati dan Wakil Bupati Bandung tidak berubah, tetap pasangan Dadang - Gunawan.

Dadang Supriatna lahir di Desa Tegalluar Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung. Di desa itu pula Kang DS, panggilan akrab Dadang Supriatna, sempat mengabdikan dirinya sebagai kepala desa. Menjadi anggota DPRD Kabupaten Bandung 2 periode dan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat adalah arena pengabdian berikutnya sebelum kemudian terpilih menjadi Bupati Bandung pada pilkada yang baru lalu.

Berbeda dengan Dadang Supriatna yang "pituin" (asli) warga dan kelahiran Kabupaten Bandung, Syahrul Gunawan dilahirkan di Bogor. Ia tidak ikut "nyoblos" saat Pilkada Serentak Tahun 2020 Kabupaten Bandung, karena ia tidak ber-KTP Kabupaten Bandung. Ia juga tidak berdomisili di Kabupaten Bandung, tapi di Jakarta. Karena itulah saya ingin mengucapkan : "Wilujeng Sumping Kang Syahrul Gunawan di Kabupaten Bandung".

Kabupaten Bandung adalah satu dari 5 daerah otonomi di kawasan Bandung Raya. 4 daerah otonomi lainnya adalah Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat serta Kabupaten Sumedang. Dalam posisinya sebagai "hinterland" bagi Kota Bandung yang merupakan ibukota provinsi, Kabupaten Bandung mau tidak mau mendapatkan banyak masalah, terutama yang berkaitan dengan mobilitas penduduk. Tingginya mobilitas penduduk inilah yang menyebabkan penanganan pandemi covid-19 menjadi pekerjaan yang sangat berat untuk Kabupaten Bandung. Di luar kawasan Bogor, Depok dan Bekasi serta Kota Bandung, daerah yang tertinggi penularan covid-19 di Jawa Barat adalah Kabupaten Bandung.

Pandemi covid-19 harus menjadi prioritas utama pasangan DS - Syahrul dalam tahun pertama kepemimpinan mereka di Kabupaten Bandung. Kegagalan menangani pandemi covid-19 dapat dipastikan menjadi benih kegagalan kepemimpinan 5 tahun mereka.

Masyarakat mungkin dalam waktu singkat akan lupa dengan janji-janji kampanye. Masyarakat juga mungkin apatis terhadap janji peningkatan kesejahteraan yang diucapkan para kontestan pilkada. Tapi kondisi eksisting, pencapaian-pencapaian di periode kepemimpinan pasangan kepala daerah sebelumnya akan menjadi ukuran keberhasilan pasangan DS - Syahrul.

Pandemi covid-19 yang turut menyambut kehadiran pasangan DS - Syahrul tidak boleh menjadi alasan pembenar anjloknya IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dan Gini Ratio yang telah dengan susah payah diperjuangkan dalam 2 periode kepemimpinan Dadang M. Nasser sampai pada tingkat perkembangan yang menggembirakan saat ini.

IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang diperkenalkan oleh United Nation Development Program (UNDP) adalah indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).  Sedangkan gini ratio merupakan indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan dari masyarakat/penduduk secara menyeluruh. Gini ratio 0 (nol) menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang sempurna (setiap orang mempunyai pendapatan yang sama). Sebaliknya gini ratio 1 (satu) menunjukkan ketimpangan yang sempurna.

Menjadi kabupaten jumlah dengan penduduk terbesar di Indonesia, belum membuat Kabupaten Bandung terbesar dalam perolehan pendapatan asli daerah (PAD). DI provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bandung hanya menempati peringkat ke 4 dalam perolehan PAD. Terus meningkatnya pembangunan kompleks-kompleks perumahan dan shoping center harus diikuti dengan optimalisasi pemungutan PBB. Keberhasilan kepemimpinan sebelumnya yang telah mampu menjadikan kawasan Ciwidey - Rancabali sebagai kawasan wisata pengganti kawasan Lembang yang kini masuk Bandung Barat, harus dilanjutkan dengan penciptaan dan penataan destinasi-destinasi wisata lainnya seperti Kawasan Pangalengan - Kertasari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun