Pengakuan atas peran Tuhan dalam kemerdekaan berimplikasi kepada kesadaran bahwa Indonesia adalah bangsa dan negara yang berketuhanan, sebagaimana dimaksud Sila Kesatu Pancasila dan UUD 45 Pasal 29 ayat 1 "Negara berdasar atas asas Ketuhanan Yang Maha Esa".
Kesadaran atas peran Tuhan itu merupakan manifestasi dari mensyukuri anugrah Tuhan berupa kemerdekaan. Dengan cara ini, kita tidak harus terganggu oleh pikiran-pikiran sempit tentang implementasi syariat agama dalam bernegara. Apa yang kurang dari negara, bukankah negara menjamin kebebasan bagi setiap negara untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, sebagaimana termaktub dalam Pasal 29 ayat 2 UUD 1945.
Kembali kepada semangat Proklamasi Kemerdekaan juga bermakna menghargai jasa-jasa para pendahulu yang telah menpertaruhkan jiwa raga untuk mempersatukan kita menjadi bangsa besar. Bangsa yang dibangun atas dasar keberagaman suku, ras dan agama. Bangsa yang berjiwa patriot yang tidak merasa inferior dihadapan bangsa lain. Kita adalah bangsa pejuang yang bersandar kepada ridlo Tuhan Yang Maha Esa.
Kita layak untuk optimis bisa melewati segala kesulitan, jika kita bisa kembali menemukan kembali keinginan luhur sebagaimana terjadi di 75 tahun yang lalu. Keinginan luhur yang  dibangun bersama dan kemudian bersatu memperjuangkannya. Tidak terjadi saling salah menyalahkan, saling memojokkan dan klaim-klaim merasa paling benar.
Jika ini tidak dilakukan, sehebat apapun isi pidato Presiden Jokowi hanya akan menjadi retorika belaka. Sebagus apapun konsep dan strategi mengatasi pandemi covid-19 hanya akan berakhir di ruang baca. Sebesar apapun jumlah dana yang dialokasikan hanya akan menjadi debu semata.
Menghayati peran Tuhan dalam kemerdekaan dan keinginan luhur untuk menjadi sebuah bangsa adalah kunci pokok dalam berbangsa dan bernegara. Dia akan menjadi energi besar bagi bangsa ini untuk bisa berhasil melewati dan mengatasi tekanan pandemi covid-19 dan ancaman resesi ekonomi. Melewatinya untuk kemudian menjadi bangsa yang I di tengah-tengah pergaulan dunia.
Dirgahayu Indonesia
< Kang Win, Agustus 17, 2020 >