Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @kangwin225

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngopi Itu (Bukan) Berarti Minum Kopi

23 Juli 2020   18:44 Diperbarui: 4 Juni 2021   01:29 2831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngopi Itu (Bukan) Berarti Minum Kopi (flickr.com)

Dewasa ini ngopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. Ngopi tidak lagi menjadi monopoli kaum pria, tetapi juga sudah menyentuh kaum wanita. Sore menjelang malam selepas jam kantor coffee shop dan caf serta resto yang menyajikan minuman kopi biasanya ramai dipenuhi pelanggan.

Profesi barista menjadi semakin naik daun, seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis coffee shop. Tidak heran kalau kabarnya, pelatihan barista menjadi salah satu yang terbanyak dipilih oleh para penerima program kartu prakerja.

Bisnis ngopi memang menggiurkan. Konon tingkat gross margin dari secangkir kopi berada pada level di atas 50%. Ini berarti secangkir kopi bisa menghasilkan keuntungan bruto di atas 100% dari harga pokok barang yang dijual (cost of good sold). Sudah barang tentu ini tergantung kepada segmen pasar yang dibidiknya serta lokasi tempat usahanya.

Baca juga : Haruskah Ngopi Dulu Biar Diskusi Bisa Berjalan Lancar?

Selain tingkat keuntungan yang menjanjikan, bisnis ngopi tampaknya aman dari potensi propaganda dungu "kopi bukan minuman Islami", seperti dialami oleh saudaranya "klepon". Kopi akan aman dari propaganda semacam itu, mengingat saat ini Kopi Arab dari Bangil Pasuruan sedang naik daun, lebih populer dari Ayam Arab yang sempat menyeruak beberapa tahun yang lanpau.

Kepadatan lalu lintas di perkotaan seperti Jakarta dan Bandung, punya andil dalam semaraknya ngopi bareng di sore hari. Kaum kantoran memilih untuk bersantai sejenak, minum kopi, sambil menunggu berkurangnya kepadatan lalu lintas.

Tempat-tempat ngopi juga menjadi meeting point baru untuk lobby bisnis atau untuk sekedar ngedate dengan kenalan baru. Ketika karena sesuatu hal, enggan pulang cepat ke rumah, maka coffee shop bisa menjadi opsi untuk sekedar delay waktu.

Baca juga : Ngopi di Jogja Ga Usah Bingung, Ini 7 Rekomendasi Coffee Shop di Jogja!

Sesuai namanya, ngopi adalah aktifitas minum kopi. Kopinya bisa robusta bisa arabika. Asal kopi bisa pilih, mau Kopi Gayo, Kopi Toraja, Kopi Lampung, dan kopi-kopi lain dari berbagai daerah penghasil kopi atau eks impor. Racikannya mau kopi tiam, capucino, expresso, dalgona, apapun tinggal pilih.

Di kalangan masyarakat umum kebanyakan, pertumbuhan warung kopi juga termasuk luar biasa. Di luar daerah-daerah tertentu yang secara tradisional memiliki habit yang tinggi terhadap minuman kopi, seperti Gresik di Jawa Timur, warung-warung kopi kini menjamur dimana-mana. 

Di kalangan menengah ke bawah, kopi sachet menjadi pilihan utama. Selain harganya yang sangat terjangkau, penyajiannya sangat praktis. Kopi menjadi minuman yang paling mudah dicari.

Makna ngopi di masyarakat Sunda

Bagi masyarakat Sunda, khususnya di daerah pedesaan, ngopi tidak berarti minum kopi. Ngopi bermakna menikmati makanan ringan, tentu saja ada dibarengi dengan minum. Minumannya bisa kopi, bisa teh, atau sekedar air putih. Jadi ngopi penekanannya kepada makanan, bukan kepada minumannya.

Jika kepada kita ada yang menyampaikan ajakan "ngopi heula" (ngopi dulu), jangan buru-buru menolak dengan alasan tidak suka minum kopi. Karena belum tentu yang ditawarkan adalah kopi panas. 

Baca juga : 5 Rekomendasi Tempat Ngopi Kulon Progo yang Cocok untuk Ngabuburit

Tapi yang pasti akan tersaji, makanan ringan. Bisa pisang goreng, bisa wajit Cililin, atau sekedar ranginang (rengginang). Tentu saja mungkin ada kopi atau teh tawar.

Ketika tukang dan laden sedang bekerja dalam pengerjaan bangunan, misalnya, maka selalu ada sesi ngopi sekitar jam 2 atau jam 3 siang. 

Pada kesempatan itu, mereka akan menikmati makanan ringan yang disediakan pemilik bangunan atau dengan cara membeli sendiri. Ngopi adalah waktu istirahat yang biasa dilakukan, di luar waktu makan siang.

Berbeda dengan mereka yang bekerja di sawah atau di ladang, sesi ngopi mereka lakukan sekitar jam 10 pagi.

Jadi ngopi bagi masyarakat Sunda pedesaan adalah sesi istirahat, menikmati makanan ringan. Ini mirip dengan coffee break yang lazim dalam sebuah acara seminar, pelatihan , dll, di era modern ini.

Bagi masyarakat Sunda pedesaan, tiada hari tanpa ngopi. Karena makan apapun selain nasi, disebut ngopi. Dan makan apapun, belum dikatakan sudah makan, kalau belum makan nasi. Maka nasi dan ngopi menjadi standar minimal dari tingkat kesejahteraan.

Salam ngopi
< Kang Win, Juli 23, 2020 >

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun