Keriuhan-keriuhan yang "menghibur" itu kini tidak ada lagi. Untuk sementara waktu, entah berapa bulan lagi, keriuhan itu bisa terdengar lagi. Aaach, dunia memang sepi tanpa sepakbola.
Namun meski stadion tak lagi menyajikan keriuhan, sayup-sayup masih ada terdengar keriuhan. Tentu bukan dari stadion, atau jalanan menuju stadion. Keriuhan yang terdengar justru muncul dari gedung berhawa sejuk, berpendingin ruangan di tengah-tengah panasnya hawa ibu kota.Â
Sekretariat PSSI, ada riak-riak kecil di sana. Riak-riak yang menyertai "kepergian" sang ibu Ratu, Ratu Tisha Destrya, dari kursi Sekertaris Jenderal. Kepergian yang tiba-tiba, terasa menyentak, insan-insan sepakbola terhenyak. Kepergian Kartini Masa Kini yang lulusan ITB dan Program Master FIFA ini, satu minggu menjelang peringatan Hari Kartini, telah disesali banyak pihak.Â
Keriuhan hadir dengan munculnya spekulasi-spekulasi mengenai alasan mundurnya Ratu Tisha Destrya, serta spekulasi atas integritas kepemimpinan Sang Nakhoda Kapal.
Itulah sepakbola Indonesia. Keriuhan bisa datang dari mana saja.Â
Kita tentu sangat berharap pandemi covid-29 segera berakhir. Agar kita bisa kembali terhibur dengan gairah yang dibawa si kulit bundar. Agar kita lebih sering lagi menyaksikan indahnya dua kelompok suporter dari dua tim yang bertanding, saling berbagi tribun mendukung tim kesayangannya masing-masing.Â
Berbagi tribun, adalah keindahan yang sejatinya mulai menjadi warna baru keriuhan sepakbola Indonesia, setelah berpuluh tahun kita merindukannya. Sayang harus terhenti sementara waktu, menunggu berakhirnya pandemi covid-19.
Kebersamaan kita dalam memutus rantai penyebaran virus covid-19, akan mempercepat terwujudnya harapan kita, kembali menjalani hidup normal.
Salam olah raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H