Dulu, saya juga benci salafi. Apaan sih, kok isi kajiannya jelek-jelekin amaliah orang lain!
Tapi setelah saya berinteraksi dengan mereka saya tahu bahwa saya salah paham.
Secara ajaran, saya pada hakikatnya tidak merasa kaget dan shock dengan salafi. Orang bilang keluarga saya adalah PERSIS (Persatuan Islam) karena kami tidak pernah qunut, maulid dan tahlilan. Makanya saya sreg ketika ikut kajian salafi.Â
Saya ikut kajian mereka, dan saya sadar itu adalah HAK MEREKA UNTUK MEYAKINI APA YANG MEREKA YAKINI.
Jika mereka berpikir maulid itu bid'ah tapi tetap memendamnya dan berpura-pura setuju dengan ikut acara maulidan, maka mereka MUNAFIK. Sisi baiknya salafi tidak munafik. Mereka mengatakan apa keyakinannya secara terbuka. Bukan sikap kepura-puraan.
Apakah salah ketika seseorang mengekspresikan keyakinannya? Tidak.
Kalau mau jujur, saya masih jauh dari manhaj salaf. Soalnya sejak pindah ke Bogor beberapa kali terpaksa ikut acara maulidan, tahlilan, asroqolan, hanya karena gak enak hati sama tetangga yang 98% tradisonalis. Saat ini saya merasa berat untuk dengan baik-baik mengatakan bahwa kami 'berbeda'. Hehe.Â
'Tapi kan mereka menyinggung amaliah kami!' Jadi yang salah ada di kamu, sih. Jika memang tidak suka, jangan menonton YouTube orang salafi. Jangan pula unduh video internal mereka untuk jadi bahan provokasi. Sama seperti kamu tidak perlu menonton YouTube orang kristiani yang bilang Yesus sebagai tuhan. Kamu tidak mungkin kan nonton acara Misa atau kebaktian Minggu di YouTube official gereja, kemudian kamu tiba-tiba marah ketika mendengar kata-kata pendeta yang bilang Yesus tuhan kami. Atau kamu dengan niat jahatmu, mendownload video itu, memotong bagian2 tertentu untuk jadi bahan pemantik permusuhan.Â
Begitulah, Setiap orang merdeka dengan keyakinannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H