Mohon tunggu...
Husni Magz
Husni Magz Mohon Tunggu... Guru - Guru, pembelajar dan seorang ayah

Seorang bibliofilia yang menemukan gairah lewat dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Unpopular Opinion: Komunis Tidak Selalu Identik dengan Atheis

15 Juli 2024   11:48 Diperbarui: 15 Juli 2024   11:59 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

UNPOPULAR OPINION SAYA TENTANG KOMUNIS

Pada mulanya saya merasa ragu untuk menulis ini karena saya tahu ini tema yang sangat riskan. Tapi di sini saya hanya berbagi pendapat pribadi yang tentunya terbuka untuk diskusi. Terbuka pula untuk menerima sanggahan jika opini saya dirasa kurang tepat. Saya berharap dengan menulis opini ini saya mendapatkan insight baru dari pembaca.

Di sini saya mau bicara soal ideologi. Sebagai seorang muslim, tentunya ideologi yang paling ideal dalam pandangan saya adalah ideologi islam. Ideologi yang syumul (menyeluruh) dan tak memiliki cacat sama sekali karena bersumber dari tuhan. Lalu kenapa ada penegakan syariat yang dirasa diskriminatif? Itu bisa jadi karena salah menafsirkan hukum syariat sehingga tidak tegak keadilan atau memang cara pandang kita yang salah dalam memaknai keadilan. Misal, hukum bunuh untuk pembunuh itu adil dalam syariat. Adil di mata korban, tapi tidak adil di mata pelaku dan pengusung HAM ala barat. 

Tapi di sini saya bukan mau bicara hukum syariat. Saya ingin bicara soal ideologi-ideologi lain di luar islam, terutama ideologi demokrasi dan komunis. Dalam pandangan saya sebagai seorang muslim, demokrasi dan komunisme adalah dua ideologi di luar islam yang tentunya berseberangan satu sama lain. Ideologi islam ada di tengah-tengah keduanya. 

Selama ini dalam benak kita ada pemahaman bahwa komunis itu sudah pasti atheis, dan atheis itu tentu komunis. Padahal tidak sesederhana itu. Tidak semua orang komunis itu atheis dan belum tentu yang atheis adalah komunis. Orang barat yang menganut demokrasi juga banyak yang atheis. 

Lalu dari mana muncul keyakinan bahwa orang komunis itu anti agama? Dari propaganda. Saya masih ingat, dulu ketika zaman SD saya sering menemukan buku bacaan anak-anak di perpustakaan sekolah yang isinya tentang para pejuang melawan komunis. Di sana selalu diceritakan bahwa orang-orang komunis itu adalah orang-orang anti tuhan. Tipikal propaganda orba.

Lho, bukannya betul ya, orang-orang komunis itu anti dan benci agama. Di panggung-panggung kesenian mereka selalu melecehkan agama. Bahkan ulama-ulama pun dibunuh dengan keji. 

Yup, itu adalah fakta sejarah yang benar adanya. Dan kita tidak bisa memungkiri kekejaman orang komunis terhadap umat islam saat itu. Tapi berdasar referensi-referensi sejarah yang pernah saya baca, orang-orang komunis itu membasmi siapa pun yang menghalangi cita-cita negara komunis mereka, tanpa pandang bulu apa agamanya. Ideologi apa pun, memiliki kecenderungan untuk melakukan kekejaman ketika mereka berhadapan dengan orang-orang yang dipandang berbeda atau setidaknya menjadi batu rintangan terhadap cita-cita mereka. 

Umat islam pernah dibantai di zaman orba, terutama dalam peristiwa Talangsari, Tanjung priok, DOM aceh dan kasus-kasus mengerikan lainnya. Pelakunya bukan komunis, tapi penganut paham demokrasi terpimpin.

Umat islam di mesir dibunuh secara brutal oleh rezim al-Sisi dan rezim pendahulunya, Gamal abdul naser. Dan mereka bukan komunis, mereka orang islam yang memiliki pemahaman demokrasi sekuler. 

Apakah mungkin ada orang komunis yang beragama? Ada, tentu saja ada. Sebagaimana ada pengusung demokrasi liberal yang mendaku muslim, maka, di zaman dulu ada pengusung komunis yang mengaku islam. Tan Malaka, Haji Michbah dan orang-orang semisalnya.

Jika kita membaca biografi mereka, pada hakikatnya mereka adalah orang-orang baik yang memiliki idealisme yang sangat tinggi. Tan Malaka adalah seorang pejuang bangsa yang memiliki jasa yang besar untuk bangsa Indonesia. Tapi kenapa mereka tersesat dan 'tertipu' oleh paham komunis sosialis? Karena di zaman itu paham sosialisme mengakar kuat karena pengaruhnya juga besar.

Berkembangan paham sosialisme komunis bahkan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Dimana mereka sama-sama berjuang untuk kemerdekaan. Janganlah heran, jika di zaman penjajahan dulu, islamis, sekuleris dan komunis Bersatu. Kenapa? Karena mereka memiliki satu tujuan yang sama; merdeka. Baru ketika negara ini terbentuk mereka terpecah belah karena arah ideologi yang tidak searah.

Soal sosialisme, banyak umat islam di masanya yang 'terpedaya' karena menganggap sosialisme itu bagian dari islam. Sosialisme itu artinya kesetaraan hak dan kewajiban antara proletar dengan bangsawan. Antara rakyat jelata dengan sultan adalah sama di mata hukum. Ini sosialisme yang diterjemahkan oleh umat islam berpaham sosialis di masanya. Bahkan HOS Cokroaminoto sendiri pernah menulis artikel 'Sosialisme Islam.'

Ketika umat islam di masa itu menerjemahkan sosialisme sebagai bagian dari islam, maka di masa sekarang, ada umat islam yang menerjemahkan demokrasi sebagai asas musyawarah yang diajarkan syariat islam. Padahal, jauh amat beda definisi musyawarah versi islam dengan musyawarah versi demokrasi. Musyawarah islam adalah kesepakatan yang tidak menyalahi syariat, sementara musyawarah demokrasi adalah kesepakatan suara mayoritas tanpa memandang benar dan salah dalam nerasa syariat.

Andai komunis menang dan berkuasa di zaman sekarang, besar kemungkinan akan banyak umat islam yang mencoba berkompromi dan mengatakan islam sejalan dengan komunis sebagaimana ada umat islam yang mengatakan demokrasi sejalan dengan islam. Hanya karena ideologi itu berkuasa, pada akhirnya mereka mencoba mengerdilkan jiwa di hadapan ideologi tersebut. 

Dan seandainya komunis berkuasa, mustahil mereka mampu melawan umat islam dengan jalan menghancurkan agama. Itu mustahil. Paling, jika komunis itu berkuasa, mereka akan menkodifikasi komunisme yang membebaskan keyakinan beragama. 

Di mata saya, baik demokrasi atau komunis sama saja. Sama-sama hukum buatan manusia yang tidak akan pernah lekang. Jangankan hukum buatan manusia, hukum agama pun tak ada jaminan abadi. Karena perputaran kekuasaan itu sunnatullah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun