Mohon tunggu...
Husni Magz
Husni Magz Mohon Tunggu... Guru - Guru, pembelajar dan seorang ayah

Seorang bibliofilia yang menemukan gairah lewat dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komitmen Bersama Melawan Perundungan di Sekolah

23 Juni 2024   08:07 Diperbarui: 23 Juni 2024   08:10 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir-akhir ini kasus perundungan yang terjadi di institusi Pendidikan semakin mengkhawatirkan sekaligus mengerikan. Baru-baru ini terjadi aksi perundungan yang dialami oleh gadis kecil berinisial SAH (8 tahun) yang menjadi korban aksi kekerasan di lingkungan sekolah. mata kanan SAH harus mengalami kebutaan permanen setelah ditusuk oleh tusukan baso karena tidak mau menyerahkan uang jajannya ketika dipalak. 

Konon, aksi pemalakan tersebut sudah berlansung lama sejak SAH duduk di kelas satu. Yang membuat geram adalah pihak sekolah yang terkesan menutup-nutupi kasus tersebut dan tidak kooperatif ketika diminta untuk menunjukan rekaman CCTV di tempat kejadian tersebut berlangsung. Belakangan polisi mengatakan bahwa rekaman CCTV terhapus. Entah memang terhapus atau sengaja dihapus, kita tidak tahu seperti apa kebenarannya. 

Melihat fenomena aksi perundungan yang semakin mengkhawatirkan, sangatlah masuk akal jika kemudian para orangtua menjadi ikutan khawatir tentang nasib anak mereka. Khawatir anaknya menjadi korban perundungan atau bahkan khawatir anaknya menjadi pelaku perundungan. 

Maka tidaklah heran ketika masa PPDB berlangsung, saya selaku panitia PPDB di sebuah sekolah swasta di Bogor selalu mendapatkan pernyataan yang bernada penuh kekhawatiran dari para orang tua calon siswa.

"Bagaimana komitmen sekolah untuk mencegah bullying di sekolah?" Itu adalah pertanyaan salah satu orangtua calon siswa ketika masa PPDB kemarin di tempat saya mengajar. Dari pertanyaan yang terlontar itu, nyata betul betapa orang tua tersebut merasa khawatir dengan maraknya perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah. 

Dan sudah seharusnya para orangtua tidak abai terhadap isu tersebut. Kalau perlu, semua orangtua memiliki sikap yang sama dengan melontar pertanyaan kepada pihak sekolah terkait komitmen yang serius untuk menanggulangi dan mencegah aksi perundungan di lingkungan sekolah. Di sinilah dibutuhkan adanya sinergi dari pihak sekolah dan orang tua siswa untuk mencegah aksi tidak terpuji itu terjadi atau terulang kembali. 

Sejauh mana keseriusan kita melawan perundungan di sekolah?

Banyak insan pendidik yang menganggap bahwa perundungan itu hanya urusan sepele yang tidak perlu dibesar-besarkan. bahkan ada anggapan itu hanyalah cara bercanda anak-anak di usia remaja. 

'Namanya juga anak-anak. suka bercanda yang kelewatan,' begitulah komentar seorang guru terkait aksi perundungan yang terjadi di sekolahnya beberapa tahun silam. bayangkan, aksi perundungan yang bisa mencederai mental dan fisik anak disebut sebagai aksi bercanda. Lalu dimana peran pendidik yang seharusnya menjadi pengayom bagi anak didiknya? 

Di sekolah tempat saya mengajar, para guru selalu ditekankan untuk memantau semua aktivitas anak didik dengan maksimal. Jika terjadi aksi perundungan maka kami diwajibkan untuk mengambil tindakan. Untuk perundungan secara verbal, kami biasanya akan memanggil korban dan pelaku, memperingati pelaku dan meminta komitmen untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama di kemudian hari. 

Jika perundungan itu dalam bentuk fisik -selama ini belum pernah ada- kami akan dengan tegas memanggil anak dan orangtuanya. Dalam tahap yang lebih parah, kami bisa saja mengeluarkan anak tersebut dari sekolah. 

Tapi, tidak semua sekolah memiliki komitmen yang sama. Ada sekolah yang justru menutup-nutupi aksi perundungan dengan dalih menjaga nama baik sekolah. Pada akhirnya korban tidak bisa mendapatkan keadilan yang seharusnya dia dapatkan. Sungguh miris jika kemudian sekolah menjadi pengalaman paling buruk untuk masa kecil mereka. Padahal, secara logika, ketika pihak sekolah menutup-nutupi aksi perundungan yang tengah terjadi, maka besar kemungkinan track record sekolah tersebut buruk di mata khalayak ramai. 

Berangkat dari keprihatinan tersebut, ada beberapa point yang harus diperhatikan oleh satuan pendidikan untuk mencegah aksi perundungan terjadi di lingkungan sekolah. 

Pertama, adanya layanan pengaduan kekerasan bagi murid dengan mengutamakan keamanan dan keterjagaan rahasia

Kedua, memberikan bantuan bagi siswa yang menjadi korban.

Ketiga, bekerjasama dan berkomunikasi aktif antar siswa, orangtua dan guru. 

Keempat, kebijakan anti bullying yang dibuat bersama dengan siswa

Untuk alasan itulah, di sini saya menghimbau orangtua, pihak sekolah dan siapa pun insan Pendidikan di luar sana untuk peduli hal ini. Kalau kita tidak memiliki komitmen yang sama untuk mencegah perundungan itu terjadi, di masa yang akan datang akan muncul aksi-aksi yang lebih buruk lagi. 

*Penulis adalah guru Bahasa Indonesia dan Literasi di Imam Nawawi School Cibinong

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun