Mohon tunggu...
Husni Magz
Husni Magz Mohon Tunggu... Guru - Guru, pembelajar dan seorang ayah

Seorang bibliofilia yang menemukan gairah lewat dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menyoal Kualitas Buku Terjemahan

12 Juni 2024   09:21 Diperbarui: 12 Juni 2024   14:29 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Perpustakaan Kota Bogor (Foto koleksi pribadi)

Saat itu, dengan antusias saya mulai membuka halaman pertama sebuah buku terjemahan non-fiksi yang saya beli dari market place. Jika dilihat dari judulnya yang mengundang, eye catching dan ditambah cover yang cantik, saya punya ekspektasi besar bahwa buku tersebut benar-benar sangat saya butuhkan dan memiliki faidah yang luar biasa untuk hidup saya.

Harapan saya semakin membuncah ketika saya melihat keterangan edisi cetakan di halaman kedua. Buku itu sudah dicetak belasan kali. Maka tak heran jika kemudian menyandang gelar best seller!

Dengan ditemani secangkir kopi susu dan sebungkus cemilan saya pun mulai mengawali petualangan ilmiah saya. Untuk beberapa halaman di bab pertama, saya belum menemukan inti dari apa yang saya baca, halaman-halaman berikutnya kening saya mulai berkerut, kemudian beberapa lembar sebelum tamat bab pertama, saya benar-benar mengernyit.

Satu bab telah usai. Saya menutup buku sembari menatap langit-langit ruang kamar saya dimana sepasang cecak tengah diamuk birahi--ini cecak nggak sopan betul sih--sembari berpikir kira-kira apa yang sudah saya dapatkan dari aktivitas membaca saya kali ini. 

Lupakan tentang si cecak yang tak tahu sopan santun, saya hanya bertanya-tanya di dalam hati, "Barusan saya habis baca apa ya? Kok nggak paham?" Apa saya yang bodoh atau memang ada yang salah dengan bukunya?"

Apakah pengalaman mengecewakan ini hanya dialami oleh saya pribadi atau ada orang lain yang mengalami hal yang sama? Maka, untuk menjawab rasa penasaran ini saya mencoba membaca ulasan dari buku tersebut di Goodreads, jejaring media sosial khusus mengulas dan memberi penilaian terhadap buku. 

Sayangnya, saya tidak menemukan ulasan untuk versi terjemahan bahasa Indonesia. Tapi sekilas saya melihat ulasan dalam bahasa inggris yang menganggap buku itu terlalu klise dan mengulang apa yang sudah dimafhumi oleh kebanyakan orang.

Oke, tapi yang akan kita bahas kali ini adalah soal kualitas terjemahan buku kita. Dimana, saya merasa kecewa terhadap kualitas terjemahannya, bukan tentang apa isi bukunya.

Pertanyaan saya, pernah nggak sih kamu merasakan hal yang sama? Dimana kamu sudah membaca sebuah buku terjemahan, tapi kamu benar-benar tidak paham apa yang ditulis oleh si penulis buku tersebut? Atau paling tidak, kamu memang memahaminya, tapi tidak maksimal. 

Banyak bagian yang tidak bisa kamu pahami.  Dan rata-rata, saya mengalami lack of information ini ketika membaca buku-buku terjemah. Sementara ketika saya membaca buku (fiksi/non-fiksi) yang ditulis oleh penulis lokal, saya memahaminya dengan maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun