Namun, tampaknya, isu kemiskinan tidak lagi menjadi hal yang 'seksi' pada pemilu 2019, karena terdapat isu-isu lainnya bagi oposisi yang lebih strategis . Apalagi, dalam berbagai survei, petahana masih mendominasi angka elektoral hingga saat ini. Sebagaimana hasil survei litbang Kompas pada Mei, menunjukkan bahwa sebanyak 67 % masyarakat merasa puas dan akan kembali memilih petahana pada pemilu mendatang.
Belum lagi, apa yang disampaikan oleh politisi oposisi, data yang terungkap berbanding terbalik dengan hasil kerja BPS akhir-akhir ini. Sehingga antitesa tersebut justru akan  menggerus tingkat acceptabilty calon penantang petahana. Berbagai tanggapan netizen justru cenderung mengkiritisi data kemiskinan yang dicetuskan  oleh SBY dan Prabowo Subianto di berbagai media sosial.
Refleksi dari tulisan ini, penulis mengisyaratkan agar kemiskinan dan kesenjangan sosial tidak menjadi bahan 'obrolan politis' yang 'seksi' bagi para politisi. Seyogyanya, semua pihak bersatu padu, bersinergi dan bersama-sama mengatasi berbagai macam persoalan kemiskinan yang ada. Semua sektor, baik pemerintah dan usaha, budaya dan agama mempunyai tanggung jawab menghadapi persoalan kemiskinan.
Artikel Ini telah diterbitkan pada dosenngapayak.wordpress.com dengan judul artikel: Kemiskinan: Komoditas dan Instrumen Politik yang 'Seksi' Jelang Pemilu 2019.
sumber rujukan:
[2] finance.detik.com. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 16.45 Wib
[3] regional.kompas.com. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 16.51 Wib
[4]Â finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 17:07 Wib
[5]Â bps.go.id. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 17:11 Wib
[6]Â news.detik.com. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 17.43 Wib