Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pesan Sang Kyai

8 Desember 2022   21:25 Diperbarui: 8 Desember 2022   21:50 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                    Doc. Pribadi

Pesan Sang Kyai

1. Sesama Mu'min Jangan Saling Bermusuhan

Dalam salah satu risalahnya yang bertajuk "Al-Mawa'iz" yang artinya Petuah Nasihat, Hadratus Syeikh Hasyim Asy'ari  berpesan:

"Sesungguhnya telah sampai suatu berita kepadaku bahwa di antara kalian semua telah berkobar api fitnah dan perselisihan sampai sekarang ini. Saya pun memikirkan faktor penyebab semua itu. Ternyata, penyebab semua itu adalah generasi-generasi zaman ini seenaknya saja mengganti dan merubah (pemahaman yang ada pada) kitab Allah dan sunnah rasul-Nya saw."

Disini Sang Kyai menemukan pokok permasalahan yang membuat perselisihan dan permusuhan di kalangan umat Islam berkepanjangan diantaranya adalah perbedaan cara pandang memahami teks-teks Al-Qur'an dan As-Sunnah. Perbedaan akan selalu ada, karena diantara mereka mempunyai disiplin ilmu dan pengetahuan yang berbeda. Namun seyogyanya perbedaan ini jangan sampai menyebabkan munculnya permusuhan. Inilah harapan Sang Kyai. Kelanjutan petuahnya beliau menyitir ayat Al-Qur'an surat Al-Hujarat ayat 10:

Maknanya: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu berdamailah (perbaikilah hubungan) kalian semua sesama saudaramu".

2. Jangan Bertengkar Karena Perbedaan Madzhab

Sang Kyai berpesan:

"Wahai para ulama yang fanatik pada sebagian madzhab atau pendapat, tinggalkan kefanatikan kalian semua dalam urusan parsial (furu') yang para ulama mempunyai dua pendapat tentangnya; ada yang mengatakan, "setiap mujtahid itu benar" dan ada yang mengatakan, "yang benar hanya satu, sedang yang salah masih diberi pahala". Tinggalkanlah fanatisme dan jurang yang sudah rusak ini. Bersungguh-sunguhlah kalian dalam membela agama Islam. Bersungguh-sungguhlah kalian dalam memerangi orang yang mencela Al-Qur'an, sifat-sifat Allah yang maha Rahman, orang-orang yang mengaku mempunyai ilmu batil dan akidah yang sudah rusak. Jihad dalam semua itu hukumnya wajib, maka hendaklah menyibukkan diri dengan masalah tersebut."

Sang Kyai tidak menginginkan kita memperuncing perdebatan pendapat madzhab. Karena perbedaannya masih dalam wilayah furu'iyah. Yang pasti diantara ulama' sangat memungkinkan adanya perbedaan. Dan perbedaan seperti ini wajar-wajar saja. Sang Kyai mengingatkan kita agar tidak mengahabiskan energi untuk permasalahan seperti ini. 

Beliau mengharapkan kita konsen dan sungguh-sungguh pada dakwah Islamiyah. Ada tiga poin medan dakwan yang beliau titik beratkan, yaitu: pertama, berdakwah memerangi (menasehati, membina, dan meluruskan) orang-orang yang mencela Al-Qur'an. 

Termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang menggunakan Al-Qur'an untuk kepentingan yang tidak semestinya. Kedua, berdakwah memerangi (melawan orang-orang yang ideologinya salah) dalam memahami sifat-sifat Allah. Ketiga, berdakwah memerangi (meluruskan) orang-orang yang mempunyai akidah yang rusak.

3. Fanatik Yang Keliru

Ada kekeliruan fanatik yang terjadi di masyarakat khsusnya yang disindir Sang Kyai yaitu para ulama. Sang Kyai bertutur:

"Adapun kefanatikan dalam masalah parsial agama dan provokasi kalian pada penduduk untuk mengikuti satu madzhab atau satu pendapat, itu tidak akan diterima oleh Allah Swt dan tidak diridlahi oleh Rasulullah Saw. Tidak ada yang memprovokasi kalian untuk melakukan hal itu kecuali murni fanaisme buta, keinginan saling bersaing, dan saling mendengki diantara kalian. Seandainya Imam Syafi'i, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Ibnu Hajar, dan Imam Ramli masih hidup, mereka semua akan mempertegas keingkarannya kepada kalian dan tidak akan menanggung akibat dari perbuatan yang kalian lakukan."

Kalau boleh dibilang di sini Sang Kyai nampaknya sangat marah kepada generasi kita yang sibuk berdebat dan mempertahankan pendapat madzhabnya dan berusaha memprovokasi orang lain untuk mengikutinya. Karena menurut Sang Kyai hal itu tidak akan mendapat ridla Allah Swt dan restu dari Rasulullah Saw. Bahkan seandainya para ulama' imam madzhab masih hidup mereka akan mengingkari perbuatan kita.

4. Harusnya Cemburu Karena Hukum Allah dilanggar

Ketika hukum-hukum Allah dilanggar seperti masih adanya orang Islam yang sengaja meninggalkan shalat, perzinaan dimana-mana, minuman keras makin marak, riba di semua sektor dan lain sebagainya. Jika ada diantara kita yang tinggal diam atas itu, harusnya kita cemburu karena Allah akan hal ini. Sang Kyai berkata:

"Kenapa kalian tidak terpengaruh cemburu karena Allah Swt dalam semua hal ini? Adapun kecemburuan yang kalian lakukan itu hannya karena Imam Syafi'i dan Ibnu Hajar belaka. Itulah yang menjadikan perpecahan golongan kalian, putusnya sanak keluarga, menjadikan orang-orang bodoh menguasai diri kalian, serta wibawa kalian akan jatuh di hadapan manusia dan orang-orang bodoh akan selalu membicarakan harga diri kalian dengan ucapan yang tidak sepantasnya kalian dengar".

5. Jangan Jadikan Musuh, Orang Yang Berbeda Dengan Kamu

Kebencian dan permusuhan kita pada seseorang itu terkadang disebabkan karena beda pendapat. Hal ini tidak dikehendaki oleh Sang Kyai. Sang Kyai mengiginkan kita itu bersikap lemah lembut terhadap orang yang berbeda dengan kita. Sang Kyai berkata:

"Wahai para ulama, ketika kalian melihat seseorang melakukan perbuatan berlandaskan pendapat salah seorang imam madzhab yang boleh diikuti, meski pendapat itu diunggulkan, sedang kalian tidak sependapat dengan mereka, janganlah kalian menegur mereka dengan keras, akan tetapi tunjukkanlah mereka dengan halus dan lembut. Bila mereka tidak mau mengikutimu, janganlah kalian jadikan mereka sebagai musuh."

6. Bertakwalah

Pesan terakhir Sang Kyai dalam risalah ini adalah "takwa". Sang Kyai berkata: "Bertakwalah kepada Allah Swt. kembalilah kepada Kitab Tuhan Kalian. Jalankan sunnah nabi kalian semua. Ikutilah para ulama' salah yang shaleh, maka kalian akan bahagia sebagaimana kebahagiaan yang mereka semua peroleh." Takwa adalah jalan keselamatan. Manivestasi takwa inilah yang harus selalu mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Mengedepankan perintah Allah daripada yang lainnya dan meninggalkan larangannya. Termasuk perselisihan dan permusuhan diantara umat Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun