Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diriku Merasa Tersinggung Oleh Al-Qur'an

8 Desember 2022   05:00 Diperbarui: 8 Desember 2022   05:00 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diriku Merasa Tersinggung Oleh Al-Qur'an

Ketika Al-Qur'an membicarakan sifat-sifatnya orang mukmin, sama sekali tidak ditemukan dalam diriku sifat seperti itu. Perhatikan ayat berikut!

Maknanya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allh , gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya keiman mereka bertambah, dan hanya kepada Rabblah mereka bertawakkal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb mereka dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. [al-Anfl/8:2-4]

Bila ayat di atas dicermati maka akan ditemukan beberapa sifat orang mukmin, diantaranya:

1. Gemetar hatinya jika dibacakan ayat-ayat Allah sebagai tanda tambahnya keimanan.

2. Hidupnya selalu bertawakal kepada Allah.

3. Selalu mengerjakan solat dan suka bersedekah.

Dimana letak ketersinggungan ku yaitu, ketika ada ayat Al-Qur'an dibaca sama sekali tidak ada efek dalam diriku. Saya anggap suara biasa yang lalu begitu saja. Tidak ada getaran-getaran apapun dalam diriku. Sungguh malu diriku, mengatakan "saya adalah mukmin sejati" sementara sifat mukmin tidak melekat dalam diriku.

Mukmin sejati adalah bertawakal kepada Allah. Arti tawakal secara sederhana adalah pasrah. Seorang mukmin sedikitpun tidak ada keraguan dan ketakutan dalam hidupnya, karena ia pasrahkan semuanya kepada Allah. Sementara diriku masih khawatir besok makan apa? Dikemudian hari saya jadi apa? Kalau aku mati anak-anakku bagaimana? Sungguh malu diriku mengaku sebagai mukmin sejati, ternyata dalam diriku masih ada ketidak percayaan kepada-Nya.

Mukmin sejati tidak pernah meninggalkan sholat dan sedekah. Sholat sebagai bentuk menjaga hubungan dengan Allah, sedangkan sedekah menjaga hubungan dengan sesama. Mukmin sejati di samping sholih secara individu ia juga mempunyai kesolihan sosial. Sementara diriku, mungkin juga sholat, tetapi sholatku masih sekedar menggugurkan kewajiban. Belum bisa menjadi sarana berjumpa dan bermesraan dengan-Nya. Sifat kikir juga masih ada dalam diriku. Aku selalu perhitungan jika hendak bersedekah. Padahal Allah sama sekali tidak pernah perhitungan ketika memberi rizki kepadaku. Sungguh malu dan tersinggung diriku.

Selanjutkan ketika Al-Qur'an membicarakan sifat-sifat orang munafik, ternyata sifat-sifat itu justru ada dalam diriku. Perhatikan ayat berikut!

Maknanya:

"Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Q.S. Al-Ahzab:19)

Jika dicermati, paling tidak ada tiga sifat orang munafik di sini, yaitu:

1. Ciri pertama adalah bakhil. Jika diminta mengorbankan harta bendanya di jalan Allah, mereka enggan dan menolak.

2. Kedua, karakter pura-pura, yaitu watak menipu, ingkar janji, bohong, dan khianat. Apabila berada dalam situasi sulit dan bahaya, mereka meminta tolong kepada Rasulullah dan orang-orang mukmin dengan mata yang terbalik-balik, seperti orang pingsan karena takut akan mati.

3. Ketiga, suka mencaci maki dan menghujat orang-orang beriman yang saleh. Mereka begitu membenci orang-orang mukmin yang gigih membela kebenaran (al-haq) demi menegakkan agama Allah.

Agama Allah perlu ditolong, mungkin zaman dulu bentuk pertolongannya adalah turun di medan perang. Mengorbankan jiwa dan raga serta harta. Namun, sekarang zaman sudah beda, bentuk pertolongannya adalah sumbangsih apa saja yang bisa diberikan untuk menegakkan agama Allah. Bisa berupa ilmu, harta, pemikiran dan tenaga. Namun diri ini masih belum total dalam hal itu. Sungguh malu, mengaku mukmin sementara sifat munafik masih bersarang dalam diriku.

Orang munafik itu juga punya sifat pura-pura, KTP ku Islam, KK ku juga menunjukkan kalau aku beragama Islam, namun kenyataannya itu hanya pura-pura. Buktinya aku masih sering meninggalkan sholat. Sebenarnya aku malu mengaku mukmin.

Aku sendiri belum sempurna, namun kebiasaanku suka menghujat orang lain. Mencaci orang lain. Diriku Merasa lebih baik dari yang lain. Aku merasa paling mukmin, ternyata aku sendiri yang munafik. Sungguh malu diriku.

Mungkin tidak perlu aku tambah lagi ayat-ayat yang lain, yang menggambarkan sifat-sifat kemunafikan. Kerena semakin banyak ayat yang kutunjukkan, aku justru semakin tersinggung. Aku tidak kuat menanggung malu di hadapan-Nya. Ternyata selama ini DIA menyinggungku melalui ayat suci-Nya. Namun aku belum merasa tersinggung. Mungkin disebabkan karena jarangnya ayat-ayat ini dibaca. Atau sudah kubaca, namun kebodohanku lah yang tidak bisa memahami pesan-Nya.

Apakah anda juga tersinggung seperti aku?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun