Selanjutkan ketika Al-Qur'an membicarakan sifat-sifat orang munafik, ternyata sifat-sifat itu justru ada dalam diriku. Perhatikan ayat berikut!
Maknanya:
"Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Q.S. Al-Ahzab:19)
Jika dicermati, paling tidak ada tiga sifat orang munafik di sini, yaitu:
1. Ciri pertama adalah bakhil. Jika diminta mengorbankan harta bendanya di jalan Allah, mereka enggan dan menolak.
2. Kedua, karakter pura-pura, yaitu watak menipu, ingkar janji, bohong, dan khianat. Apabila berada dalam situasi sulit dan bahaya, mereka meminta tolong kepada Rasulullah dan orang-orang mukmin dengan mata yang terbalik-balik, seperti orang pingsan karena takut akan mati.
3. Ketiga, suka mencaci maki dan menghujat orang-orang beriman yang saleh. Mereka begitu membenci orang-orang mukmin yang gigih membela kebenaran (al-haq) demi menegakkan agama Allah.
Agama Allah perlu ditolong, mungkin zaman dulu bentuk pertolongannya adalah turun di medan perang. Mengorbankan jiwa dan raga serta harta. Namun, sekarang zaman sudah beda, bentuk pertolongannya adalah sumbangsih apa saja yang bisa diberikan untuk menegakkan agama Allah. Bisa berupa ilmu, harta, pemikiran dan tenaga. Namun diri ini masih belum total dalam hal itu. Sungguh malu, mengaku mukmin sementara sifat munafik masih bersarang dalam diriku.
Orang munafik itu juga punya sifat pura-pura, KTP ku Islam, KK ku juga menunjukkan kalau aku beragama Islam, namun kenyataannya itu hanya pura-pura. Buktinya aku masih sering meninggalkan sholat. Sebenarnya aku malu mengaku mukmin.
Aku sendiri belum sempurna, namun kebiasaanku suka menghujat orang lain. Mencaci orang lain. Diriku Merasa lebih baik dari yang lain. Aku merasa paling mukmin, ternyata aku sendiri yang munafik. Sungguh malu diriku.
Mungkin tidak perlu aku tambah lagi ayat-ayat yang lain, yang menggambarkan sifat-sifat kemunafikan. Kerena semakin banyak ayat yang kutunjukkan, aku justru semakin tersinggung. Aku tidak kuat menanggung malu di hadapan-Nya. Ternyata selama ini DIA menyinggungku melalui ayat suci-Nya. Namun aku belum merasa tersinggung. Mungkin disebabkan karena jarangnya ayat-ayat ini dibaca. Atau sudah kubaca, namun kebodohanku lah yang tidak bisa memahami pesan-Nya.