Mohon tunggu...
Kang Ruli
Kang Ruli Mohon Tunggu... Relawan - bogger

Pokoknya Belajar NULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Sosok Idealis di Kampung Kecil

9 September 2023   16:27 Diperbarui: 9 September 2023   16:31 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Sumber: TechRadar

Di sebuah kampung kecil yang terpencil, di antara pegunungan yang hijau dan sungai yang tenang, hiduplah seorang pemuda bernama Daniel. Dia adalah sosok yang penuh semangat dan memiliki idealisme yang menyala dalam dirinya. Sejak kecil, Daniel selalu bermimpi untuk membuat perbedaan dalam dunia ini, meskipun dunianya sendiri terasa kecil.

Daniel lahir dan dibesarkan di kampung tersebut. Keluarganya hidup sederhana; ayahnya seorang petani, dan ibunya seorang penjahit. Mereka mengajarkan pada Daniel dan adiknya, Sarah, nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan empati.

Sejak masa kecil, Daniel menunjukkan ketertarikannya yang kuat pada dunia luar. Dia selalu membaca buku-buku tentang perjalanan dan petualangan, dan membayangkan dirinya menjelajahi tempat-tempat jauh yang dia baca dalam buku-buku itu. Saat matahari terbenam di balik pegunungan, Daniel akan duduk di bawah pohon tua di belakang rumahnya, sambil memegang atlas dunia yang usang. Dia akan merencanakan rute-rute perjalanan yang ingin dia lakukan suatu hari nanti.

Walaupun Daniel tumbuh dalam keterbatasan, tetapi dia selalu merasa bahwa dunia ini lebih besar dari kampung kecilnya. Dia sering berbicara tentang impian-impian besar yang ingin dia wujudkan. Teman-temannya di kampung sering tersenyum melihatnya bersemangat, tetapi ada yang mendukungnya dan ada pula yang menganggapnya sebagai anak yang terlalu berambisi.

"Saatnya kamu berhenti bermimpi, Daniel, dan mulai bekerja seperti kita semua," kata salah satu teman dekatnya, Arief, suatu hari.

Namun, Daniel tidak pernah menyerah pada mimpi-mimpinya. Dia tahu bahwa dia harus bekerja keras untuk mewujudkannya, dan itulah yang dia lakukan. Setiap hari setelah membantu ayahnya di sawah atau ibunya di toko jahit, dia akan menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan kecil kampung itu. Dia akan membaca buku-buku tentang ilmu pengetahuan, sejarah, dan budaya, memperluas pengetahuannya tentang dunia di luar kampungnya.

Pada suatu hari, Daniel menemukan buku tentang seorang penjelajah yang menghabiskan seumur hidupnya menjelajahi hutan-hutan belantara di Borneo. Cerita itu menginspirasinya, dan dia mulai membayangkan dirinya melakukan petualangan serupa di suatu hari nanti.

Saat Daniel berusia 18 tahun, dia memutuskan untuk mengambil langkah besar. Dia berbicara dengan orangtuanya tentang niatnya untuk pergi kuliah di kota besar. Meskipun mereka tahu bahwa mereka akan merindukan anak sulung mereka, mereka mendukung keputusannya.

"Kamu harus mengejar mimpimu, Daniel," kata ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

Dengan beasiswa yang diperolehnya, Daniel berangkat ke kota besar untuk mengejar pendidikan tinggi dalam bidang geografi dan lingkungan. Di kota, dia merasakan dunia yang jauh lebih besar daripada yang pernah dia bayangkan. Dia bertemu dengan teman-teman sekelas dari berbagai latar belakang dan budaya yang berbagi minat yang sama dalam menjelajahi dunia.

Selama kuliah, Daniel aktif mengikuti perkumpulan lingkungan yang bekerja untuk melestarikan alam. Dia juga berpartisipasi dalam proyek-proyek sukarela yang berhubungan dengan pelestarian hutan dan sungai. Setiap kali dia pulang ke kampung halamannya, dia membawa cerita-cerita tentang petualangan dan pengetahuan baru yang dia dapatkan.

Waktu berlalu dengan cepat, dan Daniel lulus dengan gelar sarjana. Namun, dia tidak berhenti di situ. Dia merencanakan perjalanan panjangnya yang pertama ke hutan hujan Amazon. Dia ingin melihat keindahan alam yang belum pernah dia lihat sebelumnya dan bekerja untuk melindunginya.

Sebelum berangkat, Daniel kembali ke kampung halamannya untuk berkumpul dengan keluarganya. Ayahnya, yang semakin menua, memberinya nasihat terakhir.

"Ingatlah, Daniel, bahwa dunia ini adalah milik kita semua. Kamu memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan, walaupun dari kampung kecil ini. Jangan pernah lupakan akarmu."

Dengan berat hati, Daniel meninggalkan kampungnya lagi, kali ini untuk perjalanan yang akan mengubah hidupnya selamanya. Di hutan Amazon, dia mengalami tantangan-tantangan besar. Mengarungi sungai-sungai yang ganas, berhadapan dengan binatang-binatang liar, dan menghadapi kondisi cuaca ekstrem. Tetapi semangatnya tidak pernah padam. Dia mengumpulkan data tentang keanekaragaman hayati dan kondisi lingkungan, berharap dapat membantu dalam upaya pelestarian hutan hujan ini.

Beberapa tahun berlalu, dan Daniel kembali ke kampung halamannya dengan cerita-cerita luar biasa tentang pengalamannya di hutan Amazon. Dia juga membawa kabar baik bahwa dia telah berhasil membantu dalam upaya pelestarian hutan hujan tersebut.

Kembali ke kampungnya, Daniel merasa bahwa dia telah menemukan keseimbangan antara dunia luar yang luas dan akarnya yang dalam. Dia memutuskan untuk membantu komunitasnya sendiri. Dia mendirikan sebuah lembaga non-profit yang fokus pada pendidikan lingkungan di kampungnya. Dia mengajak anak-anak muda di kampungnya untuk memahami pentingnya pelestarian alam dan bagaimana mereka dapat berkontribusi.

Tentu saja, tidak semua orang di kampungnya mendukung upayanya. Ada yang merasa bahwa Daniel terlalu ambisius dan tidak menghargai gaya hidup sederhana kampung mereka. Namun, dia tidak terpengaruh oleh kritik-kritik itu. Dia tahu bahwa perubahan memerlukan waktu, dan dia siap bekerja keras untuk itu.

Saat ini, beberapa tahun setelahnya, kampung kecil itu berubah. Anak-anak muda di kampung itu telah menjadi pejuang lingkungan yang peduli. Mereka membersihkan sungai-sungai yang tercemar dan menanam pohon-pohon di hutan sekitar mereka. Mereka bahkan telah mendirikan komunitas pertanian organik yang berkelanjutan.

Daniel tetap tinggal di kampung kecilnya, mengabdi pada komunitasnya dan menjalani kehidupan yang sederhana. Namun, sekarang dia tahu bahwa kecilnya dunianya tidak menghalangi dia untuk membuat perbedaan. Dia telah membuktikan bahwa bahkan dari kampung kecil, seseorang dapat memengaruhi dunia dengan cara yang positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun