Dalam kehidupan yang penuh dinamika ini, kita sering dihadapkan pada situasi di mana keburukan orang lain melukai hati dan menguji kesabaran kita. Wajar jika hati tergoda untuk membalas dengan hal serupa. Namun, Islam mengajarkan sebuah jalan yang lebih mulia, yakni membalas keburukan dengan kebaikan. Itulah esensi dari akhlaqul karimah, akhlak terpuji yang tidak hanya menunjukkan kekuatan iman, tetapi juga menjadi cahaya yang menerangi kehidupan di dunia.
Dawuh yang penuh hikmah dari Romo Kyai Haji Ahmad Bahru Mafdlaaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat 'Alam (alm), Pendiri Pondok Pesantren Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, memiliki kedalaman makna yang sangat menggugah: "dhungaaken sae utawi berbuat sae dateng tiyang sing berbuat sae teng awake dewe biki wajar, ndungaaken utawi berbuat sae dateng tiyang sing berbuat jahat/dholim dateng kita nikulah ahlaqul karimah" (mendo'akan atau berbuat baik kepada orang yang baik kepada kita itu wajar, tetapi mendo'akan atau berbuat baik kepada orang yang jahat atau mendholimi kita itulah akhlaqul karimah)*
Beliau menekankan pentingnya berbuat baik kepada semua orang, termasuk kepada mereka yang mungkin telah berbuat jahat kepada kita. Ini merupakan inti dari akhlak mulia yang seharusnya kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pesan mulia ini sejalan dengan ajaran Al-Qur'an dalam surah Fushilat ayat 34, yang artinya "Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik, sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia."Â
Ayat ini tidak hanya mengajarkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi juga mendorong kita untuk membalas dengan sesuatu yang lebih mulia, inilah jalan untuk melunakkan hati manusia dan menciptakan perdamaian.
Rasulullah SAW. Bersabda: "Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW. yang telah bersabda: Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah." (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah juga mencontohkan dengan memaafkan penduduk Thaif yang melempari beliau dengan batu, hingga malaikat Jibril menawarkan untuk menghancurkan mereka. Namun, Rasulullah memilih untuk mendoakan kebaikan bagi mereka. Â Beliau berdoa: "Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak mengetahui.". Sikap ini mencerminkan puncak dari akhlaqul karimah: memaafkan, mendoakan, dan tetap berbuat baik meski diperlakukan tidak adil.
Selain itu, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa akhlak yang mulia bukan hanya soal membalas kebaikan dengan kebaikan, tetapi juga mencakup kemampuan menahan diri dari membalas keburukan dengan keburukan. Hal ini, menurut beliau, merupakan wujud kesempurnaan iman.Â
Sementara itu, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengajarkan bahwa sifat kasih sayang kepada semua makhluk, termasuk mereka yang berbuat salah, adalah tanda kedekatan seseorang dengan Allah. "Jadilah seperti pohon yang berbuah. Ketika dilempari batu, ia membalas dengan buahnya."Â
Akhlaqul karimah, salahs atunya tergambar lewat kisah baginda Rasulullah Muhammad SAW. ketika beliau berhadapan dengan seorang pengemis yang buta.
Dikisahkan saat nabi Muhammad tengah menyebarkan ajaran agama islam, terdapat seorang pengemis buta yang selalu menghina dan membenci Rasulullah, bahkan ia tidak segan-segan untuk menghasut orang lain agar membenci rasul. Jika ada seseorang yang mendekatinya, pengemis buta tersebut akan berkata "Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya!".
Hal itu sendiri terus menerus dikatakan oleh si pengemis buta kepada seseorang yang setiap hari memberikannya makanan bahkan menyuapinya. Kemudian pada suatu hari, ia merasa sangat kelaparan karena seseorang yang biasa memberikannya makanan dan mendengar ujaran kebenciannya kepada nabi Muhammad tidak kunjung menemuinya.
Pada hari berikutnya, ada seseorang yang kembali mendatangi pengemis buta tersebut dan menyuapinya. Namun si pengemis tersebut sadar bahwa orang yang menyuapinya kali ini sangat berbeda dengan seseorang yang sering menyuapinya selama ini. Lalu ia pun berkata "Siapakah kamu? Kamu bukanlah orang yang biasa mendatangiku".
Singkat cerita, seseorang yang datang hari ini menjawab Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang sahabatnya. Namaku Abu Bakar. Orang mulia yang biasa memberimu makan itu telah meninggal dunia. Dia adalah nabi Muhammad SAW".
Jawaban tersebut sontak membuat si pengemis buta tersebut kaget dan merasa sangat menyesal telah memperolok nabi Muhammad, seseorang yang jelas-jelas selalu ia caci maki namun tetap memberikannya perhatian selama ini. Kemudian iapun tersadar bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang memiliki akhlak sangat mulia. Beliau adalah pribadi yahg selalu bersabar dan ikhlas dalam menebar kebaikan bagi banyak orang.
Dalam kehidupan sehari-hari, di tengah dunia yang penuh gejolak dan modern, seringkali kita dihadapkan dengan kebencian, dendam, dan permusuhan. Namun, dawuh Romo Kyai mengingatkan kita untuk menempuh jalan yang lebih tinggi, yaitu jalan akhlak mulia. Jalan ini memang berat, tetapi dampaknya jauh lebih besar. Dengan menebar kebaikan bahkan kepada yang berbuat salah, menjadi cerminan nilai-nilai luhur Islam yang sejati. Â Allah SWT. berfirman "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Al-Baqarah: 195).Â
Berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat bukanlah hal mudah, tetapi inilah jalan menuju akhlaqul karimah. Membalas keburukan dengan kebaikan, kita tidak hanya memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, tetapi juga membersihkan hati dari sifat buruk dan mendekatkan diri kepada Allah.
Sebagaimana dawuh Romo Kyai Ahmad Bahru Mafdlaaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat 'Alam (alm) mengingatkan, sikap ini adalah wujud dari iman yang sejati dan cinta kepada Allah. Dalam kehidupan yang sering dipenuhi permusuhan, akhlaqul karimah adalah cahaya yang menerangi kegelapan.
Berakhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari tentu tidaklah mudah, namun bila terus melakukan riyadhoh (latihan) secara istiqomah dan berkelanjutan, insyaAllah, Allah SWT. akan melimpahkan kemudahan dalam berakhlaqul karimah. Beberapa implementatif dalam kehidupan sehari-hari dalam ber-akhlaqul karimah, antara lain:
1. Bersikap Lemah Lembut dan Sabar
Sikap lemah lembut dan sabar terlihat ketika seseorang menahan diri dari amarah atau membalas keburukan dengan kebaikan. Misalnya Ketika menghadapi konflik di rumah atau tempat kerja, tahan emosi, berbicara dengan nada lembut, dan usahakan mencari solusi tanpa menyakiti pihak lain. Jika ada orang yang menyakiti atau memfitnah, latih diri untuk bersabar dan memaafkan tanpa dendam.
2. Membalas Keburukan dengan Kebaikan
Membalas keburukan dengan kebaikan bukan hanya mencerminkan kerendahan hati, tetapi juga menjadi cara untuk mendidik hati agar ikhlas. Misalnya jika seseorang berbicara buruk atau memperlakukan kita dengan tidak adil, balaslah dengan doa kebaikan atau bantuan yang tulus. Membantu tetangga yang sebelumnya pernah menjelekkan kita, atau memberikan maaf kepada rekan kerja yang berbuat salah.
3. Menjaga Lisan dan Mengucapkan yang Baik
Salah satu akhlak terpuji yang diajarkan Islam adalah menjaga lisan agar tidak menyakiti orang lain. Islam mengajarkan bahwa kata-kata adalah cerminan hati; jika hati bersih, ucapan akan penuh kebaikan. Misalnya Hindari gosip, fitnah, atau menyebarkan ujaran kebencian, baik di dunia nyata maupun media sosial. Biasakan memberikan komentar positif atau pujian yang membangun.
4. Ikhlas dalam Perbuatan dan Niat
Keikhlasan (ikhlas) adalah pondasi utama akhlaqul karimah. Dalam Islam, seseorang diajarkan untuk berbuat baik hanya karena Allah, tanpa mengharapkan pujian atau balasan dari manusia. Rasulullah SAW. bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang dilakukan dengan ikhlas dan mencari ridha-Nya." (HR. Nasa'i). Misalnya dalam pekerjaan sehari-hari, bekerja dengan penuh tanggung jawab dan tidak mengharapkan pujian.
5. Menghormati Orang Lain dan Bersikap Rendah Hati
Sikap rendah hati (tawadhu') adalah bagian dari pembersihan hati dari kesombongan. Akhlak ini tercermin dalam menghormati orang lain tanpa memandang status sosial atau latar belakang. Misalnya bersikap sopan kepada siapa pun, termasuk orang yang lebih muda atau kurang mampu secara ekonomi. Dalam diskusi atau rapat, berikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara dan menghargai pendapat mereka.
6. Menebarkan Kasih Sayang kepada Semua Makhluk
Islam mengajarkan bahwa kasih sayang (rahmah) adalah bentuk ibadah yang mendekatkan manusia kepada Allah. Kasih sayang harus diberikan tidak hanya kepada manusia, tetapi juga kepada makhluk Allah yang lain. Membantu orang yang membutuhkan, misalnya dengan memberikan sedekah kepada fakir miskin. Juga menjaga kebersihan lingkungan sebagai wujud kasih sayang kepada bumi.
Akhlaqul karimah adalah bagian penting dari Islam, yang mengajarkan pembersihan hati dan perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempraktikkan sikap sabar, ikhlas, rendah hati, dan kasih sayang, seorang hamba tidak hanya memperbaiki hubungannya dengan manusia, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah SWT.
 "Sesungguhnya orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Tirmidzi).
Mari kita jadikan akhlaqul karimah sebagai pegangan hidup, sehingga setiap langkah kita menjadi cahaya kebaikan bagi dunia dan akhirat. (ar)
*Kisyanto SM, Dr. SE., MM. (2019). Pendidikan Karakter Orang Dewasa: Ponpes Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadhlaailir Rahman, Turen Malang. Sidoarjo: Puma Publishing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H