Mohon tunggu...
Kang Rozaq
Kang Rozaq Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendakwah, Aktivis Sosial dan Keagamaan, Laskar Pelayan Jama'ah (LPJ)

Aktivis Gerakan Aksi Sosial dan Keagamaan (GASA) dan Penggiat/Laskar Pelayan Jamaah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran Berharga di Balik Olokan Gus Miftah ke Penjual Es Teh: Menata Adab dalam Perspektif Islam

5 Desember 2024   19:45 Diperbarui: 5 Desember 2024   19:53 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadis ini mengandung pesan bahwa manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa, namun Allah Maha Pengampun dan selalu siap menerima taubat hamba-Nya. Taubat yang tulus dapat menghapus dosa-dosa masa lalu dan memberikan kesempatan untuk memulai yang baru.

Selain itu, hadis ini juga mengingatkan bahwa manusia harus sadar diri dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kesalahan dapat menjadi bahan evaluasi diri agar menjadi lebih baik ke depannya.

Ketika terjadi kesalahan/kekhilafan, sikap terbaik adalah mengakui kesalahan dan meminta maaf. Gus Miftah telah menunjukkan sikap ini dengan meminta maaf secara langsung dan virtual kepada Sunhaji. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Al-Qur'an yang artinya: "Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya). (QS. Ali Imran: 135)

Kejadian ini juga mengajarkan bahwa setiap muslim, terutama yang menjadi panutan, harus lebih berhati-hati dalam ucapan dan perbuatan. Sebagaimana dinasihatkan Imam Al-Ghazali: "Lidah adalah alat kecil, tetapi bahayanya besar. Jagalah lidahmu sebagaimana engkau menjaga harta yang paling berharga." 

Bagi penjual es teh, kejadian ini menjadi pelajaran untuk lebih memahami situasi dan menghormati keberlangsungan acara ibadah. Namun, karena hampir di banyak acara, tidak hanya sholawatan, juga acara-acara lain yang bernuansa islam, beragam penjual (kebanyakan minuman) menawarkan dagangannya di lokasi acara. Bagi penjual, dengan alasan-alasan tertentu, menjadi momen penting dan berharap dagangnya laris dan meraih keuntungan. Selain itu, sangat mungkin dilatar belakangi kebutuhan yang mendesak dan pertimbangan-pertimbangan lain dari penjual.

Terlepas dari berbagai alibi dan alasan apapun dari penjual yang menjajagan dagangannya, dia adalah manusia sebagai makhluk Allah SWT. yang telah berjuang mencari rizki yang halal, untuk menghidupi keluarganya.

Syekh Muhammad Mutawalli Al-Sya'rawi, seorang ulama besar dari Mesir, pernah berpesan:   "Ukuran kehormatan seorang muslim di hadapan Allah adalah akhlaknya kepada sesama. Barangsiapa yang menjatuhkan kehormatan saudaranya, dia telah mengurangi kemuliaannya sendiri." 

Insiden ini bukan sekadar cerita viral. Ia adalah cermin yang memantulkan kejujuran tentang siapa kita, bagaimana kita berbicara, dan bagaimana kita memperlakukan sesama. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering lupa bahwa setiap kata, tindakan, dan niat memiliki dampak yang lebih besar dari yang kita kira. 

Kasus ini harus menjadi pengingat bagi semua pihak tentang pentingnya ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam). Dalam ukhuwah, tidak ada tempat untuk saling merendahkan, bahkan dalam bercanda sekalipun. 

Kejadian ini memberikan refleksi mendalam bagi kita semua. Bagi Gus Miftah, pentingnya menjaga adab sebagai tokoh agama menjadi pelajaran yang tak ternilai. Candaan atau ucapan yang tidak terjaga dapat menyakiti orang lain dan menimbulkan kesalahpahaman, meskipun maksudnya tidak untuk merendahkan. Sementara bagi penjual es teh, kepekaan terhadap situasi merupakan bagian dari adab yang harus ditanamkan. 

Sebagai masyarakat, kita diingatkan untuk tidak hanya fokus pada kesalahan orang lain, tetapi juga mengambil hikmah dan berusaha menjadi lebih baik. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun