Mohon tunggu...
Kang Rozaq
Kang Rozaq Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendakwah, Aktivis Sosial dan Keagamaan, Laskar Pelayan Jama'ah (LPJ)

Aktivis Gerakan Aksi Sosial dan Keagamaan (GASA) dan Penggiat/Laskar Pelayan Jamaah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta dan Kasih Sayang: Refleksi Kebaikan dan Kebenaran dari Allah SWT.

29 November 2024   18:18 Diperbarui: 29 November 2024   18:38 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Koleksi Pribadi berlokasi di Ponpes Biba'afadlrah, Malang

Islam adalah agama kasih sayang. Allah SWT, sebagai Al-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan Al-Rahim (Yang Maha Penyayang), menciptakan alam semesta dengan penuh cinta dan kasih. Kasih sayang kepada sesama makhluk merupakan cerminan penghambaan yang sejati kepada-Nya. Dalam setiap hubungan, baik dengan manusia, hewan, tumbuhan, maupun lingkungan, Islam mengajarkan untuk selalu berbuat baik, mencintai, dan menyayangi. 

Romo Kyai Haji Ahmad Bahru Mafdlaaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat ‘Alam (almarhum) pendiri dan pengasuh pondok pesantren Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah, Sananrejo, Turen, Malang, seorang ulama yang penuh hikmah, pernah menyampaikan nasihat mendalam “Dados tiyang niku, menawi ningali napa mawon (setiap sesuatu) dipuntingali kebaikane. Kebaikane niku ditingali kale diraosaken. Sedaya kebaikan niku indukipun kebenaran, kebenaran niku saking Pangeran. Menawi dipun ringkes, kebenaran niku sumber kebaikan, kebaikan niku saget menimbulkan cinta, cinta saget mengembangkan kasih sayang” (Jadi orang itu, apabila melihat apa saja (setiap sesuatu) yang dilihat kebaikannya saja. Kebaikan itu dilihat dan dirasakan. Semua kebaikan itu induknya adalah kebenaran, dan kebenaran itu datangnya dari Allah. Artinya kebenaran itu adalah sumber kebaikan, kebaikan itu dapat menimbulkan cinta, dan cinta dapat mengembangkan kasih sayang.)*

Nasihat ini mengandung esensi ajaran Islam, yang melihat segala sesuatu dengan kacamata kebaikan, menggali hikmah, dan menjadikan cinta sebagai energi untuk menyebarkan kasih sayang. 

Dalam Islam, kebaikan selalu bersumber dari kebenaran yang berasal dari Allah SWT. Allah berfirman dalam QS. Al-Zalzalah ayat 7, yang artinya “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.”

Dalam ayat ini, Allah merincikan balasan amal masing-masing. Barang siapa beramal baik, walaupun hanya seberat atom niscaya akan diterima balasannya, dan begitu pula yang beramal jahat walaupun hanya seberat atom akan merasakan balasannya.

Melihat kebaikan berarti melatih hati untuk bersikap husnudzan (berbaik sangka) kepada makhluk Allah. Ketika kita memfokuskan diri pada kebaikan orang lain, kita akan lebih mudah mencintai dan menyayangi mereka. Rasulullah SAW bersabda dalam hadist qudsi yang artinya “Allah berfirman sebagai berikut:”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (H.R. Tabrani dan Ibnu Hibban).

Selain itu dalam QS. Al-Hujurat ayat 12, Allah SWT. berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

Selain itu, kasih sayang dimulai dari melihat potensi kebaikan dalam segala sesuatu, bahkan pada makhluk yang sering dianggap kecil dan tidak penting. Sebagaimana kisah Rasulullah SAW yang menegur sahabatnya karena membakar sarang semut.

Sementara, cinta dalam Islam bukan hanya sekadar perasaan, tetapi komitmen untuk memberikan manfaat dan melindungi makhluk Allah. Allah SWT menanamkan cinta dalam diri manusia sebagai salah satu bentuk rahmat-Nya dan sebagai tanda-tanda kebesaran bagi orang yang berfikir. Allah SWT. dalam QS. Ar-Rum ayat 21 menyatakan, yang artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

Cinta melahirkan kasih sayang tanpa syarat. Rasulullah SAW memberikan contoh luar biasa dalam mencintai sesama makhluk. Dalam salah satu hadits, beliau bersabda: “Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangi kalian.”(HR. Ahmad, Abu Dawud at-Tirmidzi, dan al-hakim. Hadis ini mengajarkan umat Islam untuk saling menyayangi, terutama sesama makhluk.

Kasih sayang bukan hanya untuk keluarga atau sesama Muslim, tetapi untuk seluruh makhluk Allah. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam hal ini. Beliau menyayangi anak-anak, menghormati orang tua, memuliakan tetangga, bahkan menyayangi binatang. 

Dalam sebuah kisah, Rasulullah SAW pernah menegur seorang sahabat yang mengambil anak burung dari sarangnya, sehingga sang induk burung tampak gelisah. Beliau memerintahkan agar anak burung tersebut dikembalikan. Kisah ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Rasulullah SAW terhadap makhluk Allah, sekecil apa pun mereka. 

Untuk itu, Semua Kebaikan Itu Induknya Adalah Kebenaran. Kebaikan sejati tidak berdiri sendiri, melainkan bersumber dari kebenaran. Dalam Islam, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan kehendak dan ajaran Allah SWT. Kebaikan yang benar-benar bermanfaat dan bernilai hakiki, selaras dengan nilai-nilai kebenaran dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:  “Kebenaran itu dari Tuhanmu. Maka, janganlah sekali-kali engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu.”(QS. Al-Baqarah: 147). Ini bermakna, kebaikan yang tidak dilandasi oleh kebenaran seringkali bersifat semu atau hanya membawa manfaat sementara. Kebenaran adalah akar yang menumbuhkan pohon kebaikan. 

Selain itu, Kebenaran Itu Datangnya dari Allah. Kebenaran mutlak hanya berasal dari Allah SWT, yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Semua perintah dan larangan-Nya bertujuan untuk kebaikan umat manusia dan makhluk-Nya secara keseluruhan. Apa pun yang Allah tetapkan, baik dalam Al-Qur'an maupun ajaran Rasulullah SAW, adalah sumber kebenaran yang memandu manusia menuju kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.  Firman Allah: “Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang mukmin.”

Allah menciptakan tujuh langit yang berlapis-lapis dan bumi yang terhampar dengan haq; bukan dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah untuk kebaikan dan kemaslahatan makhluk-Nya. Sungguh, pada penciptaan dan pemeliharaan Allah yang demikian itu pasti terdapat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman yang salah satu ciri mereka adalah memliliki ilmu pengetahuan. Kebenaran ini mencakup semua aspek kehidupan, baik hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta. 

Kebenaran adalah Sumber Kebaikan, karena kebenaran berasal dari Allah, maka kebenaran adalah sumber dari semua kebaikan. Ketika manusia mengikuti kebenaran (syariat dan petunjuk Allah), mereka akan mampu menghasilkan kebaikan yang berkelanjutan. Sebaliknya, penyimpangan dari kebenaran akan menghasilkan keburukan dan kerusakan, meskipun tampak seperti kebaikan di permukaan. 

Contohnya, kejujuran adalah salah satu bentuk kebenaran. Dari kejujuran, lahir kepercayaan, keharmonisan, dan kedamaian di tengah masyarakat. Sebaliknya, kebohongan, yang merupakan penyimpangan dari kebenaran, melahirkan konflik, kecurangan, dan kerusakan. 

Kebaikan Itu dapat Menimbulkan Cinta, yaitu ketika seseorang berbuat baik, dia menarik cinta dari orang lain. Kebaikan membangun hubungan harmonis antara manusia, baik itu di keluarga, masyarakat, atau komunitas yang lebih luas. Dalam Islam, cinta adalah buah dari amal kebaikan yang tulus. 

Rasulullah SAW bersabda:  Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dan [Waki'] dari [al-A'masy] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukan kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang mana apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di antara kalian." Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah memberitakan kepada kami [Jarir] dari [al-A'masy] dengan sanad ini. Dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, " sebagaimana hadits Abu Mu'awiyah dan Waki'."

Cinta yang dihasilkan dari kebaikan memiliki kekuatan untuk mempererat persaudaraan, menghapus permusuhan, dan menciptakan kedamaian, karena Cinta dapat Mengembangkan Kasih Sayang. Cinta yang tulus akan melahirkan kasih sayang yang lebih mendalam. Dalam Islam, kasih sayang tidak hanya terbatas pada keluarga atau sahabat, tetapi juga mencakup seluruh makhluk Allah. Kasih sayang adalah ekspresi tertinggi dari cinta yang dirasakan seseorang. 

Rasulullah SAW adalah teladan kasih sayang yang universal. Beliau mencintai umatnya, menghormati sahabat-sahabatnya, menyayangi binatang, bahkan bersikap lembut terhadap musuh-musuhnya. Kasih sayang ini tumbuh dari cinta yang didasarkan pada kebenaran dan kebaikan. 

Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang senantiasa menebarkan cinta dan kasih sayang, sehingga menjadi rahmat bagi alam semesta, sebagaimana Rasulullah SAW diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin.

*Kisyanto SM, Dr. SE., MM. (2019). Pendidikan Karakter Orang Dewasa: Ponpes Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadhlaailir Rahman, Turen Malang. Sidoarjo: Puma Publishing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun