Kasih sayang bukan hanya untuk keluarga atau sesama Muslim, tetapi untuk seluruh makhluk Allah. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam hal ini. Beliau menyayangi anak-anak, menghormati orang tua, memuliakan tetangga, bahkan menyayangi binatang.
Dalam sebuah kisah, Rasulullah SAW pernah menegur seorang sahabat yang mengambil anak burung dari sarangnya, sehingga sang induk burung tampak gelisah. Beliau memerintahkan agar anak burung tersebut dikembalikan. Kisah ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Rasulullah SAW terhadap makhluk Allah, sekecil apa pun mereka.
Untuk itu, Semua Kebaikan Itu Induknya Adalah Kebenaran. Kebaikan sejati tidak berdiri sendiri, melainkan bersumber dari kebenaran. Dalam Islam, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan kehendak dan ajaran Allah SWT. Kebaikan yang benar-benar bermanfaat dan bernilai hakiki, selaras dengan nilai-nilai kebenaran dari Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Kebenaran itu dari Tuhanmu. Maka, janganlah sekali-kali engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu.”(QS. Al-Baqarah: 147). Ini bermakna, kebaikan yang tidak dilandasi oleh kebenaran seringkali bersifat semu atau hanya membawa manfaat sementara. Kebenaran adalah akar yang menumbuhkan pohon kebaikan.
Selain itu, Kebenaran Itu Datangnya dari Allah. Kebenaran mutlak hanya berasal dari Allah SWT, yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Semua perintah dan larangan-Nya bertujuan untuk kebaikan umat manusia dan makhluk-Nya secara keseluruhan. Apa pun yang Allah tetapkan, baik dalam Al-Qur'an maupun ajaran Rasulullah SAW, adalah sumber kebenaran yang memandu manusia menuju kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Firman Allah: “Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang mukmin.”
Allah menciptakan tujuh langit yang berlapis-lapis dan bumi yang terhampar dengan haq; bukan dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah untuk kebaikan dan kemaslahatan makhluk-Nya. Sungguh, pada penciptaan dan pemeliharaan Allah yang demikian itu pasti terdapat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman yang salah satu ciri mereka adalah memliliki ilmu pengetahuan. Kebenaran ini mencakup semua aspek kehidupan, baik hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta.
Kebenaran adalah Sumber Kebaikan, karena kebenaran berasal dari Allah, maka kebenaran adalah sumber dari semua kebaikan. Ketika manusia mengikuti kebenaran (syariat dan petunjuk Allah), mereka akan mampu menghasilkan kebaikan yang berkelanjutan. Sebaliknya, penyimpangan dari kebenaran akan menghasilkan keburukan dan kerusakan, meskipun tampak seperti kebaikan di permukaan.
Contohnya, kejujuran adalah salah satu bentuk kebenaran. Dari kejujuran, lahir kepercayaan, keharmonisan, dan kedamaian di tengah masyarakat. Sebaliknya, kebohongan, yang merupakan penyimpangan dari kebenaran, melahirkan konflik, kecurangan, dan kerusakan.
Kebaikan Itu dapat Menimbulkan Cinta, yaitu ketika seseorang berbuat baik, dia menarik cinta dari orang lain. Kebaikan membangun hubungan harmonis antara manusia, baik itu di keluarga, masyarakat, atau komunitas yang lebih luas. Dalam Islam, cinta adalah buah dari amal kebaikan yang tulus.
Rasulullah SAW bersabda: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dan [Waki'] dari [al-A'masy] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukan kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang mana apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di antara kalian." Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah memberitakan kepada kami [Jarir] dari [al-A'masy] dengan sanad ini. Dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, " sebagaimana hadits Abu Mu'awiyah dan Waki'."
Cinta yang dihasilkan dari kebaikan memiliki kekuatan untuk mempererat persaudaraan, menghapus permusuhan, dan menciptakan kedamaian, karena Cinta dapat Mengembangkan Kasih Sayang. Cinta yang tulus akan melahirkan kasih sayang yang lebih mendalam. Dalam Islam, kasih sayang tidak hanya terbatas pada keluarga atau sahabat, tetapi juga mencakup seluruh makhluk Allah. Kasih sayang adalah ekspresi tertinggi dari cinta yang dirasakan seseorang.
Rasulullah SAW adalah teladan kasih sayang yang universal. Beliau mencintai umatnya, menghormati sahabat-sahabatnya, menyayangi binatang, bahkan bersikap lembut terhadap musuh-musuhnya. Kasih sayang ini tumbuh dari cinta yang didasarkan pada kebenaran dan kebaikan.