Disinilah pentingnya "muraqabah", yaitu kesadaran akan pengawasan Allah dalam setiap detik kehidupan. Seorang hamba yang sadar bahwa waktunya diawasi oleh Allah, tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk beramal shaleh. Selain itu, menekankan pentingnya amal nyata dan keberlanjutan ibadah, amal yang konsisten, sekecil apa pun, lebih dicintai Allah daripada amal besar yang hanya sesekali dilakukan.Â
Disisi lain, seorang musafir yang bijak tidak akan memulai perjalanan tanpa persiapan. Ia akan memastikan bahwa bekalnya cukup untuk sampai ke tujuan. Dalam perjalanan kehidupan ini, bekal yang kita butuhkan adalah amal shaleh, keimanan yang kokoh, dan hubungan yang baik dengan Allah serta sesama manusia.Â
Untuk itu, pentingnya "tazkiyatun nafs" (penyucian jiwa) dalam hidup, sebagai bagian dari persiapan menuju akhirat. Hati yang bersih, bebas dari penyakit seperti riya', hasad, dan cinta dunia, adalah kunci untuk mendapatkan kebahagiaan sejati di akhirat. Sementara itu, persiapan tersebut harus diwujudkan dalam bentuk ketaatan kepada Allah SWT, seperti menjaga shalat, menunaikan zakat, dan melakukan berbagai amal kebaikan lainnya.Â
Nasihat Rasulullah dalam hadis ini mengajarkan keseimbangan yang indah antara usaha di dunia dan orientasi akhirat. Kita diajak untuk hidup seperti seorang musafir, tidak melekat pada dunia tetapi tetap memanfaatkannya sebagai sarana untuk mendekat kepada Allah. Dunia ini hanyalah persinggahan, dan kehidupan ini terlalu singkat untuk disia-siakan. Maka, marilah kita manfaatkan setiap detik yang kita miliki untuk beramal shaleh, membersihkan hati, dan memperbaiki hubungan dengan Allah. Sebab pada akhirnya, hanya bekal amal dan keikhlasan yang akan menyertai perjalanan kita menuju kampung akhirat yang abadi. (ar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H