Mohon tunggu...
Kang Rozaq
Kang Rozaq Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendakwah, Aktivis Sosial dan Keagamaan, Laskar Pelayan Jama'ah (LPJ)

Aktivis Gerakan Aksi Sosial dan Keagamaan (GASA) dan Penggiat/Laskar Pelayan Jamaah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghindari Perangkap Menyalahkan Orang Lain: Membangun Kehidupan Harmonis

12 Agustus 2024   04:00 Diperbarui: 12 Agustus 2024   13:04 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita menemukan dalam situasi di mana kita dengan mudah menyalahkan orang lain atas kesalahan atau masalah yang terjadi. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kalangan individu, tetapi juga dalam konteks sosial kemasyarakatan.

Ada beberapa alasan psikologis dan sosial yang mendasari perilaku ini, yang dapat kita telaah dalam perspektif Islam. Salah satu alasan utama mengapa orang cenderung menyalahkan orang lain, adalah untuk melindungi diri mereka dari rasa bersalah atau malu. Dengan menyalahkan orang lain, individu dapat mengalihkan perhatian dari kesalahan mereka sendiri.

Selain itu, dalam banyak kasus, orang merasa bahwa dengan menyalahkan orang lain, mereka sedang mencari keadilan. Namun, ini sering kali berujung pada ketidakadilan terhadap pihak lain yang mungkin tidak bersalah, bahkan cenderung mendholimi orang lain.

Menyalahkan orang lain sering kali kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan diangga perilaku yang umum, tetapi sering kali mencerminkan ketidakmampuan untuk mengakui kesalahan sendiri. Memahami alasan di balik perilaku ini dapat membantu kita untuk lebih bijaksana dalam berinteraksi dengan orang lain, dan mengembangkan keterampilan untuk menghadapi masalah dengan lebih baik. Kebiasaan menyalahkan orang lain dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan, baik pada individu maupun pada hubungan sosial.

Lebih jauh, tidak hanya menyalahkan orang lain, namun terus berusaha mencari-cari kesalahan lainnya, untuk menutup kesalahan pribadi, sebagai pembelaan dan pembenaran atas perbuatannya. Bahkan tidak jarang, dengan berbagai alibi dan alasan pembenaran dirinya, walau dengan mencederai dan mendholimi pihak lain.

Islam mengajarkan pentingnya introspeksi dan berbaik sangka terhadap sesama. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 12: Allah SWT berfirman artinya Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu nmerasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang". Ayat ini menunjukkan bahwa mencari kesalahan orang lain adalah tindakan yang tercela dan tergolong perbuatan dosa.

Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain akan menguak aib dan rahasia orang lain. Hal itu akan merusak telinga orang yang mendengarnya dan merusak mulut dan telinga pelakunya. Pelakunya telah zalim pada penggunaan telinga dan mulut sehingga dipergunakannya untuk perbuatan yang diibaratkan memakan bangkai saudaranya.

Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain juga akan meretakkan hubungan sosial antar sesama. Perbuatan itu akan menimbulkan perpecahan, perselisihan dan permusuhan antar individu atau pun kelompok. Rasulullah Saw. bersabda: "Jika engkau mengikuti cela (kesalahan) kaum muslimin, engkau pasti merusak mereka atau engkau hampir merusak mereka". (HR. Abu Daud)

Selain itu, Imam Nawawi dalam "Riyadhus Sholihin" menyatakan bahwa berburuk sangka terhadap sesama muslim tanpa alasan yang jelas adalah terlarang. Ini menunjukkan bahwa sikap saling menyalahkan dapat merusak hubungan antar sesama dan bertentangan dengan ajaran Islam.

Dampak dari mudah menyalahkan orang lain 

Menyalahkan orang lain menghalangi individu untuk belajar dari kesalahan mereka. Ketika seseorang terus-menerus mencari kambing hitam, mereka tidak mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka, dan akibatnya, kehilangan kesempatan untuk berkembang dan belajar dari pengalaman. Selain itu, dengan terus-menerus menyalahkan orang lain, individu cenderung merasa tidak memiliki kontrol atas hidup mereka. Ketika semua masalah dianggap sebagai kesalahan orang lain, mereka merasa tidak berdaya untuk mengubah situasi mereka sendiri, yang dapat menyebabkan stagnasi dalam kehidupan pribadinya.

Menyalahkan orang lain dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk merasakan empati. Ketika seseorang menghindari tanggung jawab, mereka juga menghindari komunikasi yang jujur tentang perasaan mereka dan tidak mendengarkan perasaan orang lain. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya pemahaman dan hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain.

Kebiasaan menyalahkan orang lain, dapat merusak hubungan sosial. Ketika seseorang sering menyalahkan orang lain, akan menciptakan lingkungan di mana komunikasi yang sehat tidak dapat berkembang dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman dan ketidakpercayaan di antara individu, yang pada akhirnya dapat merusak hubungan pribadi dan sosial.

Selain itu, budaya menyalahkan orang lain dapat menular ke pihak lain. Ketika seseorang terbiasa menyalahkan orang di sekitarnya, maka sangat mungkin mulai diadopsi sikap serupa oleh pihak lain. Ini menciptakan lingkungan di mana tanggung jawab pribadi diabaikan, dan masalah tidak diselesaikan secara konstruktif serta ada kecenderungan menjadi kebiasaan dalam suatu komunitas. Hal ini terjadi, karena ada kecederungan kebiasaan yang tidak baik dan dibiarkan, menyebabkan pihak lain akan mengadopsi kebiasaan tersebut.

Menyalahkan orang lain dapat mengembangkan mentalitas korban, di mana individu merasa selalu menjadi korban dari situasi dan orang lain. Ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk mengambil tindakan positif dan bertanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri, yang dapat memicu perasaan frustrasi dan ketidakpuasan yang berkepanjangan. Bahkan, orang lain yang disalahkan, ada kecenderungan apriori dan memiliki mental rendah diri serta menurunnya sifat simpati dan empati.

Untuk menghindari perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain, kita dapat melakukan beberapa upaya antara lain :

Belajar berprasangka baik

Berprasangka baik, atau "husnuzan", adalah sikap berpikir positif dan memberikan penilaian yang baik terhadap orang lain, serta terhadap berbagai keadaan yang terjadi. Ini adalah bagian penting dari etika dalam Islam dan memiliki banyak manfaat baik secara spiritual maupun sosial.

Manfaat berprasangka baik, antara lain menciptakan kedamaian hati, menjaga hubungan sosial dan menghindari kesalahpahaman yang bisa merusak hubungan dengan orang lain. Selain itu, menghindari dosa, karena berprasangka buruk bisa membawa kepada fitnah atau ghibah (menggunjing). Dengan berprasangka baik, mendorong untuk memahami situasi dan kondisi orang lain sebelum menilai mereka, sehingga meningkatkan empati dan kepedulian sosial.

Dalam suatu riwayat, Rasululah memberikan tuntunan untuk belajar berprasangka baik, sebagaimana dalam hadist "Dari 'Aisyah Ra., ada suatu kaum yang berkata, "Wahai Rasulullah, ada suatu kaum membawa daging kepada kami dan kami tidak tahu apakah daging tersebut saat disembelih dibacakan bismillah ataukah tidak." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas menjawab, "Ucapkanlah bismillah lalu makanlah." (HR. Bukhari)

Introspeksi diri jauh lebih penting daripada mengurusi urusan orang lain

Introspeksi diri adalah proses melihat ke dalam diri sendiri, menganalisis tindakan, pikiran, dan perasaan kita dengan tujuan memahami diri sendiri lebih baik, mengidentifikasi kelemahan, dan memperbaikinya. Sedangkan terlalu mengurusi urusan orang lain dapat mengalihkan perhatian kita dari tanggung jawab dan perbaikan diri.

Rasulullah SAW. bersabda: "Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya". (HR. Bukhari)

Untuk itu, orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan merasa lelah. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih, dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya.

Sadarilah Kebiasaan Kita dan Ganti Perspektif

Memenyadari kapan dan mengapa Anda menyalahkan orang lain. Perhatikan situasi-situasi yang memicu reaksi ini. Dengan kesadaran, Anda dapat mulai mengidentifikasi pola perilaku dan mempersiapkan diri untuk merespons dengan cara yang lebih konstruktif. Selain itu ketika Anda merasa ingin menyalahkan orang lain, cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang mereka. Memahami alasan di balik tindakan orang lain dapat membantu Anda berempati dan mengurangi keinginan untuk menyalahkan.

Fokus pada Solusi dan Latih Berfikir Positif

Alihkan perhatian dari menyalahkan kepada mencari solusi. Pertimbangkan langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperbaiki situasi, daripada terjebak dalam mencari siapa yang salah. Ini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan kolaboratif. Walau, fokus pada solusi, tentu memerlukan riyadhoh atau latihan yang serius dan berkelanjutan atau istiqomah.

Selain itu, perlu berlatih untuk mengembangkan pola pikir positif. Ketika merasa frustrasi atau marah, cobalah untuk mengganti pikiran negatif dengan afirmasi positif. Ini dapat membantu mengubah cara merespons situasi yang sulit. Setiap orang, memiliki sisi positif dan negatif, ada kelebihan dan kekurangan, ada baik dan buruknya. Berfikir positif atas orang lain yang berpotensi menjadi sasaran kesalahan kita, memerlukan latihan yang tidak mudah. Namun berlatih dengan istiqomah, insyaAllah akan membuah hasil, sehingga memandang orang lain, akan mengedepankan sisi positifnya terlebih dahulu dibandingkan dengan sisi negatifnya.

Minta Maaf dan Beri Penghargaan

Jika kita menyadari bahwa, kita telah menyalahkan orang lain secara tidak adil, jangan ragu untuk meminta maaf. Mengakui kesalahan dapat memperbaiki hubungan dan menunjukkan bahwa kita bertanggung jawab atas tindakan yang kita lakukan. Selain itu, berikan penghargaan kepada orang lain ketika mereka melakukan sesuatu dengan baik, yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi kecenderungan untuk menyalahkan.

Meminta maaf kepada orang lain,insyaAllah tidak akan menurunkan kehormatan kita dan merendahkan martabat. Namun, justru sifat baik dengan terlebih dahulu meminta maaf, menunjukkan sifat akhlaqul karimah dan mendatangkan kemuliaan serta

orang yang meminta maaf terlebih dahulu derajatnya lebih tinggi dan lebih dicintai Allah SWT. Dalam hadits disebutkan, "Tidaklah Allah memberi tambahan kepada seseorang hamba yang suka memberi maaf melainkan kemuliaan," (HR. Muslim).

Menyalahkan orang lain adalah perilaku yang sering muncul akibat berbagai faktor psikologis dan sosial. Dalam Islam, tindakan ini sangat dilarang dan sebagai berbuatan tercela. Melalui ajaran Al-Qur'an dan hadist, kita diajarkan untuk introspeksi dan berbaik sangka kepada sesama. Dengan menghindari sikap menyalahkan, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik dan harmonis dalam masyarakat.

Dengan demikian, penting bagi kita untuk selalu mengingat aib dan kesalahan diri sendiri sebelum berfokus pada kesalahan orang lain. Oleh karenanya, mari kita berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan tidak mudah menyalahkan orang lain dan lebih fokus pada perbaikan diri.

Kebiasaan menyalahkan orang lain bukan hanya berdampak pada individu yang disalahkan, tetapi juga pada diri sendiri dan hubungan sosial. Untuk menghindari dampak negatif ini, penting untuk mengembangkan kesadaran diri dan tanggung jawab pribadi, serta berusaha untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dalam hubungan dengan orang lain. (ar)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun