Adonna meneteskan airmata. Ia rubuh dalam dekapan suaminya. Junaedi, laki-laki Afro-Amerika yang kini menjadi suaminya, dengan tulus memeluknya. Sesekali ia mengusap punggung Adonna dengan lembut, penuh dengan rasa kasih sayang.
***
Sore itu langit Palestina-Israel tak lagi terbelah. Adonna merapihkan hijabnya, ia nampak tengah bersiap menuju kawasan ‘Dome of the Rock’. Salamah, sahabatnya yang juga seorang muslimah, menunggu dengan sabar.
“Jaga dirimu baik-baik,” ujar Junaedi dari balik pintu.
Adonna yang baru beberapa langkah meninggalkan rumah menengok ke arah datangnya suara. Ia mengerti, ia mengangguk lalu tersenyum ke arah suaminya tersebut. Junaedi membalas senyuman istrinya dengan lembut. Kemudian dengan pelan ia segera menutup pintu rumah, mengingat gencatan senjata Palestina-Israel belum sepenuhnya berlangsung.
Selang setelah melewati tembok lama Al-Haram Asy-Syarif, Adonna terlihat berjalan bersamaan dengan beberapa muslimah lainnya. Mereka berjalan ke arah komplek mesjid untuk melaksanakan pengajian rutin.
Rupa-rupanya, Tuhan telah meridhoi gadis Yahudi tersebut dengan rahman dan rahim-Nya. Itu semua jelas terlihat dari hijabnya yang melambai-lambai penuh kemesraan ketika ditiup angin sore.[]
----------------
NB: Cerita yang saya tulis merupakan kisah nyata yang didramatisir. Sebagaimana kita ketahui, dramatisir adalah proses yang setengah diharuskan dalam menulis. Tentunya dengan beberapa tujuan, seperti menjaga nama baik seseorang, menjaga privasi atau hal lainnya. Bila teman-teman ingin melihat kisah nyata dari tulisan ini, teman-teman bisa klik tautan berikut: http://www.dream.co.id/…/perjalanan-berliku-wanita-yahudi-m… (web bukan milik saya).