Mohon tunggu...
Kang Rik-rik
Kang Rik-rik Mohon Tunggu... -

kangrikrik.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Adonna Gadis Israel

26 Februari 2015   11:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1424899180377226592

Secara kebetulan hari itu langit Palestina-Israel terbelah. Semburat jingga memulas terbelahnya langit menjadi serupa keindahan yang tiada tara. Tanah para nabi memang patutlah sekiranya diperlakukan seperti itu oleh alam. Penuh dengan keindahan.

“Aku tak sudi jika kau terperangkap dalam kemuslimahanmu,” seorang perempuan Yahudi membentak putrinya dengan keras, “sungguh, kita mengutuk tindakanmu itu, Adonna.”

“Benar apa kata ibumu,” lelaki di sudut ruangan meminum tehnya sejenak, “ayah tak merestui tindakanmu. Itu benar-benar tak bisa ditoleransi, Adonna.”

Lelaki tersebut nampak lebih tenang dalam menyikapi permasalahan. Sekalipun sorotan matanya menyiratkan kepicikan yang sangat. Ada maksud terselubung dalam ketenangannya tersebut.

***

Perkataan kedua orangtuanya terus terngiang. Namun peristiwa tersebut tak menyurutkan niat Adonna untuk memeluk islam secara kaffah. Suatu malam ia pernah berkata kepada suaminya, seorang muslim keturunan Afro-Amerika:

“Ketahuilah olehmu,” matanya berbinar, “apa yang menyebabkan aku memeluk agama yang hak bukanlah semata karena cintaku terhadapmu. Tidak, tidak karena itu. Jauh sebelum masa seperti ini, bertahun-tahun sebelumnya, aku selalu membaca referensi mengenai hal apa pun yang berkaitan dengan Islam. Kemudian, pertemuanku denganmu, membuat rasa penasaranku terhadap Islam semakin membuncah. Tak lain karena kau selalu mempertontonkan amaliah yang begitu indah. Aku selalu melihat kau menuaikan sholat, puasa, atau apapun itu yang berkaitan dengan ibadahmu.”

Adonna menghentikan perkataannya sejenak. Ia menoleh keluar jendela, dilihatnya tanah Palestina-Israel diliputi kegelapan malam, sesekali suara padang pasir terdengar mendesis ditiup angin malam.

“Aku sadar,” Adonna melanjutkan, “Yudaisme mengajarkanku untuk mencintai Tuhan. Sedari kecil aku telah mengimani bagian itu, mecintai Yahweh tanpa terkecuali. Namun berlarut-larut setelah aku menjalani hidup sebagai seorang Yahudi, aku menyadari kalau hidupku sangatlah terkotak-kotak. Sekalipun aku mengimani dan mencintai Tuhan sepenuhnya. Tetapi, Islam lah yang benar-benar hak untuk itu. Islam bagiku ialah induk dari segala kebenaran yang universal. Di dalamnya aku sama sekali tidak menemukan rasialisme bersarang. Kau tahu, aku telah jatuh cinta terhadap Islam. Melebihi rasa cintaku terhadapmu.” Adonna menunduk malu.

Melihat kejadian itu, suaminya tersenyum manis.

Adonna meneteskan airmata. Ia rubuh dalam dekapan suaminya. Junaedi, laki-laki Afro-Amerika yang kini menjadi suaminya, dengan tulus memeluknya. Sesekali ia mengusap punggung Adonna dengan lembut, penuh dengan rasa kasih sayang.

***

Sore itu langit Palestina-Israel tak lagi terbelah. Adonna merapihkan hijabnya, ia nampak tengah bersiap menuju kawasan ‘Dome of the Rock’. Salamah, sahabatnya yang juga seorang muslimah, menunggu dengan sabar.

“Jaga dirimu baik-baik,” ujar Junaedi dari balik pintu.

Adonna yang baru beberapa langkah meninggalkan rumah menengok ke arah datangnya suara. Ia mengerti, ia mengangguk lalu tersenyum ke arah suaminya tersebut. Junaedi membalas senyuman istrinya dengan lembut. Kemudian dengan pelan ia segera menutup pintu rumah, mengingat gencatan senjata Palestina-Israel belum sepenuhnya berlangsung.

Selang setelah melewati tembok lama Al-Haram Asy-Syarif, Adonna terlihat berjalan bersamaan dengan beberapa muslimah lainnya. Mereka berjalan ke arah komplek mesjid untuk melaksanakan pengajian rutin.

Rupa-rupanya, Tuhan telah meridhoi gadis Yahudi tersebut dengan rahman dan rahim-Nya. Itu semua jelas terlihat dari hijabnya yang melambai-lambai penuh kemesraan ketika ditiup angin sore.[]

----------------

NB: Cerita yang saya tulis merupakan kisah nyata yang didramatisir. Sebagaimana kita ketahui, dramatisir adalah proses yang setengah diharuskan dalam menulis. Tentunya dengan beberapa tujuan, seperti menjaga nama baik seseorang, menjaga privasi atau hal lainnya. Bila teman-teman ingin melihat kisah nyata dari tulisan ini, teman-teman bisa klik tautan berikut: http://www.dream.co.id/…/perjalanan-berliku-wanita-yahudi-m… (web bukan milik saya).

Event.

Buku Dewa Rampok Gratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun