Mohon tunggu...
Rakhmad
Rakhmad Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pengajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Madiun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan dari Semua untuk Semua

21 Mei 2016   22:05 Diperbarui: 21 Mei 2016   23:23 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: netoya.files.wordpress.com foto asli dari Neti H

Undang-Undang  No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan  pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non formal dan informal. Jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Berdasarkan undang-undang di atas pendidikan bukan seputar pendidikan  formal saja. Pandangan pendidikan yang seputar pendidikan saja perlu pemahaman bersama. Dari mulai tanggung jawab, wewenang dan peran serta perlu mendapat perhatian semua. Penulis menyatakan semua berarti pendidikan tidak terpisah-pisah tetapi melekat untuk semua.

Kata semua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa berarti segenap atau seluruh. Bagi penulis semua dalam pendidikan memiliki makna diantaranya, (1) Semua memiliki akses pendidikan, (2) Semua memiliki tanggung jawab pendidikan, (3) Semua memiliki peran serta dalam pendidikan.

Semua memiliki akses pendidikan.

Semua warga negara memiliki akses pendidikan  bisa bersifat formal, non formal dan non formal. Negara menjamin ketersedian pendidikan yang layak bagi warga negara. Karena akses pendidikan yang layak menekankan pada buta huruf hingga buta fungsional.

Mendapatkan akses pendidikan diharapkan bisa memenuhi standar minimal yang dicanangkan oleh pemerintah. Dari mulai kelayakan sarana prasarana, operasional hingga ketersediaan tenaga pendidikan yang memenuhi standar minimal. Daerah-daerah terpencil juga harus mendapatkan akses sama dalam pendidikan.

Semua memiliki tanggung jawab pendidikan.

Semua memiliki tanggung jawab pendidikan adalah segenap warga  memiliki tanggung jawab dalam pendidikan formal, informal maupun non formal. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya sebatas dititik beratkan pada sekolah yaitu guru khususnya.

Contoh yang bisa diambil diantaranya adalah pembenahan pada sikap anak. Saat di sekolah sudah dibudayakan untuk bersikap sopan dan santun. Sikap ini akan berubah kembali jika lingkungan keluarga dan masyarakat berbalik arah yang dilakukan sekolah. Anak disekolah sholat  bagus saat di rumah orang tua tidak pernah sholat dan lingkungan juga sama. Keadaan ini bisa mematahkan pembelajaran sikap pada anak.

Saat di sekolah diajarkan sikap toleransi terhadap sesama, tetapi di rumah keluarga jarang bersikap toleransi. Bagaimana masyarakat dan orang tua menuntut sekolah sebagai pendidikan formal sebagai pengendali sikap anak, akan  tetapi sebaliknya yang merusak lingkungan sendiri.

Masih banyak contoh yang kita petik dalam tanggung jawab pendidikan. Yang paling menghawatirkan bagaimana anak sudah kejaringan dengan warung internet (warnet). Ternyata pengelola warnet belum memiliki tanggung jawab terhadap kepekaan pendidikan. Yang di otak mereka adalah sebatas keuntungan tanpa berfikir dampak buruk terhadap anak.  

Masing-masing harus instropeksi apa saja yang sudah kita lakukan untuk pendidikan kita. Baru-baru ini ada anak yang dicubit dilaporkan kepihak berwajib. Tanpa melihat diri apa sudah tanggung jawab pendidikan dilingkungan rumah sudah benar-benar berjalan dengan baik.

Semua memiliki peran serta dalam pendidikan.

Semua memiliki peran serta dalam pendidikan dari mulai pembiayaan, pengawasan hingga kemajuan pendidikan. Pemerintah, swasta dan personal bisa memiliki peran dalam pembiayaan pendidikan kita. Tokoh masyarakat, ormas, peneliti, media  dan personal bisa menjadi pengawas dalam berjalannya pendidikan. Semua punya peran serta pendidikan sesuai profesionalitas masing-masing.

Selain peran serta di atas, masing-masing elemen bersatu memiliki visi dan misi pendidikan yang lebih maju. Diantaranya dicontohkan program mengaji dan belajar setelah sholat maghrib. Semua elemen bertanggung jawab atas program tersebut. Satu elemen saja tidak bertanggung jawab maka program tersebut bisa berjalan tertatih-tatih.

Pendidikan semua untuk semua

Dari berbagai ulasan di atas penulis bisa menyimpulkan bahwa pendidikan tidak berjalan sendiri-sendiri. Banyak elemen di masyarakat yang harus peduli dan terlibat bersama untuk kemajuan pendidikan kita. Semua elemen memiliki pandangan sama atas pendidikan itu sendiri.

Pemerintah punya kewajiban untuk melakukan sosialisasi pendidikan yang melibatkan berbagai pihak. Setiap personal juga memiliki kewajiban sebagai agen perubahan dalam memahami visi dan misi pendidikan itu sendiri. Bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab kita semua.

Jika semua terlibat untuk pendidikan kita, mungkin kelemahan dalam sistem pendidikan kita bisa tertutupi. Tidak saling menyalahkan siapa yang bersalah dan disalahkan. Mungkin pendidikan semesta untuk Indonesia terwujud, demi kokohnya dasar negara yaitu Pancasila. Semoga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun