Tim Verifikasi Lapangan, Pelatihan CHSE dan Kebencanaan yang merupakan bagian dari program Kedaireka Matching Fund Universitas Indonesia (UI)-Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia pada tanggal 4-6 November 2022 mendatangi Desa Wisata (DeWi) di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kedatangan tim tersebut pada dasarnya adalah untuk mewujudkan DeWi di Indonesia dapat naik kelas menjadi berstatus world class melalui CHSE dan Kebencanaan.
Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI ini merupakan gagasan dari Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D yang merupakan guru besar dari Departemen K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia. Peran Prof. Fatma sendiri dalam DeWi cukup dalam diantaranya adalah sebagai dewan juri Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2021 dan 2022.
Desa wisata di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadi perwakilan untuk terlibat dalam verifikasi lapangan ini adalah Detusoko Barat (Kabupaten Ende), Liang Ndara (Kabupaten Manggarai Barat), dan Waturaka yang berada di wilayah Kabupaten Ende. Selain itu kegiatan verifikasi ini dilengkapi dengan pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang disampaikan oleh tim yang ahli di bidangnya.
Julius D, perwakilan dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Wataruka sangat senang dan berterima kasih atas materi pembelajaran yang diberikan pihak Universitas Indonesia-Kemenparekraf RI cukup jelas dimengerti. Terlebih keterampilan dan wawasan tersebut sangat baru mereka dapatkan. Ia pun berharap kedepannya dapat mengimplementasikan ilmunya yakni memberikan penyelamatan yang benar dalam menolong korban apabila hal buruk terjadi di desa wisata pengelolaannya.
“Mudah-mudahan kami siap memberikan pertolongan yang benar dan sama seperti yang tadi sudah diberikan oleh tim UI. Meskipun mungkin yang membantu hanya bisa dari pihak Pokdarwis dulu. Semoga kegiatan ini tidak hanya sekali saja dilakukan tapi mungkin secara rutin agar ilmu yang tadi diberi tidak cepat hilang.” papar Julius.
Sementara itu Aloysius Djira Loy, Penasehat Pengelola Desa Wisata juga menyampaikan kegembiraannya karena DeWi yang dikelola dirinya dan tim menjadi salah satu yang terpilih. Bukan soal keterampilan dalam pertolongan pertama, Aloysius lebih fokus pada paparan tentang bagaimana manajemen risiko di desa wisata dapat ditangani dengan baik dan benar.
“Kami sangat senang dengan kegiatan pelatihan CHSE dan kebencanaan ini karena bisa paham bagaimana mengatasi desa wisata kedepannya. Sehingga ada hal baru yang bisa diatasi di desa Waturaka. Bagi pihak wisata yang sudah mendapati pelatihan juga bertambah ilmunya. Harapannya bisa berlanjut dan orang wisata bisa mengembangkan ilmunya dan selalu didampingi. Bila perlu diadakan KKN agar ilmunya tidak hilang.” ungkap Aloysius kepada tim verifikasi lapangan.
Aloysius juga menyampaikan bahwa dirinya dan pengelola DeWi sudah siap menggunakan perlengkapan P3K karena sudah mendapatkan penjelasan juga tata cara menggunakan peralatan tersebut. Hal ini ditenggarai karena tim tiga desa wisata tersebut termasuk Waturaka mendapatkan donasi berupa peralatan P3K dan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Keindahan alam di tiga desa wisata yang menjadi objek verifikasi lapangan hampir memiliki karakter yang sama. Dapat juga dikatakan bahwa risiko kecelakaan yang paling sering di tempat adalah adalah jatuhnya bebatuan dari tebing ke jalan, jalan yang licin dan lainnya. Jika terjadi hujan lokasi wisata alam seperti di Waturaka terkadang mengalami gangguan pada saluran air seperti yang tersumbat sehingga meluap dan membuat genangan di jalan bahkan bisa hingga menutup jalan.
Keterlibatan Mahasiswa Sebagai Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKBM)
Selain dosen dan alumni dari Universitas Indonesia yang didampingi oleh perwakilan dari Kemenparekraf, tim yang terlibat dalam program Kedaireka ini diikuti oleh unsur mahasiswa. Hal ini merupakan implementasi dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKBM) gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim. Sementara yang terlibat dalam Verifikasi Lapangan, Pelatihan CHSE dan Kebencanaan di NTT adalah Ibnu Azfa Chairul Azam, mahasiswa dari Departemen K3, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia angkatan tahun 2020.
Azfa menyampaikan bahwa mengetahui kegiatan Kedaireka setelah mendapatkan informasi dari salah satu dosennya. Beliau menawarkan kegiatan tersebut sebagai bagian dari MBKM yang dapat ditransfer menjadi SKS. Selain itu alasan Azfa ikut program ini karena ketertarikannya terhadap aspek ilmu K3 yang akan diterapkan disetiap desa wisata agar bisa berstandar dunia.
“Program ini menurut saya adalah langkah yang tepat bagi pihak Kemenparekraf untuk bisa menarik banyak wisatawan asing ataupun domestik ke desa wisata yang ada di Indonesia.
Mengetahui bahwa Indonesia memiliki daya tarik tersendiri pada alamnya yang masih alami. Sehingga apra wisatawan akan aman dan nyaman ketika memilih desa wisata yang ada di Indonesia untuk menjadi destinasi mereka. Dimana sebelumnya hal seperti ini jarang dianggap penting pada suatu kawasan wisata. Sehingga dapat menjadikan kegiatan ini sebagai wadah saya dalam menambah ilmu baru yang didapat langsung saat turun ke lapangan. “ kata Azfa. ##
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H