Mohon tunggu...
ABDF
ABDF Mohon Tunggu... Jurnalis - ABDF

Bercerita dengan kata untuk edukasi kita bersama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Para Ayah, Mari Kita Mulai dengan Cinta

23 Agustus 2019   10:36 Diperbarui: 23 Agustus 2019   13:42 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis (22/8/2019) sore sepulang kerja adalah jadwal ke ZA Variasi (toko aksesoris motor) untuk pengambilan dokumentasi bahan jualan online. Selama perjalanan ditemenin sama  ingatan terhadap si teteh, anak perempuan pertama yang kini usianya 2 tahun 8 bulan. 

Ya sudah ini sebenarnya sering juga terjadi, karena perjalanan ini Cuma 15 menit dan untuk ia juga. Disisi lain kepikiran juga untuk diniatkan punya motor yang ramah saat ngajak dia riding, setidaknya saat kemampuan fisik dan psikologisnya sudah siap. Yang kepikiran baru Kymco Downtown dan Kawasaki Versys 250.  

Setelah shalat maghrib niatnya pengen ngopi, daripada kelamaan karena sebelum isya juga harus berangkat ngaji akhirnya bergegaslah menuju warkop di sebelah toko. 

Pas nunggu si mbak warkop nyeduh kopi ada suara dari gawai, pas dibuka istri mau video call. Eeh Yang nongol ternyata si teteh, nada suaranya setengah nangis dan berlinang air mata. Sepatah dua patah kata bisa dipahami, yang intinya dia nanyain saya dimana dan diminta segera pulang.

Alhamdulillahnya si teteh sudah bisa diajak komunikasi meski abahnya ini harus bener-bener peka, kata apa yang sebenarnya mau ia sampaikan. Yang bikin bangga penuh syukur adalah ketika si teteh sudah bisa menjawab salam, maasyaAllah. Tapi jangan dibayangin dengan sempurna ya jawabnya.

Sebelum terlanjur cairan hitam yang sedikit manis masuk ke dalam gelas saya minta di mba untuk ngebungkusin aja. Di minum atau tidaknya bagaimana nanti di rumah saja, yang jelas sekarang bagaimana caranya harus cepat nemui si teteh agar dia tidak kelamaan nangisnya.

Sempat kepikiran kopi itu dikasihkan ke teman, ternyata dia gak suka ngopi, ya sudah dibawa saja. Padahal sebelumnya tujuan ngopi itu untuk menemani cari ide sambil nunggu ngambil gambar dan berangkat lagi.

Agar pulang tidak hampa mau mampir dulu di abang penjual slondok, ternyata dia gak jualan. Pantas saja kemarin malam pas dicari juga tidak ada. Malah sempat kepikiran saya lupa dimana lokasinya. 

Padahal dicari si abang itu hanya cuma mau dibeli macaroni asinnya untuk si teteh, pekan kemaren saat beli disitu si teteh suka dan makan sampai abis sendiri. Ya sudah, pulang dengan tanpa membawa oleh-oleh buat  teteh.

Sesampainya di rumah, baru matiin motor dan saat mau naek ke tangga ada suara anak nangis. Ternyata itu suara si teteh yang menyambut di dekat tangga, maasyaAllah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun