Mohon tunggu...
ABDF
ABDF Mohon Tunggu... Jurnalis - ABDF

Bercerita dengan kata untuk edukasi kita bersama.

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik

Silaturahim Bersama si Kecil pada Lebaran 1440 Hijriah

10 Juni 2019   16:15 Diperbarui: 11 Juni 2019   09:04 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran identik dengan musim mudik, bagi warga yang tinggal di Depok seperti saya ini dan berkampung di Karawang mau gak mau harus ikut menggunakan istilah ini. Meskipun setiap bulan juga tetap pulang dengan maksud mempertemukan orangtua dengan dua cucunya, maklum cucu dari anak tunggal.  

Lebaran tahun 2019 ini yang tahun hiriahnya itu 1440 kami ngasih nama mudik dengan judul Silaturahtim Bersama si Kecil. Kecil karena kami masih keluarga kecil. Kecil karena kami memiliki dua akan kecil dan alasan kecil yang terakhir karena kendaraan yang digunain pun terbilang kecil, yaitu Suzuki Karimun Wagon R. 

Perjalanan yang bertujuan mempererat hubungan kekeluargaan satu turunan dari keluarga saya dan keluarga uminya anak-anak  yang alhamdulillah cukup banyak. Banyaknya sih dari keluarga istri. Oh iya, bersilaturahim gini sebenernya satu dari sekian cara mendatangkan rezeki dan bertambahnya usia. 

Punya mertua yang kembali ke tanah kelahirannya merupakan satu kebahagiaan tersendiri, karena bisa ada alasan untuk bepergian. Maklum orangtua kan tinggalnya tidak jauh dari Depok, sekitar 45 kilo aja. Dan kalau dihitung dengan waktu tempuh hanya 2,5 sampai 3 jam. Yang bikin nanggungnya adalah kalau masuk tol, disaat jalanan sudah lenggang karena kemacetan disitu pula saya harus keluar tol.  

ANAK KECIL 

Tantangan terbesar dalam perjalanan ini adalah menemukan cara agar istri dan anak-anak bisa aman, nyaman selama perjalanan. Membawa bayi dan satu batita yang sedang dalam masa perkembangan adalah cerita tersendiri. Bagaimana tidak, ketika istri sudah menidurkan dedek bayi si teteh malah teriak-teriak dan jalan kedepan dan belakang. Ancaman terbesarnya adalah yang kecil bangun dan uminya kewalahan. 

Dokumen Pribadi 
Dokumen Pribadi 

Dalam kemacetan pun si teteh masih bisa ambil momen, saat ada warna-warni bergoyang-goyang dipinggir jalan ia langsung respon dengan mengucapkan, "alon, alon, alon, alon." hmmm, rupanya ia mau balon. 

Begitulah keindahan perjalanan membawa anak-anak kecil tanpa ada pihak kedua yang membantu. 

MOBIL KECIL (Si Alit) 

Dengan sejujurnya harus disampaikan bawah meski Namanya Wagon namun ini kapasitas terbatas, kemampuan mesin terbatas, karena hanya tiga silinder. Hal ini terbukti pas melewati tanjakan di Wado-Malangbong jadi langganan harus gunain gigi satu, kan rada gengsi karena di belakang diikuti oleh kakak ipar beserta suami dan anaknya.

Tapi hikmah dibalik kapasitas mesin yang hanya 1000 cc dampaknya pada ekonomisnya penggunaan uang untuk bensin. Kalau diingat dari data hasil lomba irit yang diadakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dua tahun silan Wagon R alias si Alit ini dengan  bensin 1 liter mampu digunakan menempuh jarak 27 km. Tapi itu untuk rute tol dan dalam kota yah. Anggap  saja untuk perjalanan seperti ini satu liter untuk 23 km.

Dokumen Pribadi 
Dokumen Pribadi 

Tapi kalau mau lebih ekonomis lagi harus bisa menerapkan prinsip ecodriving, diantaranya adalah tidak memaksakan rpm melebihi angka yang ditetapkan oleh pabrikan mobil. Kalo si Alit mah emang sudah ada indicator pengingat penggantian gigi, jadi kalau terlalu rendah atau tinggi aka nada lampu yang menyala.

BUKAN SEKADAR JALUR ALTERNATIF 

Mobil yang masuk dalam kategori city car ini bisa dikatakan tangguh untuk melewati jalanan berbelok penuh tanjakan yang silih berganti dengan turunan khususnya di Jalan Raya Cagak dan Wado. Tapi ya gitu, sebenarnya melintasi rute ini menuju Malangbong dari Karawang artinya melambung jauh.

Yang lebih tragisnya adalah dengan banyaknya tanjakan konsumsi mobil terhadap bensin akan lebih banyak jika dibandingkan hanya dengan melewati jalan nasional atau jalan tol. Tapi mau bagaimana lagi daripada harus buang-buang bensin dan keceriaan dalam kemacetan.

Semoga kebahagiaan di jalur yang tidak bikin ngantuk ini bisa membuat uminya anak-anak jenuh, hehehe. Kalau saya mah senang banget lewat jalur ini, selain banyak kenangan saat masih pake roda dua jalur ini juga menawarkan pemandangan yang aduhai maasyaAllah indah sekali.

Semoga saja kedepannya jalan ini tetap terawat dan tambalan yang saat ini terlalu tinggi, kontur jalan yang condong turun mampu diatasi sehingga hanya belokan, tanjakan-turunan yang dihadapi tanpa adanya goncangan yang berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun