Mohon tunggu...
Raditya Riefananda
Raditya Riefananda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penjual Buku Eceran | Founder Aksarapedia.id "Hanya manusia biasa yang gemar menulis. Menulis yang saya bicarakan, berbicara apa yang saya tuliskan. Menulis apa yang saya lakukan, melakukan apa yang saya tuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Atheis dan Kitab Suci Fiksi

12 April 2018   17:12 Diperbarui: 12 April 2018   17:20 1878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sejak lama sahabat-sahabat Atheis itu berpikiran dan menyampaikan bahwa Kitab Suci itu fiksi.

Buat kamu yang pendek sumbu dan tak mengedepankan ilmu, yang punya akal sejengkal, apalagi yang bigot dan miskin logika, jangan pernah sekali-kali debat dengan mereka. Dilibas abis akalmu. Nalarmu. Goyah nanti imanmu.

Bagi sebagian mereka, nabi-nabi  itu hanya cerita belaka. Bahtera dan kisah Nuh, misalnya.  Dianggap hanya bualan yang selalu ada di kisah serupa di tiap perempatan zaman dan banyak kepercayaan.

Jika kamu pelajari banyak sejarah, akan kamu dapati bahwa "dongeng" yang serupa tentang bahtera, orang yang diperintah menyelamatkan dunia dengan membuat bahtera, faktanya memang bukanlah cerita Nuh saja. Banyak kisah serupa lainnya.  

Belum lagi  cerita pinguinnya. Yang "tak masuk akal" bagi mereka harus berjalan miliaran kilometer dari kutub menuju tanah tempat bahtera Nuh berada. Akal mereka enggak terima begitu saja. Sedangkan kamu, paling akan bilang "Kun Fayakun!" sebagai jawaban andalan.

Belum pula kisah perjalanan Muhammad dalam Isra' Mi'raj-nya. Apa itu isra' mi'raj? Tidak terima akal mereka. Muhammad akan dikatakan berhalusinasi saja. Toh kamu juga tak dapat menunjukkan penjelasan logisnya.

Bahkan mereka bisa mengungkap realitas ilmiah bahwa sholat sudah ada sebelum Muhammad "terbang" dengan buroqnya. Bisa ngompol dan mencret kamu mendengarnya. Mendadak runtuh nanti imanmu.

Alih-alih menutupi logikamu yang rendah karena jarang dipake untuk berpikir dan membaca, paling mulutmu akan berkata "itu sudah takdir" sebagai jawabannya. Malu-maluin. Beragama tanpa berpikir. Pe'A.

Itu hanya sebagian cerita dengan sahabat-sahabat Atheis. Masih banyak lagi pemikiran logis mereka lainnya. Dan lagi-lagi, ilmumu yang kepenuhan watak bigot, kepenuhan kebenaran tunggal, akan membunuh dan menelanjangi dirimu sendiri saat berdiskusi dengan mereka.

Kemudian suatu hari beberapa sahabat Atheis yang menyampaikan cerita-cerita "fiksi" itu, kamu anggap menghina.  Melecehkan. Kamu laporkan lalu dipenjarakan.

Hanya karena logikamu tak mampu menyaingi logika mereka yang digunakan untuk berpikir setiap waktunya. Kamu jebloskan sebagian mereka ke penjara.

Berjalannya waktu, ada yang mengatakan bahwa Kitab Suci itu fiksi. Kamu anteng-anteng aja. Membiarkannya bahkan membela semata-mata karena dia adalah junjunganmu. Berada sepihak denganmu. Setidaknya dialah yang kamu anggap mendukung pilihan politikmu.

Jangankan berpikir untuk melawan atau memenjarakannya. Bahkan kamu rela kitabmu dinistakan. Yang biasanya kamu  selalu kebakaran jenggot jika ada yang tak sepihak denganmu mengatakan hal semacam itu. Idiot.

Pahamilah bahwa fiksi, faksi maupun non fiksi hanya berlaku untuk karya sastra. Buatan manusia. Kecuali jika kamu sudah mulai berpikir bahwa kandungan Al Quranmu adalah buatan manusia juga. Bukan lagi firman-firman dan wahyu dari Tuhan. Silakan jika demikian.

Sampai suatu pagi saya katakan bahwa dirimu yang berpikir Kitab Suci adalah fiksi sama saja dengan mereka. Kawan-kawan Atheis. Setidaknya pemikirannya. Dan kamu pasti akan ngamuk-ngamuk sedemikian rupa karena merasa berbeda. Sikap semacam Ini kan idiot, namanya.

Duhai sahabat-sahabat Atehis, ajarilah saudara-saudara seimanku  yang bigotri ini. Agar tak berdiri di atas kedua kakinya. Standar ganda dalam beragama. Dipilih-pilih mana yang enak asal sesuai dengan yang disuka. Mendadak tuli dan bodoh asal sejalan dengan pilihan politiknya.

Jika susah bagi kalian mengajari mereka, cemplungin aja ke jurang yang terdalam. Yang penuh semak duri juga enggak apa-apa. Sebagian kami sungguh ikhlas.

Kriiik,...kriiiik,...kriiiik,....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun