Sudah sejak lama sahabat-sahabat Atheis itu berpikiran dan menyampaikan bahwa Kitab Suci itu fiksi.
Buat kamu yang pendek sumbu dan tak mengedepankan ilmu, yang punya akal sejengkal, apalagi yang bigot dan miskin logika, jangan pernah sekali-kali debat dengan mereka. Dilibas abis akalmu. Nalarmu. Goyah nanti imanmu.
Bagi sebagian mereka, nabi-nabi  itu hanya cerita belaka. Bahtera dan kisah Nuh, misalnya.  Dianggap hanya bualan yang selalu ada di kisah serupa di tiap perempatan zaman dan banyak kepercayaan.
Jika kamu pelajari banyak sejarah, akan kamu dapati bahwa "dongeng" yang serupa tentang bahtera, orang yang diperintah menyelamatkan dunia dengan membuat bahtera, faktanya memang bukanlah cerita Nuh saja. Banyak kisah serupa lainnya. Â
Belum lagi  cerita pinguinnya. Yang "tak masuk akal" bagi mereka harus berjalan miliaran kilometer dari kutub menuju tanah tempat bahtera Nuh berada. Akal mereka enggak terima begitu saja. Sedangkan kamu, paling akan bilang "Kun Fayakun!" sebagai jawaban andalan.
Belum pula kisah perjalanan Muhammad dalam Isra' Mi'raj-nya. Apa itu isra' mi'raj? Tidak terima akal mereka. Muhammad akan dikatakan berhalusinasi saja. Toh kamu juga tak dapat menunjukkan penjelasan logisnya.
Bahkan mereka bisa mengungkap realitas ilmiah bahwa sholat sudah ada sebelum Muhammad "terbang" dengan buroqnya. Bisa ngompol dan mencret kamu mendengarnya. Mendadak runtuh nanti imanmu.
Alih-alih menutupi logikamu yang rendah karena jarang dipake untuk berpikir dan membaca, paling mulutmu akan berkata "itu sudah takdir" sebagai jawabannya. Malu-maluin. Beragama tanpa berpikir. Pe'A.
Itu hanya sebagian cerita dengan sahabat-sahabat Atheis. Masih banyak lagi pemikiran logis mereka lainnya. Dan lagi-lagi, ilmumu yang kepenuhan watak bigot, kepenuhan kebenaran tunggal, akan membunuh dan menelanjangi dirimu sendiri saat berdiskusi dengan mereka.
Kemudian suatu hari beberapa sahabat Atheis yang menyampaikan cerita-cerita "fiksi" itu, kamu anggap menghina. Â Melecehkan. Kamu laporkan lalu dipenjarakan.
Hanya karena logikamu tak mampu menyaingi logika mereka yang digunakan untuk berpikir setiap waktunya. Kamu jebloskan sebagian mereka ke penjara.