Mohon tunggu...
Raditya Riefananda
Raditya Riefananda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penjual Buku Eceran | Founder Aksarapedia.id "Hanya manusia biasa yang gemar menulis. Menulis yang saya bicarakan, berbicara apa yang saya tuliskan. Menulis apa yang saya lakukan, melakukan apa yang saya tuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ayolah Tere Liye, Jadi Penulis Jangan Cengeng!

7 September 2017   19:50 Diperbarui: 13 September 2017   10:12 26329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tere Liye| Sumber: Tribun Sumsel

Menulis, ya menulis. Tak perlu menghitung angka. Jika mau menghitung angka, jadilah pedagang saja. Lebih jelas, pegang kalkulator, bukan pena.

"Tapi, ada penulis yang kaya karena tulisannya?"

Oh, banyak. Tapi bukan, bukan karena tulisannya. Melainkan karena ada yang membaca.

Dengan ada yang membaca, ada silaturrahmi yang kemudian muncul dari karyanya. Ikatan-ikatan yang tak terlihat. Jalur-jalur  kebaikan yang timbul karena hikmah silaturahmi serta ikatan emosi. Antara penulis dan pembaca. Dan itu, berkah namanya. Tatanan Tuhan yang sulit diartikan. Apalagi hendak diambil alih dengan alat hitung dunia.

Tatanan Tuhan, biarlah tetap menjadi urusan Tuhan. Enggak perlu kita ambil alih dan menjadikannya sebagai tujuan dalam menggeluti dunia penulisan. Puyeng lho nanti. Karena merasa sudah menulis ribuan karya, tapi kok enggak kaya-kaya. 

"Menulis adalah kemuliaan. Dan kaya karena menulis, ah itu mah berkah silaturrahmi yang Tuhan berikan." -Raditya-. Catet!.

Enggak percaya?

Silakan yuk menulis sekeren mungkin, tulisan paling keren sejagad semesta raya. Tapi, hayuuk menulis di dalam gua. Atau di Pluto sana. Tidak ada yang baca, sehingga tidak ada silaturahmi tercipta. Bisakah menjadi kaya? No!

Jelas, no lah! Karena tidak ada silaturrahim yang muncul dari tulisan kita. Tidak ada hukum-hukum Tuhan tentang keberkahan rezeki yang memancar akhirnya., kecuali kalau kita temenan dengan para alien di luar planet sana. Itu juga kalau alien benar ada.

Ah, Tere Liye.
Kadang saya berpikir, andai Tuhan menghitung hembusan nafasnya. Lalu menagih si Tere untuk membayar setiap udara yang keluar dari lubang hidungnya. Juga lubang lainnya. Apa tidak empot-empotan ya, si Tere. Untung Tuhan Maha Baik. Dia anteng-anteng aja di sana, sambil tersipu ngeliatin Tere yang lagi komplain pusing tentang pajak atas penghasilannya.

Tere lupa. Diantara kebaikan-kebaikan yang ia bagikan, harusnya bersyukur ada dalam urutan terdepan,. Karena rasa syukur, lebih penting dari sekedar potongan penghasilan yang ia suarakan, sehingga membuat dirinya berteriak, mengatasnamakan ketidakadilan. Ketidakadilan bagi dirinya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun