Mohon tunggu...
Raditya Riefananda
Raditya Riefananda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penjual Buku Eceran | Founder Aksarapedia.id "Hanya manusia biasa yang gemar menulis. Menulis yang saya bicarakan, berbicara apa yang saya tuliskan. Menulis apa yang saya lakukan, melakukan apa yang saya tuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

The Power Of Love

29 Juni 2016   16:00 Diperbarui: 29 Juni 2016   16:13 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : http://rolministry.com/sermon-overview/the-power-of-love/

Kekuatan itu bernama, cinta.

Ya, Cinta.

Semacam perangai bulshit, jika manusia tidak ada yang menginginkannya. Untuk dirinya, kerabat dan teman, maupun untuk anak cucunya.

Semua manusia membutuhkan cinta. Bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun, manusia menginginkannya. Bukankah bentuk protes terhadap ketidaknyamanan juga merupakan perwujudan dari mendambakan cinta?

Semua jiwa mendambakan cinta, begitu pula dengan mereka yang berpasangan.

Penulis jadi teringat pada kisah seorang sahabat yang begitu mencintai pasangannya. Tak disangka, mencintai wanita yang kala itu belum menjadi isterinya adalah awal yang berat untuk berhadapan dengan keluarga dari pihak wanita.

Ditentang, tak direstui, dengan berbagai alasan yang sebelumnya tidak ada. Dalil agama dan etika norma di bentangkan dihadapan mereka. Satu intinya, mereka berpisah. Dengan penjelasan yang berupa-rupa halusnya, demi menutupi ketidaksukaan pada sang pria.

Lalu apa pasangan itu menyerah?

Tidak!

Mereka meyakini kekuatan cinta yang mereka miliki. Mereka tetap berjalan dengan keyakinan serta pembuktian.

“Orang tua akan mati, saudara dan teman pun akan pergi. Bersama pasangan yang saya pilihlah akan saya lewati hari sampai tua nanti”, begitu tutur sahabat tersebut pada penulis.

Tak ada yang tidak mungkin. Dan semua terbukti.

Kebahagiaan mereka kini melimpah. Dan kebahagiaan mereka memang dari mereka untuk mereka. Keluarga kecil mereka. Bukan dari saudara, teman, termasuk orang tua.

Mereka bahagia dari tangan mereka berdua. Dengan segala ujian yang terlewati, dengan segala pertaruhan demi memperjuangkan cinta yang diyakini.

“Lebih baik saya mati memperjuangkan cinta saya, dari pada membiarkan lepas dan menyisakan penyesalan”, ucap sahabat itu pada penulis saat mengakhiri obrolan.

Ya,

Cinta memang harus diperjuangkan. Bukan dari hasil pemberian.

Penuh hormat dari penulis kepada mereka yang memperjuangkan cintanya. Ternyata masih ada manusia-manusia seperti  itu. Salut!

Hati-hati dengan kekuatan cinta. Karena mematahkannya, akan menjadi hal tersulit untuk dilakukan.

Cinta itu menguatkan. 

Dan siapapun kita, jangan memaksakan diri untuk menghancurkan!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun