’’Hah, antum? Ana musy aktsar min itsnain..!’’ begitu kata orang Mesir.
(’’Hah, antum. Saya kan tidak lebih dari dua orang..?’’)
Orang Mesir, kalau ingin menghaluskan ungkapannya kepada seseorang yang dihormati, bukan dengan mengganti kata anta menjadi antum atau ana menjadi nahnu. Melainkan dengan sebutan penghormatan, seperti: hadratuka disingkat menjadi hadratak atau Siyadatuka disingkat Siyadtak. Keduanya memiliki makna ’Anda yang terhormat’.
Atau menambahkan sebutan penghormatan di belakang kata anta, seperti: “anta, ya basya” atau “anta, ya sayyid”. Yang bemakna “engkau, wahai Tuan”.
Jangankan kepada manusia, kepada Allah pun mereka berdoa dengan menggunakan dhomir (kata ganti) anta, bukan antum. Misalnya :
“Allahumma anta salam waminka salam”
(Ya Allah Engkaulah kedamaian dan dari Engkaulah bersumber kedamaian).
BUKAN : “Allahumma ANTUM salam waminka salam”
Atau kepada Rasulullah SAW :
“Assalamualaika ayyuhannabi”
(Kedamaian untukmu wahai Nabi)