Mohon tunggu...
Tama Yudhistira
Tama Yudhistira Mohon Tunggu... Guru - Guru

Keep smiling and pretend you know what's going on .... Hatake Kakashi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Filosofi Ruang Kelas

7 Januari 2024   08:11 Diperbarui: 7 Januari 2024   08:39 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Filosofi pendidikan seorang guru akan tercermin dari penataan ruang kelas. Tidak ada penataan ruang kelas yang ideal untuk semua kegiatan." (Robert Sommer)


Ruang kelas di Indonesia umumnya berbentuk persegi panjang, mungkin di seluruh dunia juga akan sama. Kapasitas diisi sesuai dengan kondisi masing-masing di sekolah tersebut. Lumrahnya di Indonesia berkisar 25 - 36 siswa. Bisa jadi ada yang lebih sedikit dari itu.

Ruang kelas yang baik tentu harus punya standar kenyamanan untuk berada di dalamnya dalam jangka waktu yang lama. Sirkulasi udara yang baik, penerangan yang baik, sarana yang memadai di dalamnya serta kebersihan yang diperhatikan setiap hari.

Berkaitan dengan sarana tentu bisa kita jabarkan sebagai berikut, meja, kursi, lemari , jam dinding, sapu, serok sampah, tempat sampah, kemoceng, sebagian juga sudah tetpasang infokus (proyektor) dan lain sebagainya.

Ketika dihadapkan dengan berbagai macam sarana tersebut, kita sebagai pengajar tentu diberi keleluasaan untuk mengaturnya. Bila Anda sebagai wali kelas, Anda punya hak prerogatif menata kelas bersama anak didiknya.  Sebagus mungkin, sekreatif mungkin.

Jika Anda hanya berlaku sebagai guru, Anda tidak punya keleluasaan mengatur ruang kelas yang sudah ada wali kelasnya. Anda hanya punya pengaruh merubah penataan meja dan kursi sebagai representasi bagaimana Anda akan mengajar di kelas tersebut.

Ruang Kelas dan Proses Belajar Mengajar

Ruang kelas yang nyaman membantu guru dalam mengembangkan proses belajar mengajar. Penataan kursi dan meja menggambarkan filosofi cara mengajar Anda.

Umumnya kita melihat penataan meja dan kursi secara berbaris lurus ke samping dan lurus ke belakang. Siswa menghadap ke depan, memperhatikan guru dan pandangan tertuju pada papan tulis maupun layar proyektor.

Bentuk seperti ini tentu akan memberikan makna bahwa semua perhatian siswa tertuju pada guru. Siswa mendengarkan, guru menyampaikan. Konsep ini sering digunakan dari jaman dulu bahkan sampai sekarang.

Ada juga guru meminta anak didik merubah pengaturan meja kursi dengan istilah cluster table. Cluster table digunakan ketika siswa diminta untuk bekerja secara berkelompok. Model penataan ini memberikan makna, siswa akan diajak bekerja secara bersama - sama dengan teman kelompoknya.

Cluster table memungkinkan untuk berbagi tugas, menghargai tugas masing-masing dan bertanggung jawab dengan tugas yang sudah diberikan sesama anggota kelompok.

Lalu bagaimana dengan bentuk letter U. Sejatinya bentuk penataan letter U memudahkan guru untuk mengontrol siswa dalam proses belajar. Fokus anak-anak juga lebih baik, karena guru dengan leluasa bergerak mendekati siswanya. Sehingga siswa juga merasa segan jika melakukan gerakan yang mencurigakan dalam hal ini tidak fokus.

Bisa jadi, masih banyak varian dalam penataan meja kursi di ruang kelas. Semua punya kelebihan dan keuntungan masing-masing. Anda sebagai guru juga lebih bisa mengembangkan proses belajar mengajar dengan berbagai varian tersebut. Hasilnya, filosofi mengajar Anda akan terbentuk secara tidak langsung dengan penataan ruang kelas dalam hal ini tata ruang meja dan kursi.

 Penataan Meja Kursi dan Partisipasi

Ada sebuah studi di Jerman dilakukan oleh peneliti terkait penataan tempat duduk dengan partisipasi aktif siswa dengan bertanya (Marx, Fuhrer & Hartig, 1999).

Para peneliti melakukan eksperimen pada 53 kelas Bahasa Jerman dan Matematika di seluruh Jerman selama delapan minggu. Guru mengajar di depan kelas baik duduk maupun berdiri.

Namun, pembedanya adalah penataan tempat duduk siswa yang dibuat dua macam, yaitu model tradisional, baris samping - belakang dan model setengah lingkaran (semacam letter U)

Hasilnya? Bisa kita tebak, penataan dengan setengah lingkaran membuat anak lebih aktif bertanya dibandingkan dengan model tradisional. Sebenarnya lumrah, karena siswa lebih mudah terpantau oleh guru. Begitu pula sebaliknya, siswa juga mudah memperhatikan guru, karena ada space yang cukup untuk memperhatikan guru mengajar. Anak lebih fokus.

Sedangkan model penataan tradisional, bentuk kolom-baris memungkinkan bagian belakang tidak terlalu terpantau oleh guru. Hasilnya anak juga tidak memperhatikan secara full, sehingga mengurangi minat dan semangat belajar.

Hal ini juga dibuktikan melalui penelitian di atas, model tradisional hanya mengaktifkan siswa pada posisi segitiga baris dari depan ke tengah sebagai pucuk segitiganya. Artinya, siswa yang aktif hanya pada posisi depan dan tengah, itupun tengah pinggir kiri dan kanan belum maksimal aktifnya.

Namun, tentu saja tidak bisa kita pungkiri sebab lain terkait gaya guru mengajar, maupun media belajar yang menarik juga pasti akan mempengaruhi ketertarikan murid terhadap guru maupun materi ajar yang disampaikan.

Penempatan Siswa di Dalam Ruang Kelas


Ada ketika kita mengajar, anak-anak pada sudut pandang tertentu tidak bisa melihat dengan jelas tulisan maupun layar proyektor kita. Entah karena efek jauh, mata minus atau karena pencahayaan yang tidak baik masuk ke ruang kelas tersebut, semacam silau matahari ataupun gelap.

Ada pula yang tinggi badan menjulang memilih berada pada barisan depan, tentu ini menyulitkan yang duduk di belakang. Ada juga yang memilih tempat duduk karena teman sebangku, atau dekat bangkunya lebih mudah diajak bergurau saat proses belajar terjadi.

Beberapa hal tersebut apabila tidak dikondisikan tentu akan mengakibatkan efek tak baik pula. Baik dari kesehatan maupun kondusifitas dalam proses belajar mengajar. Sehingga guru harus mengelola penataan tempat duduk lebih bijak dengan mencoba beberapa variasi. Hal ini memudahkan dan memberikan kenyamanan pada anak didik dalam belajar.

Sebuah studi di Belanda (Gremmen, van den Berg, Segers, & Cillessen, 2016) mengemukakan beberapa variasi penempatan tempat duduk dan alasan yang menyertai penempatan siswa pada kursi dan meja tertentu.

Alasan yang dikemukakan sebanyak 31 berkaitan dengan akademis, 17 persen berkaitan dengan manajemen kelas sisanya dengan alasan lain.

Dari 50 guru yang terlibat, 48 persen menyukai pembagian kelompok kecil, 40 persen mendudukan dalam barisan (tradisional) dan 12 persen melakukan penataan ruangan dengan cara yang lain.

Pada akhirnya, apa yang dikatakan Sommer penataan ruang kelas Anda akan menyiratkan filosofi cara belajar dan mendidik Anda. Anda tidak bisa terpaku pada satu konsep, karena tidak ada penataan ruang kelas yang ideal untuk satu kegiatan. Semua bisa dirubah menyesuaikan kebutuhan dan ketepatan guru memilih model dan metode pengajaran.

Pertanyaannya,  Apakah Anda sudah peka terkait pemahaman Filosofi Ruang Kelas seperti ini?  Apakah siswa bisa mendengar dan melihat dengan baik ketika Anda mengajar? Apakah siswa merasa nyaman dengan kondisi Ruang Kelas?

Apa yang ada di dalam kelas, merupakan bagian-bagian mikro kehidupan yang berbeda-beda. Setiap manusia yang masuk di dalam lingkungan kelas mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Untuk itulah diperlukan dinamisasi kondisi Ruang Kelas dan segala atribusi yang ada di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun