Mohon tunggu...
Muhammad Wachid Anwar
Muhammad Wachid Anwar Mohon Tunggu... Guru - GURU BK

Saya adalah Guru BK di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Faktor Bullying di Sekolah dan Dampaknya di Masa Depan

29 Februari 2024   08:55 Diperbarui: 29 Februari 2024   08:58 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lifestyle.okezone.com/read/2018/07/17/196/1923366/komunikasi-jadi-kunci-waspadai-bullying-pada-siswa-baru

Ia terus melakukan dan mengatakan kalimat seperti itu dengan tulus dan akrab kepada semua muridnya. Jika dilakukan secara berulang-ulang setiap hari secara konsisten, kalimat positif tersebut pelan-pelan akan terserap dan tertanam dalam pikiran bawah sadar para murid. Jika kalimat positif tersebut benar-benar telah tertanam dalam pikiran bawah sadar, si murid akan mendapati dan menyadari bahwa dirinya sebenarnya adalah anak yang baik, dan secara otomatis segala pilihan perilaku dan sikapnya akan baik pula. Sebaliknya, jika kalimat- kalimat yang masuk dalam pikiran bawah sadar si murid setiap harinya adalah celaan-celaan, penilaian-penilaian dan penghakiman-penghakiman yang negatif, terlebih semua itu berasal dari guru, maka hal-hal negatif itulah yang akan tertanam dan terprogram dalam bawah sadarnya. Jika demikian yang terjadi, maka segala pilihan perilaku, sifat dan sikap si murid pun akan negatif pula, termasuk kekerasan dan bullying. Terbukti, siswa-siswa yang berada dalam bimbingan Ibu Guru tersebut sangat jarang terlibat masalah yang serius, baik dengan sekolah, guru-guru lain, teman sekolah maupun orangtua.

Hasil penelitian pun mendukung hal tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Wachid Anwar, seorang Guru BK Penelitian terhadap Siswa-siswi di SMK Darul Fikr Andong menunjukkan bahwa sekolah dengan tingkat bullying paling rendah adalah sekolah yang terdapat hubungan yang sangat baik dan akrab antara guru dan siswa

Pendekatan positif lainnya yang bisa dilakukan guru adalah memberi penghargaan (apresiasi) terhadap setiap usaha siswa - baik untuk aktivitas kurikuler maupun non-kurikuler - apapun dan bagaimana pun hasilnya. Jangan pernah menyalahkan para murid dan hindari memberikan hukuman. Selalu berikan penilaian yang positif, bahkan meskipun hasil mereka buruk. Pendekatan ini barangkali terkesan aneh bagi mereka yang terbiasa dengan budaya menghukum (punishment) ketika murid melakukan kesalahan, karena diyakini murid akan terus melakukan kesalahan jika mereka tidak diberi hukuman. Riset mutakhir tentang kekuatan pikiran, termasuk dalam aplikasinya di dunia pendidikan, menunjukkan bahwa hukuman ternyata bisa menghambat daya pikir kreatif dan bisa meningkatkan agresi. Sedangkan pujian, penghargaan dan dorongan yang positif (encouragement) dapat merangsang kreativitas dan perilaku positif. Jika iklim dan hubungan positif antara para siswa dan para guru ini benar-benar bisa terbangun dengan baik, bullying dengan sendirinya akan berkurang.

Kedua, bangun jejaring komunikasi yang aktif dengan para orangtua (Kohut, 2007: 167). Berilah orangtua informasi yang up-to-date mengenai perkembangan kegiatan sekolah dan anak mereka di sekolah. Jika perlu, sekolah idealnya memiliki bagian khusus yang menangani komunikasi dengan orangtua. Selama ini, komunikasi antara sekolah dan orangtua hanya pada saat akhir semester, pembagian rapor, dan atau kenaikan kelas. Sudah saatnya pola komunikasi ini ditingkatkan kualitasnya. Banyak yang bisa dilakukan sebagai media komunikasi antara guru dan orangtua. Misal, membuka hotline sekolah yang bisa dihubungi orangtua setiap saat, website yang interaktif, atau majalah rutin berkala. Peningkatan kualitas komunikasi setidaknya bisa meningkatkan partisipasi dan kedekatan orangtua dengan sekolah, yang pada akhirnya juga adalah kedekatan komunikasi antara orangtua dan anak- anak mereka. Komunikasi aktif semacam ini jika terbangun akan bisa mengurangi bullying, dan atau mengurangi dampaknya. Ingat, salah satu variabel pendukung dari masalah yang dialami Mia adalah kurangnya komunikasi antara dia dengan orangtuanya, sehingga Mia tidak bisa menceritakan apa yang dialaminya di sekolah.

Ketiga, pemberian pemahaman yang tepat mengenai bullying terhadap para guru, siswa dan orangtua melalui workshop, pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar. Pemberian pemahaman ini bisa berupa materi tentang karakteristik bullying, pencegahan dan penanganannya. Dengan demikian, para guru dapat mengantisipasi dan mengidentifikasi perilaku bullying para siswa (Kohut, 2007:167).

Keempat, deklarasikan kampanye anti- bullying yang melibatkan peran aktif semua unsur sekolah, dari para guru, karyawan, siswa, dan para orangtua. Kampanye ini bisa berupa poster-poster anti-bullying, pertunjukan-pertunjukan seni, atau apapun yang tema sentralnya adalah anti-bullying. Cara ini, selain untuk mencegah perilaku bullying dan memberikan pemahaman arti bullying terhadap semua unsur sekolah, juga bisa berfungsi sebagai media pengalihan energi dan sumber daya murid untuk hal-hal yang positif.

Kelima, sebagai pencegahan sekaligus sebagai penanganan kasus bullying, sekolah perlu menyediakan semacam bullying center bagi para siswa. Bimbingan Konseling di sekolah bisa juga ditambahkan fungsi ini. Bagian ini berperan sebagai tempat pengaduan yang sangat rahasia, artinya identitas korban pelapor akan dirahasiakan. Bagian ini juga berperan memberikan konseling dan terapi bagi siswa korban maupun pelaku bullying.

PENUTUP

Dalam undang-undang perlindungan anak No.23 Tahun 2002 pasal 54 dinyatakan, “anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.” Undang-undang perlindungan anak di atas dengan tegas telah menyebutkan mandat yang harus dipenuhi, yakni melindungi anak-anak di sekolah dari semua macam tindak kekerasan. Bullying, sebagai salah satu bentuk tindak kekerasan yang bisa mengancam perkembangan anak di masa depan, selayaknya mendapat perhatian yang lebih dari para guru, orangtua, para murid sendiri dan terlebih lagi pemerintah.

Upaya pencegahan dan penanganan bullying yang lebih serius perlu untuk dilakukan. Karena selama ini upaya anti-bullying masih dilakukan secara sporadis oleh LSM atau NGO serta individu- individu yang efektivitas dan keberhasilannya tidak terlalu besar. Demikian juga dengan kontribusi dari kalangan akademik untuk menyediakan data yang lebih akurat dan penanganan yang berbasis data empiris perlu digiatkan lagi. Tulisan ini adalah salah satu upaya awal menuju aksi-aksi tersebut. Karena jika tidak segera dilakukan aksi-aksi yang lebih serius dan terorganisir, bullying ini akan mereproduksi tindakan kekerasan yang ada di sekolah. Karena pelaku akan cenderung mengulang perbuatannya dan korban bullying pun memiliki kecenderungan yang sangat besar untuk melakukan tindakan bullying pula jika ada kesempatan.

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun