Mohon tunggu...
D.Ivi
D.Ivi Mohon Tunggu... Konsultan - Mengurai Wacana Lewat Tulisan

Jangan Biarkan Pikiranmu Liar,Ikatlah Dia dengan Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rahasia Kunci Penghambaan Sejati: Kisah Keluarga Nabi Ibrahim yang Menginspirasi di Tengah Era Virus Keimanan

16 Juni 2024   15:11 Diperbarui: 16 Juni 2024   15:20 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam sejarah cikal bakal ibadah Haji dan Qurban, terdapat jejak keluarga Nabi Ibrahim yang menjadi teladan dalam penghambaan dan keimanan yang kokoh. Keluarga Nabi Ibrahim, yang terdiri dari beliau sendiri, putra Kesayangannya Ismail, dan istri Hajar, melambangkan kesetiaan yang tanpa pamrih kepada Allah. Kisah perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya Ismail sebagai ujian iman dan ketundukan yang luar biasa.

Ibadah Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan sekali seumur hidup bagi umat Muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan jiwa. Melaksanakan ibadah Haji bukan sekadar perjalanan fisik ke tanah suci, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual yang membawa umat Muslim lebih dekat kepada Allah.

Haji mengajarkan kita tentang kesederhanaan, kesabaran, pengendalian diri, serta kebersamaan umat Muslim di seluruh dunia. Dalam konteks penghambaan, ibadah Haji merupakan wujud totalitas seseorang dalam mengabdikan diri kepada Allah, menyerahkan segalanya dan merasakan kemesraan dengan Sang Pencipta.

Al-Quran menyebutkan dalam Surah As-Saffat (37:102-107) tentang pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail. Allah berfirman: "Maka ketika anak itu sampai pada umur sanggup bekerja bersama-sama Ismail, Ibrahim berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu. Dikatakannya, 'Wahai ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, niscaya engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'"

Dalam Hadits Rasulullah menyebutkan bahwa tidak ada amal lebih dicintai oleh Allah saat hari raya Qurban daripada mengorbankan hewan Qurban dengan ikhlas.

"Rasulullah SAW berkata: 'Tidaklah anak Adam berbuat amal pada hari raya yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengorbankan hewan pada hari raya Qurban. Sungguh, hewan tersebut datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kuku, lalu akan menyaksikan pemiliknya di hadapan Allah. Hewan tersebut diseru dengan suara yang nyaring: 'Wahai hamba Allah, aku adalah hewanmu yang akan menjadi Qurbanmu.' Kemudian hewan tersebut disebutkan bahwa hukumannya telah diampuni karena ia telah menjadi asbab penebus dosa dari pemiliknya.'" (HR. Ahmad)

Dari segi ilmu Nahwu dan Sorof, kata "Qurban" berasal dari kata "qaraba" yang berarti mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah Qurban bukanlah sekadar menyembelih hewan, tetapi lebih merupakan wujud kesetiaan dan penghambaan yang sungguh-sungguh. Ia melambangkan kesediaan untuk mengorbankan sebagian rezeki kita sebagai bukti ketaatan dan keikhlasan kepada-Nya.

Selain ibadah Haji, Idul Adha juga dikenal sebagai hari Raya Qurban di mana umat Muslim melaksanakan ibadah penyembelihan hewan yang kemudian diberikan kepada yang membutuhkan. Ibadah Qurban mengajarkan kita tentang pengorbanan, keikhlasan, dan kepedulian terhadap sesama.

Mengorbankan sebagian rezeki yang kita miliki sebagai bentuk ibadah kepada Allah menjadi simbol dari ketaatan dan penghambaan sejati bagi kaum Muslim Ibadah  Qurban mengajarkan bahwa sejatinya segala yang kita miliki adalah titipan dari Allah, dan dengan ikhlas mengorbankan sebagian dari rezeki kita, kita

Dalam konteks kekinian yang semakin kompleks dan penuh dengan virus-virus keimanan, menjadikan penghambaan seperti yang dilakukan oleh keluarga Nabi Ibrahim menjadi semakin relevan dan mendesak bagi umat Islam. 

Keluarga Nabi Ibrahim mengajarkan kita tentang kesetiaan, kepatuhan, dan ketundukan yang bersumber dari keimanan yang teguh. Di tengah gempuran informasi dan godaan dunia yang semakin bermacam-macam, memahami makna sejati dari ibadah Haji dan Qurban menjadi sangat penting.  

Ibadah haji dan penyembelihan hewan qurban adalah merupakan refleksi puncak 'abid" seorang  muslim terhadap Rabb nya. Bukankah Islam itu sendiri bermakna"berserah diri"? Maka aspek-aspek penyerahan diri itu harus tercermin dalam sendi-sendi kehidupan saat ini yang semakin penuh tantangan 'syubhat" keimanan . 

Ibadah Haji dan Qurban tidak boleh dianggap sebagai sekadar ritual sesat atau rutinitas semata. Kedua ibadah tersebut seharusnya menjadi refleksi puncak penghambaan manusia terhadap Tuhannya. Ibadah Haji mengajarkan kita tentang ketaatan dan kesungguhan dalam beribadah, sementara Qurban mengajarkan kita tentang pengorbanan dan kesediaan untuk mengorbankan sebagian dari apa yang kita cintai demi-Nya.

Dalam menghadapi kompleksitas dunia modern yang dipenuhi dengan godaan dan cobaan, umat Islam seharusnya memaknai ibadah Haji dan Qurban sebagai jalan untuk memperkuat iman, memperdalam hubungan dengan Allah, dan meningkatkan kualitas penghambaan kepada-Nya. Kedua ibadah tersebut harus menjadi tonggak kesungguhan dan keikhlasan, bukan sekadar formalitas atau tuntutan sosial semata.

Mari kita merenungkan kembali keteladanan keluarga Nabi Ibrahim, yang mengajarkan kepada kita bahwa penghambaan yang sejati adalah ketika kita mampu melepas segala bentuk egomu dan tunduk sepenuhnya kepada Allah. 

Semoga ibadah Haji dan Qurban bukan hanya berlalu begitu saja, tetapi menjadi momen yang membawa kita lebih dekat kepada Allah, sebagai puncak penghambaan dan kesetiaan kita kepada-Nya dalam kehidupan yang semakin kompleks ini.

Mari kita rayakan ibadah Haji dan Qurban dengan penuh penghambaan dan keikhlasan. Semoga kita dapat memahami makna sejati dari kedua ibadah ini, yaitu menjalin hubungan yang erat dengan Allah melalui perbuatan baik, keimanan yang teguh, dan ketaatan yang tulus.

Ayo kita teladani keikhlasan dan kepatuhan keluarga Nabi Ibrahim sebagai contoh dalam mengarungi jalan penghambaan kepada Allah. Semoga Allah menerima ibadah qurban kita dengan keridhaan-Nya. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun