Ketika konsultan itu kemudian menulis evaluasi lagi, laporannya benar-benar berubah. "Kegiatan praktikum di universitas ini adalah yang terbaik dari 6 universitas yang menjadi target proyek ini, termasuk mengalahkan 2 universitas di Jawa." Bagi saya itu belum cukup. Saya minta dia menuliskan bahwa saya berkontribusi besar dalam perubahan itu. Tadinya lagi-lagi ia keberatan. Namun saya yakinkan lagi bahwa hal itu perlu untuk mendapatkan dukungan para pimpinan universitas, agar kegiatan ini tetap bsa berlangsung. Akhirnya ia setuju.
Hasil kegiatan ini mendapat perhatian rektor. Sebagai imbalan rektor memberi saya kesempatan ikut tes beasiswa untuk kuliah S2. Kesempatan itu tidak saya sia-siakan. Saya lulus, kemudian pergi melanjutkan kuliah. Dekan tadinya pernah menolak permintaan saya untuk tes beasiswa, kali ini tidak bisa lagi menolak.
Beberapa tahun kemudian, saya pulang, selesai kuliah S3. Kegiatan praktikum masih berlangsung sesuai dengan yang saya terapkan dulu. Panduan praktikum juga masih memakai panduan yang saya tulis.
Jadi, mari bersikap proaktif, tidak larut dalam situasi lingkungan yang tidak memotivasi. Keluarkan energi dan motivasi dari dalam diri. Kerjakan hal-hal baik, karena hal-hal itu baik. Bukan karena harapan untuk memperoleh imbalan-imbalan instan. Gunakan berbagai potensi, termasuk kekuatan atasan, untuk melawan hambatan. Jangan lupa untuk membuat orang-orang melihat apa yang kita kerjakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H