Lebih tegas lagi, dalam Hasyiyah al-Bujairmi dijelaskan:
حاشية البجيرمي على الخطيب - (ج 2 / ص 201)فَإِنْ تَحَقَّقَ خُرُوجُ الرِّيحِ مِنْ الْقُبُلِ انْتَقَضَ وُضُوءُهُ ، فَقَدْ صَرَّحَ إمَامُنَا فِي الْأُمِّ بِأَنَّ خُرُوجَ الرِّيحِ مِنْ الْقُبُلِ نَاقِضٌ وَأَجْمَعَ عَلَيْهِ الْأَصْحَابُ
Jika dipastikan telah keluar angin/gas melalui kemaluannya maka wudhunya batal. Imam Syafi`i telah menegaskan dalam kitab al-Umm bahwa keluarnya udara dari qubul (kemaluan) dapat membatalkan wudhu dan hal ini disepakati oleh seluruh ashab Syafi`i.
Ibnu Hajar al-Haitami juga menuliskan dalam kitabnya:
المنهج القويم شرح المقدمة الحضرمية للهيتمي - (ج 1 / ص 28)نواقض الوضوء أي ما ينتهي به أربعة لا غير الأول الخارج من أحد السبيلين يعني خروج شيء من قبله أو دبره على أي صفة كان ولو نحو عود ودودة أخرجت رأسها وإن رجعت وريح ولو من قبل
Hal-hal yang dapat merusak atau membatalkan wudhu ada empat; pertama adalah keluarnya sesuatu dari dua saluran; saluran depan (Qubul) atau belakang (dubur), dalam bentuk apapun, seperti kayu atau ulat yang hanya nampak kepalanya kemudian masuk kembali, dan (termasuk juga) keluarnya angin/gas sekalipun melalui saluran depan (Qubul).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H