Mohon tunggu...
MIHDAR
MIHDAR Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer

Pendiri Yayasan Aman Sentosa Sejahtera, pendiri Pondok Pesantren AL-BAHA, pendiri Rumah Yatim Dhu'afa LAN TABURO, pendiri Rumah Qur'an ATS-TSAQOLAIN, Ketua Poktan Bumi Tani Anugerah, Owner Rumah Makan BEBEK HAJI MIHDAR, penulis, pegiat UMKM dan Pemerhati sosial.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pro-kontra Yang Tiada Ahir : Refleksi Untuk Kerukunan Umat Beragama

21 Desember 2024   14:51 Diperbarui: 21 Desember 2024   15:06 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dapat ngambil di google 

Untuk bisa meredakan pro-kontra tersebut, menurut hemat penulis cukup sederhana, yaitu dengan cara menanamkan pemikiran bahwa untuk menciptakan harmoni antara umat pemeluk beragama cukup dengan pemikiran bahwa : Hindari perdebatan terkait perbedaan, intensifkan berdiskusi terkait titik persamaan.

Dengan dasar pemikiran seperti itu kita tahu bahwa baik umat Yahudi, Nasrani, Umat Islam sama menyembah Tuhan Allah, Tuhan yang sama. Maka ketika Tuhan yang disembahnya sama kenapa mesti meributkan masalah pengucapan kata Selamat Hari Natal...?

Kalau toh ini menyangkut akidah atau keyakinan yang secara tidak langsung sebagai sebuah pengakuan akan Trinitas ketuhanan Umat Kristiani, dan itu bisa merusak aqidah umat Islam, toh penulis sampai saat ini Alhamdulillah masih tetap meyakini Agama Islam sebagai agama saya dan saya masih  menjadi umat Nabi Muhammad SAW.

Pada ahirnya penulis hanya bisa mengatakan bahwa : hidup rukun, hidup harmonis, penuh kekeluargaan walaupun bukan seiman, itu lebih indah dan lebih penulis harapkan dari pada hidup penuh kecurigaan saling berburuk sangka satu sama lainnya.

Terlebih kita hidup di negara Indonesia yang berasaskan Pancasila, negara yang mengakui lebih dari satu agama, dengan masyarakat yang heterogen dan persoalan yang kompleks, menciptakan kerukunan antar umat beragama itu bukan perkara yang mudah, atas dasar tersebut yuk kita sama-sama untuk membiasakan sikap toleransi beragama.

Foto dapat ngambil di google 
Foto dapat ngambil di google 
Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati, menerima perbedaan, dan hidup berdampingan dengan damai di antara individu atau kelompok yang memiliki keyakinan agama yang berbeda. Toleransi beragama merupakan bagian dari Pancasila, khususnya sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Sekian.

Penulis : Mihdar Ketua Poktan BUTA (Bumi Tani Anugerah) dan Owner Rumah Makan BEBEK Haji Mihdar 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun