Di beberapa tulisan dan reportase tentang kuliner legendaris di Malang, Rujak Claket selalu masuk daftar. Warung Rujak Claket sudah mulai berjualan sejak 1951 di Jl. Claket gang 2. Hj. Kasminah adalah pemilik usaha kuliner ini. Saat ini usaha kuliner Rujak Claket sudah di kelola putrinya yaitu ibu niniek. Sehingga nama Rujak Claket selalu di tambahi tulisan ibu Niniek. Ini untuk membedakan dengan rujak-rujak lain yang berdiri belakangan.
Mak nah begitu pelanggan memanggil ibu Hj. Kasminah, adalah seorang ibu rumah tangga yang bersuamikan tentara Angkatan Udara. Masa pergolakan fisik kemerdekaan Indonesia sekitar tahun 1950-an, menjadikan suaminya jarang sekali berada di rumah. Mak nah berpikir untuk mengisi hari-harinya tanpa suami dengan berdagang rujak.
Ternyata usahanya tidak sia-sia, Rujak Mak nah di sukai oleh konsumen. Menurut ibu niniek, Presiden Soeharto dan para menteri jika berkunjung ke Malang seringkali menyempatkan mampir ke warung Rujak Claket. Sayang sekali tidak ada foto yang mendokumentasikan kunjungan orang-orang penting di negeri ini.
Mak nah menyadari kelangsungan usaha rujak tidak mungkin dia pegang sendiri. Maka, Mak nah mengkader putrinya (niniek) untuk belajar membuat rujak. Ketika di warung, pelanggannya ramai. Putrinya di minta membantu meracik rujak sendiri, meskipun dengan pengawasan Mak nah. ibu niniek muda sebenarnya enggan untuk meneruskan berjualan rujak, karena ingin berkarir di perusahaan. ibu niniek berpikir, sayang  jika ijazah sarjana tidak terpakai, tapi hanya berjualan rujak.
Takdir Tuhan berkata lain, ibu niniek menikah 2 bulan setelah wisuda sarjana. Juli 1994 wisuda sarjana, September 1994 menikah. Setelah menikah ibu niniek lebih intens membantu Mak nah berjualan rujak. Sehingga proses membuat rujak mulai belanja sampai melayani pelanggan, ibu niniek sudah menguasai. Berjualan rujak yang sebelumnya terpaksa, sekarang sudah mulai dikerjakan dengan  gembira.
Mak nah menyarankan anaknya itu untuk membuka warung rujak sejenis di tempat lain. Maka, pada 1999 berdirilah warung rujak cabang rujak Claket di jalan Kalpataru. Di jalan Kalpataru ibu niniek harus pindah-pindah tempat, karena masih sewa rumah. Â Setelah dari Jalan Kalpataru, ibu niniek pindah ke Jalan Bunga Widara No.1 di tempat ini bertahan sampai 6 tahun. Kemudian pada 2010 sampai sekarang menetap di Jalan Terusan Setaman. Â
Lokasi warung Rujak Claket yang sekarang masuk kedalam perkampungan kira-kira 100 meter. Nyaris tidak ada tanda yang mencolok yang menandakan warung itu adalah warung rujak. Meskipun demikian, pengunjung tidak pernah sepi. Ketika penulis janjian ketemu untuk wawancara Bu nunik, WA penulis lama tidak di balas, Penulis langsung ke warung rujak Claket. Setelah sampai warung, penulis baru menyadari, ternyata ibu niniek masih sibuk melayani pembeli.
Bumbu dan menu yang di sajikan di Rujak Claket ibu niniek hingga saat ini sama persis dengan yang ada di Rujak Claket ketika masih berada di Jalan Claket gang 2 . Yaitu Rujak cingur dan kolak dengan isian bubur sumsum dan pisang raja. Pelanggan banyak yang menyarankan di warung di sediakan menu tambahan, seperti gorengan tempe, tempe menjes dan lauk-pauk yang lain, tapi ibu niniek enggan menerima saran itu karena tidak ingin mengubah ciri khas warung Rujak Claket. Sehingga sudah berjalan setengah abad menunya sama dengan warung Rujak Claket yang di rintis sang ibu. Untuk sayuran pun ibu niniek juga masih tetap memakai sayuran persis dengan aslinya yaitu, sayur kangkung dan kecambah.
Ketika Mak nah masih hidup, seringkali cabang Rujak Claket buatan ibu niniek di banding-bandingkan dengan rujak buatan Mak nah. Beberapa konsumen menganggap ada rasa yang berbeda. Anehnya, ketika 2002 Mak nah sudah berpulang, para pelanggan setia menganggap rasa rujak buatan ibu niniek sama persis dengan buatan Mak nah.Â
Ketika penulis berkunjung ke warung Rujak Claket sempat berbincang dengan penikmat rujak. Seorang pensiunan BUMN. Dia bersama anak istri dan temannya.Â
Ketika mewawancarai pemilik warung juga datang pelanggan setia warung rujak, seorang laki-laki tua dari etnis tionghoa. Menurut ibu niniek orangtua ini pelanggan setia sudah puluhan tahun.
Ketika penulis berkunjung ke warung Rujak Claket ibu niniek, penulis merasakan ke akraban antara penjual dengan pengunjung. Basa-basi pun terjadi sampai saling membahas keluarga masing-masing.Â
Maka, penulis merasa maklum ketika ibu niniek bercerita pembantu yang menemani mak nah berdagang bisa bertahan sampai 40 tahun lebih dan sampai saat ini masih sering berkunjung dan menginap di rumah ibu niniek. Ibu niniek menganggap pembantu yang menemani mak nah berdagang adalah keluarga sendiri.
Falsafah hidup yang di pegang ibu niniek yaitu buat orang lain senyaman mungkin, maka hidup kita pun juga akan di buat nyaman oleh Tuhan.
               Â
       Â
       Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H