Berbicara tentang pengalaman yang menarik semenjak menulis di kompasiana pastilah sangat banyak. Dimulai dari pengalaman nangkring, menulis, live tweet,  dan masih banyak lagi. Apalagi banyak banget blog competition yang bisa diikuti. Lumayan bisa nambah-nambah uang jajan istri. *eh
Menulis bagi saya adalah passion. Â Passionadalah sesuatu yang kita lakukan dengan senang hati meskipun lelah melanda, peluh keringat bercucuran, atau bersimbah darah. Hehe lebay
Tapi yang intinya adalah menulis adalah hobi saya. Menulis bisa mengabadikan diri menjadi sesuatu yang dikenang dan bisa jadi ladang amal yang tak pernah putus.
Momen Pertama Flash Blogging
Masih ingat waktu itu ada agenda Kompasiana Nangkring bareng Oxygen.id yang merupakan agenda Nangkring pertama saya bersama kompasianer lainnya. Bersama pembicara dan teman-teman kompasianer secara seksama mendengarkan materi sambil live tweet dan update instagram. Bukan hanya materi presentasi yang diperhatikan tapi "materi" lain juga sedang dikejar oleh emak-emak kompasianer. *kayaknya emak-emak lebih bersemangat live tweet,  buktinya yang menang semuanya ibu-ibu. Haha
MC dari kompasiana ditengah acara mengumumkan kalau nanti ada acara Flash Blogging setelah selesai presentasi
"Ini adalah Flash Blogging pertama kali diadakan di Kompasiana Nangkring"
Flash Blogging adalah ngeblog on the spot. Bisa dibilang seperti itu. Materi presentasi yang disampaikan langsung tertuang dalam sebuah artikel yang ditulis oleh peserta Nangkring. Menurut saya event yang satu ini sangatlah menarik karena bisa mengasah kemampuan kompasianer dalam kreatifitas menulis.
Ketika sesi presentasi hampir selesai, ternyata kompasianer banyak yang sudah menyiapkan materi Flash Blogging di Dashboard Platformnya. Wah ada yang curang juga nih. hehe  Alhamdulillah saya tidak tergoda untuk melakukannya. Takut kalau menang soalnya, haha Iya kan kalau menang nanti gak berkah hadiahnya.
Meskipun ternyata di akhir acara saya tidak menjadi juaranya. Hehe
Menurut saya Flash Blogging ini harus selalu diagendakan dalam acara Kompasiana Nangkring. Jadi kompasianer bisa mengasah kemampuannya dan lebih kreatif dalam menulis.
"Ingat bukan reportase tapi blogging!"
Saya ingat nasihat itu dari Profesional Blogger di agenda Kompasiana Nangkring. Jadi ketika kita ngeblog atau menulis sesuatu, jangan sampai reportase tentang sebuah acara. Karena ngeblog itu sejatinya bukan seperti pembawa berita. Sisi kreatifitasnya diuji disini, sehingga dalam ngeblog ibaratnya seperti soft selling, Pembaca menarik untuk menyelesaikan bacaan dari tulisan kita atau dengan kata lain terhipnotis oleh tulisan kita. Dan akhirnya yang awalnya reader menjadi buyer. Hehe
Ngeblog itu menulis berdasarkan sudut pandang pembaca bukan malah sudut pandang penulis. Ketika calon pembaca dihadapkan dengan judul yang kurang menarik maka jangan salahkan siapa-siapa jika tulisan kita sedikit viewersnya. Terlebih lagi kalau isinya tidak bermanfaat. Jangan mimpi deh. Hehe
Meskipun tulisan yang menurut kita bermanfaat tetapi jika membawakannya membuat pembaca ngantuk, ya percuma.
Tugas seorang blogger yang paling utama adalah menulis dengan sudut pandang pembaca. Menulis seperti berkomunikasi dengan para pembaca. Sehingga seolah-olah penulis sedang ngobrol dengan pembaca. Itulah inti dari blogging.
Saya senang sekali selama berkecimpung dalam dunia kompasiana. Platform terbesar di Indonesia yang mewadahi semua kalangan (blogger, karyawan, penulis, public figure, dll) untuk mencurahkan ide dalam sebuah tulisan yang bisa dibaca oleh warga Indonesia. Meskipun saya terbilang baru bergabung di kompasiana tetapi ilmu-ilmu baru pun langsung saya dapati. Karena dulu saya hanya otodidak saja alias ngeblog ngalor ngidul dan sekarang beruntung bergabung dengan kompasianer lainnya.
Melestarikan Budaya Literasi
Sudah tahu kan tahun 2016 Indonesia termasuk peringkat kedua terendah dalam hal minat baca? Ini sedunia lho. Padahal kalau melihat negara-negara lain yang maju pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraannya, rata-rata mereka memiliki minat baca yang tinggi. Katakanlah Jepang, orang Jepang yang tidak lepas dari membaca buku sehingga menjadikan negaranya jauh lebih maju dibanding Indonesia.
Orang Jepang sering menyibukkan diri membaca buku di transportasi umum. Sedangkan kita lebih sibuk dengan gadget masing-masing.
Orang Jepang melakukan budaya Tachiyomiyaitu membaca buku gratis di toko-toko buku. Penjual buku pun tidak merasa dirugikan dengan adanya buku yang sengaja dibuka bungkus plastiknya. Mereka berharap budaya membaca Jepang terus digalakkan.
Ada lagi yang menarik, sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, Yoshiko Shimbun, memberitakan bahwa setiap sekolah yang ada di Jepang mewajibkan 10 menit membaca sebelum pelajaran sekolah dimulai. Ini membuktikan bahwa budaya membaca Jepang dipupuk sejak dini.
Dari sanalah saya terbuka wawasan bahwa dengan bergabung di platformkompasiana, saya akan menyalakan api semangat literasi di Indonesia. Kegemaran membaca membuat setiap individu bisa bertukar wawasan, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Dalam platform terbesar inilah, saya bisa belajar banyak, Dengan membaca artikel dari penulis dengan mencantumkan berbagai sumber sehingga bisa saling berdiskusi dengan sesama penulis.
Dari kompasianalah dunia literasi digital lebih digemari. Komunikasi, hiburan, ilmu, dan banyak pelajaran yang bisa diambil ketika bergabung dengan Kompasiana.Â
Semoga di Ulang tahun yang ke-9 Kompasiana bisa lebih berkembang dan menjadi platform pengusung budaya literasi terbesar di Indonesia. Semakin sukses dan jaya selalu. Buat teman-teman pembaca yang belum bergabung, langsung saja gabung bareng kompasianer. Pasti lebih seru. Langsung aja daftar di sini.
Semangat Literasi
Semangat di Ulang Tahun ke-9 Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H