Kemiskinan, Kekayaan, dan Kesehatan memiliki korelasi yang unik. Kenapa bisa dibilang unik? Kekayaan bak gerbang pembatas untuk orang miskin dalam mendapatkan kesehatan. Kesempatan untuk berobat dengan layak terhalang oleh minimnya dana. Sehingga tidak heran kalau banyak orang miskin tidak terdata memiliki status penyakit berbahaya. Karena memang tidak ada datanya. Dengan kata lain, “penyakit khusus” yang diderita oleh orang miskin akan diobati secara otodidak/tradisional atau hanya berharap keajaiban saja.
Macam penyakit jantung koroner, penyakit ginjal, dan penyakit – penyakit lainnya yang harus memiliki penanganan khusus, rata – rata diderita oleh orang – orang berkemampuan dalam finansial (alias orang kaya). Kadang ada anekdot “orang kaya terlalu banyak pikiran dibanding orang miskin sehingga timbullah penyakit aneh – aneh.”
Sehingga terjadilah pemikiran bahwa orang – orang kaya sering mendapat penyakit yang kompleks daripada orang miskin. Padahal kesimpulan yang benar adalah orang – orang kayalah yang mempunyai kemampuan untuk mengobati penyakit – penyakit khusus. Perlu adanya solusi dengan berkaca pada kondisi tersebut untuk membantu penanganan kesehatan ke seluruh masyarakat Indonesia.
Perlunya Nilai Gotong Royong dalam Membangun Indonesia Lebih Sehat
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memberikan solusi untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia. BPJS Kesehatan mengajak untuk membangun Indonesia lebih sehat. Program – program menuju Indonesia lebih sehat hanya akan berhasil jika semua pihak ikut terlibat menyukseskannya.
Ketimpangan status ekonomi jadi bukan halangan jika semua pihak saling menyadari bahwa kesehatan itu harus dinikmati bersama – sama. BPJS Kesehatan menjadi fasilitator dalam hal tersebut. Program iuran tiap bulan yang dilaksanakan sangat memberikan pengaruh besar dalam bidang kesehatan untuk warga miskin khsususnya. Dengan memberikan iuran tersebut maka secara langsung kita juga beramal untuk membantu sesama.
Beberapa fasilitas kesehatan seperti puskemas, klinik TNI, klinik POLRI, klinik Pratama, dan Dokter Prakek, sudah banyak. Fasilitas kesehatan tersebut sebagai proses awal penanganan kesehatan masyarakat. Jika memang tidak bisa ditangani di tahap awal maka akan dirujuk ke rumah sakit rujukan. Dan semuanya itu gratis!
Tercatat pada tanggal 27 Mei 2016, jumlah peserta BPJS mencapai 166.738.432 orang. Angka yang fantastis. Jumlah yang begitu membludak tersebut adalah efek dari kebermanfaatan program BPJS Kesehatan.
Dari jumlah peserta BPJS Kesehatan yang banyak tersebut ada beberapa kesimpulan menarik yang diambil oleh penulis.
- Orang Kaya dan Miskin sama saja. Biaya pengobatan semuanya gratis, baik itu orang kaya atau orang miskin. Sekelas manager perusahaan pun sama “derajatnya” dengan buruh. Hanya saja perbedaan terletak dalam nilai iurannya. Iuran yang dibayarkan sesuai kelas yang diinginkan sedikit membedakannya. Namun pada intinya biaya pengobatan semuanya sudah gratis.
- Saling bergotong royong. Dengan membayarkan iuran tiap bulannya maka peserta secara langsung ikut bergotong royong membantu kesehatan masyarakat Indonesia. Iuran yang kita bayarkan seperti sedekah untuk orang yang membutuhkan. Law of Attraction pun terjadi ketika kita membantu orang lain maka jika keadaan buruk menimpa, kita pun dibantu oleh orang lain. Ini merupakan dampak dari program gotong royong yang sistematis
- Sadar akan pentingnya kesehatan. Pemikiran terbalik adalah mengabaikan apa yang akan menjadi takdir kita. Maksudnya, boleh jadi kita sekarang tampak sehat dan merasa terus fit. Justru pikiran itu menjadi buah simalakama ketika kita tidak sadar akan pentingnya kesehatan. Peserta BPJS Kesehatan adalah orang – orang yang peduli dan sadar akan hal itu.
Beberapa solusi dari penulis (Berdasarkan pengalaman pribadi)