Mohon tunggu...
kang Dirman
kang Dirman Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Content creator, publisher, writer pada situs web pribadi (blog).

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Jemparingan: Seni Budaya Asli yang Membentuk Mawas Diri

13 Maret 2023   14:37 Diperbarui: 13 Maret 2023   14:47 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat berlatih Jemparingan dengan anak panah (jemparing). Dokpri

Mungin sama halnya dengan hampir sebagian pembaca kompasiana, kang Dirman sendiri juga sudah cukup sering mendengar kata jemparingan ini baik melalui social media, maupun saat ada kesempatan menonton sebuah acara di mana seni dan budaya merupakan salah satu agenda kegiatannya.

Pengalaman Jemparingan bersama Langenastro

Jika selama ini kang Dirman hanya bisa mendengar, melihat atau menonton kegiatan Jemparingan. Maka kali ini berbeda, bersama teman-teman KJOG, kang Dirman akhirnya beruntung mendapat kesempatan untuk menarik anak panah lalu kemudian melepaskannya sendiri dari jarak 20-30 meter. Berikut merupakan manfaat yang dirasakan saat dan setelah mengikuti latihan jemparing di Sasana Jemparingan Wisanggeni, 12 Maret 2023 yang lalu.

Sekilas tentang Langenastro

Sayangnya, kang Dirman datang agak terlambat. Sehingga momen awal berupa perkenalan dan pemaparan tentang Langenastro tak sepenuhnya didapat. Namun saat mulai praktik latihan panahan, sesekali dari pihak panitia penyelenggara latihan memberikan tambahan edukasi terkait alat jemparing, asal muasal hingga sejarah singkat komunitas Langenastro ini.

Karena penasaran, akhirnya kang Dirman sempat sedikit bertanya disela-sela latihan berlangsung dan juga membaca dari beberapa sumber bahwa Langenastro ini merupakan sebuah komunitas jemparingan yang mulai berdiri pada sekitar bulan Maret 2012 yang lalu. Dengan salah satu tujuan mengusung hidupnya kembali warisan budaya dalam bidang olahraga dan olahrasa berupa kegiatan panahan, komunitas paseduluran Langenastro ini akhirnya tetap hidup dan memberi manfaat hingga saat ini.

Berkenalan dengan alat Jemparingan dan Aba-aba!

Jujur saja, kang Dirman baru sekali ini melihat dari dekat, memegang bahkan menggunakan sendiri alat jemparingan ini secara langsung! :) dalam seni jemparingan, alat untuk kegiatan panahan ini dikenal dengan sebutan "UBA RAMPE", yakni berupa:

  • GENDEWA (busur panah yang terbagi menjadi: cengkolak, lar dan sendheng atau kendheng)
  • JEMPARING (anak panah yang terbagi menjadi empat bagian: bedor, deder, nyenyep, wulu)
  • SASARAN WONG-WONGAN (orang-orangan yang terbagi menjadi dua sasaran utama: molo dan awak)

Saat berlatih Jemparingan dengan anak panah (jemparing). Dokpri
Saat berlatih Jemparingan dengan anak panah (jemparing). Dokpri

Sementara aba-aba yang berlaku saat memanah sasaran sendiri terbagi dalam 5 tahapan, yakni:

1. SIAGA

Saat diucapkan sebagai komando pertama dengan bahasa jawa: "Siyogo". Merupakan sikap awal dengan posisi tenang dan tertib serta konsentrasi sebelum penjemparing (sebutan untuk seseorang yang akan melakukan jemparingan).

2. SIJI

Merupakan aba-aba pertama yang diberlakukan untuk posisi mengambil Gendewa dan memandang arah sasaran.

3. LORO

Merupakan aba-aba untuk posisi penjemparing mulai memasukkan Jemparing ke Gendewa, menentukan titik arah sasaran dan menyiapkan tujuan sasaran dengan lebih sempurna.

4. TELU

Menarik Jemparing dan bersiap untuk melepaskan sesuai titik sasaran yang telah dibidik pada posisi dengan aba-aba sebelumnya.

5. CUL

Melepaskan anak panah (jemparing).

Jemparingan, sebuah seni budaya dalam bentuk olahraga yang bisa memupuk rasa mawas diri!

Paling tidak, inilah yang kemudian kang Dirman rasakan dan dapatkan saat mengikuti latihan Jemparingan Langenastro bersama KJOG. Karena kebetulan kang Dirman juga mengajak si kakak turut serta, jadi makin banyak saja manfaat yang didapat termasuk salah satunya adalah mengajarinya tentang sifat serta sikap mawas diri yang perlu diterapkan sejak dini bersama nila-nilai kesabaran, fokus serta kebaikan diri untuk mencapai sebuah tujuan.


Tak hanya bisa turut serta menjaga kelestarian budaya saja, berlatih dan bermain jemparingan menurut kang Dirman lebih kepada membangkitkan rasa serta memupuk kesabaran, ketekunan, kemantapan tujuan secara alami bahkan sederhana. Apalagi jika dilaksanakan sejak dini dan terus dilakukan secara berkala.

Foto bersama KJOG setelah latihan Jemparingan
Foto bersama KJOG setelah latihan Jemparingan

Jadi, jika ada waktu luang dan kesempatan, sebaiknya rencanakan untuk berlatih seni Jemparingan ini bersama seluruh keluarga, ya.. kang Dirman sendiri berencana dalam waktu dekat ini akan melakukan hal tersebut. Mau barengan? Yuk.. kapan kita janjian! :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun