Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Angkara

7 Agustus 2024   06:16 Diperbarui: 7 Agustus 2024   06:20 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sudut jiwa, dalam kemelut angkara  

Bayangmu kukoyak dalam kelam  

Remuk, redam  

Menertawai janji yang telah kutepati  

Eloknya tawa yang terurai  

Termakan benci yang terberai  

Senyummu tak lagi berarti  

Sudahkah aku merugi?

Detak, detik  

Lisanmu memicu gelitik  

Pun sembari mencekik  

Masih adakah ketulusan?  

Tidak, itulah sebenarnya kepalsuan

Derap langkah, terhenti di jurang kekecewaan  

Lara mengoyak dada, hingga tiada tersisa  

Seakan dunia runtuh dalam sekejap mata  

Hatiku, bagaikan kaca yang dihantam palu

Bagai badai menggulung tenangnya lautan  

Kau hadir membawa derita tak berkesudahan  

Mimpi-mimpi indah kini hanya serpihan  

Tinggal kenangan yang terperangkap dalam penjara waktu

Dalam kebisuan malam, kujeritkan namamu  

Namun hanya gema hampa yang kembali  

Seperti bayanganmu, yang tak pernah sejati  

Menghilang dalam kabut pagi yang membeku

Bintang-bintang pun enggan menyinari  

Langit malam menjadi saksi bisu  

Aku terhempas dalam palung derita  

Mencari secercah harapan yang tak pernah tiba

Kenangan manis berubah menjadi racun  

Mengalir dalam nadi, menyiksa tiada henti  

Setiap detik bersamamu, kini luka yang terbuka  

Hati yang dulu utuh, kini menjadi puing-puing

Di balik senyum yang kau ukirkan  

Tersimpan belati tajam yang siap menusuk  

Kau sembunyikan kepalsuan dalam pelukan  

Dan aku, hanya korban dari drama penuh dusta

Sekarang, aku berdiri di ujung jurang  

Menghadapi kegelapan tanpa akhir  

Tanpa dirimu, tanpa harapan  

Hanya tersisa, remuk dalam kepalsuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun