Di sudut jiwa, dalam kemelut angkara Â
Bayangmu kukoyak dalam kelam Â
Remuk, redam Â
Menertawai janji yang telah kutepati Â
Eloknya tawa yang terurai Â
Termakan benci yang terberai Â
Senyummu tak lagi berarti Â
Sudahkah aku merugi?
Detak, detik Â
Lisanmu memicu gelitik Â
Pun sembari mencekik Â
Masih adakah ketulusan? Â
Tidak, itulah sebenarnya kepalsuan
Derap langkah, terhenti di jurang kekecewaan Â
Lara mengoyak dada, hingga tiada tersisa Â
Seakan dunia runtuh dalam sekejap mata Â
Hatiku, bagaikan kaca yang dihantam palu
Bagai badai menggulung tenangnya lautan Â
Kau hadir membawa derita tak berkesudahan Â
Mimpi-mimpi indah kini hanya serpihan Â
Tinggal kenangan yang terperangkap dalam penjara waktu
Dalam kebisuan malam, kujeritkan namamu Â
Namun hanya gema hampa yang kembali Â
Seperti bayanganmu, yang tak pernah sejati Â
Menghilang dalam kabut pagi yang membeku
Bintang-bintang pun enggan menyinari Â
Langit malam menjadi saksi bisu Â
Aku terhempas dalam palung derita Â
Mencari secercah harapan yang tak pernah tiba
Kenangan manis berubah menjadi racun Â
Mengalir dalam nadi, menyiksa tiada henti Â
Setiap detik bersamamu, kini luka yang terbuka Â
Hati yang dulu utuh, kini menjadi puing-puing
Di balik senyum yang kau ukirkan Â
Tersimpan belati tajam yang siap menusuk Â
Kau sembunyikan kepalsuan dalam pelukan Â
Dan aku, hanya korban dari drama penuh dusta
Sekarang, aku berdiri di ujung jurang Â
Menghadapi kegelapan tanpa akhir Â
Tanpa dirimu, tanpa harapan Â
Hanya tersisa, remuk dalam kepalsuan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H