Waktu tak henti berlari, Â
meninggalkan jejak samar di pelupuk mata, Â
seperti mimpi yang enggan terjaga, Â
rentang perjalanan tanpa jeda.
Di bawah langit yang berkilauan, Â
mentari menyusuri cakrawala tanpa henti, Â
menyapa bumi dengan sentuhan keemasan, Â
menyulam hari menjadi untaian kenangan abadi.
Waktu adalah pelari tanpa lelah, Â
mengejar bayang-bayang masa lalu, Â
mengguratkan cerita di kanvas langit, Â
dengan tinta air mata dan tawa.
Dalam rentang waktu yang tak terhingga, Â
detik-detik menari, bergulir tanpa suara, Â
menghanyutkan jiwa dalam arus memori, Â
membawa angan ke negeri impian.
Ada cinta yang tertinggal di sudut hari, Â
seperti bintang jatuh yang tak teraih, Â
bercahaya sejenak, menghilang dalam kelam, Â
namun menyisakan cahaya dalam hati.
Rentang waktu, engkau adalah misteri, Â
sang pemilik kisah tanpa akhir, Â
mengurai asa, menenun duka, Â
mengajar kita arti dari setiap langkah.
Di balik gerakmu yang tak terjangkau, Â
tersembunyi harapan yang menggetarkan, Â
seperti angin malam yang membisikkan rahasia, Â
tentang esok yang penuh teka-teki.
Waktu, engkau adalah saksi bisu, Â
dari tangis dan tawa yang mengalun, Â
dari langkah kecil hingga lari yang tergesa, Â
mengukir hidup dengan beribu warna.
Oh, rentang waktu yang berlari, Â
di tengah derasnya hujan kenangan, Â
kami berdiri, menatap masa depan, Â
dengan semangat tak pernah padam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H