Di lembah kehidupan, langit terbelah dalam pekik,
Mentari mencubit rembulan hingga pendar redup, serasa abadi.
Bukit-bukit berteriak, gunung-gunung berbisik,
Riak sungai menggulung awan dalam derasnya ombak mimpi.
Di lorong waktu, detik-detik menari dengan jubah emas,
Membelah samudra hampa dengan langkah-langkah berlian.
Setiap hela napas adalah badai yang menyapu jagat,
Menghentakkan tanah hingga gempa bertalu-talu.
Di hamparan takdir, hujan turun seperti karangan bintang,
Mengguyur semesta dengan lautan puisi yang tak bertepi.
Angin berbisik seperti deru sayap seribu burung phoenix,
Mengangkat beban jiwa ke puncak harapan tanpa batas.
Di dalam hati, cinta membara seperti gunung api,
Melelehkan es kutub dalam sekali pandang.
Rindu menggelegak seperti lahar, membanjiri lembah sukma,
Melukiskan pelangi di atas jejak-jejak luka.
Di rimba mimpi, pepohonan tumbuh hingga menembus angkasa,
Menggapai bintang dengan ranting-ranting harapan.
Bunga-bunga mekar seperti ledakan kembang api,
Menghias langit dengan warna-warni yang tak terlukiskan.
Di ujung perjalanan, matahari tenggelam dalam pelukan malam,
Memeluk bumi dengan selimut emas kelam.
Bintang-bintang bersinar seperti intan dalam gelap,
Menuntun langkah kita dalam keabadian tanpa henti.
Begitu megahnya hidup, dalam hiperbola tanpa batas,
Setiap detik adalah keajaiban yang tak tertandingi.
Mengukir sejarah dalam setiap langkah yang kita jejaki,
Menjadi saksi keindahan abadi dalam jejak kehidupan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H