Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belum Merdeka

1 Agustus 2024   05:28 Diperbarui: 1 Agustus 2024   05:29 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**Belum Merdeka**

Langit kelam merajut kisah pedih,

Dibawah bendera yang berkibar lesu.

Masihkah ini negeri yang kita cinta?

Tanah air yang belum juga merdeka.

Langit kelabu menggulung harapan,

Awan hitam menggelayuti impian.

Merah putih di ujung tiang,

Seakan menjerit, mengadu domba.

Bukan pertempuran fisik, bukan peluru dan senjata,

Namun peperangan dalam batin, jiwa yang terluka.

Korupsi menjelma raksasa tak terkalahkan,

Menggerogoti sendi-sendi bangsa tanpa belas kasihan.

Rakyat menderita, hidup di bawah bayang-bayang,

Kemiskinan yang menjerat, seakan tanpa ujung.

Keadaan ini, bagai badai tak kunjung reda,

Menenggelamkan kita dalam jurang keputusasaan.

Kemerdekaan sejati, masih jauh dari jangkauan,

Janji-janji manis, hanya ilusi dalam bayangan.

Keadilan yang timpang, kebenaran yang terbungkam,

Menyisakan luka dalam, tak berkesudahan.

Suara-suara kecil terpinggirkan,

Di bawah gemuruh ketidakpedulian.

Bagaimana mungkin kita merdeka,

Jika hak asasi masih terpasung oleh kekuasaan.

Rakyat jelata menangis dalam sunyi,

Bukan hanya lapar akan makanan,

Tapi juga akan keadilan dan kemanusiaan,

Yang seakan menjadi barang langka, tak terjamah.

Dalam keterpurukan ini, kita berjuang,

Melawan ketidakadilan yang menghantui.

Namun, apakah suara kita didengar?

Ataukah hanya menjadi angin lalu yang terlupakan?

Belum merdeka, itulah kenyataan pahit,

Di tengah gemerlapnya kota, ada sisi gelap.

Kita terjebak dalam pusaran kekuasaan,

Yang lebih peduli pada diri sendiri, bukan rakyat.

Bangkit dan larilah, bersama dalam satu suara,

Menggenggam erat asa yang hampir pudar.

Berjuang demi kemerdekaan yang hakiki,

Bukan hanya dari penjajah, tapi dari segala bentuk penindasan.

Semoga esok, merah putih berkibar gagah,

Diiringi sorak sorai kebahagiaan sejati.

Negeri ini merdeka, dalam arti yang sebenarnya,

Tanpa ketakutan, tanpa penderitaan, tanpa ketidakadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun